Religi - Romance
Dihari pernikahannya Clemira Alyana Zareen harus menahan malu kala calon mempelai pria yang akan menjadi teman hidupnya itu tidak datang disana, dimana yang seharusnya menjadi hari bahagia malah menjadi hari yang memalukan.
Namun s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KEDUA insan berbeda jenis kelamin itu baru saja turun dari mobil, kini mereka telah sampai di rumah baru yang dipersiapkan Zhafi untuk keluarga kecilnya kelak.
Zareen berniat membantu sang suami untuk menurunkan kopernya, namun laki-laki itu tak membiarkannya membantu.
"Kamu buka aja dulu pintunya, koper biar saya yang bawa," suruh Zhafi.
"Tapi koper gue lumayan berat." Zareen akan mengambil kopernya namun sang suami menghalanginya.
"Sudah, biar saya saja yang bawa." Mendengar perkataan itu akhirnya Zareen menurut.
"Dan lagi.." Saat ia akan melangkah menuju depan pintu utama ia terhenti karena ucapan Zhafi.
"Jangan menggunakan panggilan Lo-Gue lagi! Saya dan kamu sudah menikah tidak sepatutnya menggunakan penyebutan itu," ujarnya kemudian.
Setelahnya Zhafi berjalan melewati Zareen yang berdiam diri ditempat, ia mencerna setiap perkataan laki-laki itu.
"Kenapa masih berdiri disitu?" Pertanyaan sang suami membuyarkan lamunannya.
Segera Zareen berlari kecil dan membuka pintu rumah yang cukup sederhana untuk pasangan muda seperti mereka, namun untuk ditinggali berdua sepertinya rumah ini terlalu besar.
"Zhafi-"
"Mas!" Potong laki-laki itu.
"Hah?" Awalnya perhatian Zareen mengarah pada sekeliling rumah seketika menoleh pada suaminya.
"Panggil Mas!" ujarnya.
"M-mas?" Zareen berkata canggung.
Gadis itu awalnya tinggal di kota yang jarang sekali seorang istri memanggil suaminya dengan sebutan itu, menurutnya ia belum cukup terbiasa.
"Iya, coba sekali lagi panggil saya," pintanya.
Zareen terdiam sejenak, rasanya cukup canggung memanggil laki-laki itu dengan sebutan 'Mas'
"M-mas Zhafi," panggilnya kemudian.
Zhafi tampak tersenyum tipis, entah mengapa mendengar sang istri memanggilnya seperti itu terlihat sangat menggemaskan.
"Dalem sayang." Perkataan yang mampu membuat pipi seorang Clemira Alyana Zareen merah merona.¹
Segera ia memalingkan tubuhnya, memegang pipinya yang terasa memanas. Kemudian gadis itu tanpa pamit meninggalkan Zhafi entah kemana, yang jelas ia ingin menjauh dari laki-laki itu.
Dirasa dirinya sudah cukup menjauh, ia memegang dadanya yang berdetak begitu cepat. Nafasnya terasa tak beraturan, apalagi pipinya yang kian memanas.
"Astaga, gue kenapa?" Monolognya memegang pipi merahnya.