5. Echo

45 6 15
                                    

Happy reading, buddy!!!💗💗

***

Pagi hari, Gevan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Tak lupa dia membawa almamater OSISnya. Selesai berpakaian, Gevan keluar kamarnya dan turun tangga. Dia melihat Cheryl yang sedang duduk di meja makan sambil memakan roti sebagai sarapannya hari ini.

Melihat Gevan ikut bergabung di ruang makan, Cheryl merubah raut wajahnya menjadi dingin. Bahkan hari ini Cheryl tidak menyiapkan sarapan untuk Gevan, Cheryl benar-benar hanya memperhatikan dirinya sendiri dan tidak peduli pada suaminya.

Gevan membuka kulkas, mengambil sekotak susu dan dia tuangkan ke dua gelas untuk dia dan Cheryl. Gevan meletakkan segelas susu di meja untuk Cheryl, sementara dia meminum susu itu sambil berdiri karena dia tau Cheryl akan tidak nyaman jika dia ikut duduk di meja makan.

"Hari ini—"

"Gue berangkat sendiri," ketus Cheryl karena dia tau apa yang akan Gevan katakan.

Gevan mengerutkan keningnya, "Papa bilang kamu berangkat sekolah sama aku, 'kan?"

"Iya, tapi gue nggak mau."

"Kalau Papa tau, dia bisa marah—"

"Lo pikir gue peduli? Nggak! Stop ngurusin hidup gue, gue nggak kenal lo." Cheryl menatap Gevan dengan tatapan tajam, lalu dia berdiri dan melangkah pergi menjauhi Gevan.

Gevan mengejar Cheryl, karena mau bagaimana pun janjinya pada Sandi tetaplah janji yang harus ditepati. "Cheryl, berangkat sama aku," kata Gevan sambil mencoba menghentikan Cheryl yang hendak membuka pintu.

Cheryl semakin marah dengan sifat Gevan yang sangat mengganggu untuknya. Dia menatap Gevan dengan tatapan tajam, "Apaan, sih?! Gue udah pernah bilang gue nggak sudi ada di deket lo! Lo emang suami gue, tapi lo harus inget kalau itu cuma terpaksa. Kalau bukan karena perjodohan nggak jelas itu, gue nggak kenal sama orang kayak lo!!" bentak Cheryl sambil menatap Gevan.

Gevan hanya diam mendengar perkataan Cheryl, jika dia berpikir apa yang dikatakan Cheryl benar, maka jawabannya adalah iya. Jika tidak ada perjodohan ini, dia dan Cheryl tidak akan saling mengenal dan bahkan menjadi suami istri seperti sekarang. Tapi mau bagaimana pun, semua yang dikatakan Cheryl seharusnya tidak dikatakan.

"Cheryl..."

"Kenapa? Lo sakit hati sama ucapan gue?" Cheryl menatap Gevan. Alih-alih merasa bersalah dan meminta maaf, justru Cheryl tersenyum sinis dan mengejeknya. "Makanya jangan sok ikut campur sama urusan gue. Urusin hidup lo sendiri. Lo cuma perlu pura-pura nggak kenal gue, jadi jangan coba-coba buat ngomong sama gue lagi ataupun masuk ke dalam hidup gue!"

Setelah mengatakan itu, Cheryl benar-benar pergi dari rumah dan meninggalkan Gevan yang masih mematung sambil menatap punggungnya yang perlahan menghilang dari pandangannya.

Gevan menunduk, dia hanya mencoba menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya sebagai suami. Dia tidak tau jika kebaikannya ini justru dipandang buruk oleh Cheryl.

Gevan menghela napas berat, mencoba untuk bersabar dan menerima semua perkataan Cheryl. Walaupun itu sangat menyakitkan untuknya.

Ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Gevan melihat isi pesan itu dan membalasnya sebelum dia mengambil kunci motornya dan pergi ke sekolah.

Papa Sandi

| Hari ini kalian sekolah kan?
| Berangkatnya bareng yaa
| Pulangnya juga

Iyaa Pa |
Cheryl bareng Gevan |

***

Tahun ajaran baru dan penerimaan murid baru, hari ini sekolah mereka kedatangan murid-murid baru. Saat ini mereka yang baru menjadi siswa SMA sedang berkumpul di lapangan, bersama para OSIS. Tentu saja untuk melakukan MOS.

𝐆𝐄𝐕𝐀𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang