"Gue benci hujan karena dia datang begitu saja pada bumi, lalu pergi meninggalkan bumi yang terluka. Gue benci yang namanya ditinggalin! "
_Kejora Anastasia_
*****
Langit kelabu rintik-rintik hujan terus berjatuhan. Kejora menghela napasnya. Ia terus menggerutu hujan yang sejak tadi tak kunjung berhenti. Ia mengeratkan hodie yang dipakainya. Sesekali ia melihat ke kanan dan ke kiri jalanan. Barang kali ada angkot atau taksi yang melewat. Sudah sekitar satu jam lebih ia duduk di halte menunggu angkot atau taksi yang melewat tapi nihil tak ada sama sekali.
Kejora menghembuskan napasnya berat. Ia menatap ponselnya yang mati karena kehabisan daya. Apa ada yang khawatir padanya karena ia belum pulang ? Apakah ada seseorang di rumahnya yang berniat menjemputnya? Kejora tertawa miris, ah kenapa ia menayakan itu. Jelas saja tak akan ada yaang mengkhwatirkannya dan peduli padanya. Mungkin jika ia tidak pulang ke rumah pun tak ada sama sekali yang mencarinya. Mereka tak peduli padanya atau mungkin malahan mereka senang Kejora tidak pulang ke rumah.
Sementara itu ditempat yang tak jauh dari Kejora terlihat Alaska tengah meneduh di pohon besar yang tak jauh dari sekolah. Ia berdiri sambil bersedekap dada, "Kapan sih ni hujan berhenti?" gerutu Alaska.
Sebenarnya Alaska bisa saja hujan-hujanan dengan menaiki motornya untuk pulang. Tapi Alaska masih sayang dengan tubuhnya. Lebih baik ia menunggu lama daripada harus sakit. Obat itu mahal sakit itu gak enak.
"Andai aja pas hujan-hujan kayak gini ada bidadari!" gumannya sambil memandang ke kanan ke kiri jalanan. Pandangannya terhenti pada seorang cewek yang tengah duduk di halte sendirian. Yang tak lain dia adalah Kejora. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman ah sepertinya doanya dikabulkan. Tanpa basa basi ia menaiki motornya dan melaju menuju halte dan melupakan Bima yang sedari tadi tengah duduk disampingnya sambil melamun.
"Eh lo mau kemana?" Ketika sudah sadar Alaska tak ada lagi di sampingnya.
"Woy kenapa gue ditinggal? " teriak Bima.
"Gue gimana pulangnya!" Bima mengacak rambutnya frustasi. Jika tahu begini tadi lebih baik ia tak menebeng pada Alaska.
"Ah dasar sahabat kampret! " umpatnya.
Alaska tak mendengar teriakan Bima ia terus melajukan motornya menuju halte. Lalu meemberhentikan motornya tepat didepan Kejora.
Kejora menatap kearah motor yang berhenti. Ia memicingkan matanya. Siapa dia? Batin Kejora. Alaska membuka helmnya. Kejora mendengus kesal, "Ckk dia lagi!" decak Kejora.
Kejora memalingkan wajahnya tak lagi menatap Alaska.
"Hai!" sapa Alaska tapi tak dijawab oleh Kejora.
Alaska menghela napasnya. Ia berjalan dan tanpa izin ia duduk disebelah Kejora. Tak ada sama sekali percakapan antara kejora dan Alaska. Keduannya sama-sama terdiam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Alaska melirik kearah Kejora. Rasanya mulutnya gatal ingin berbicara. Setelah berperang dengan pikirannya ia memberanikan diri untuk membuka suara. "Lo udah dari tadi nungguin disini? " tanya Alaska tapi tak ada jawaban sama sekali yang keluar dari mulut Kejora. Kejora masih terdiam dengan pandangan lurus kedepan.
"Soal yang tadi istirahat gue minta maaf!" ucap Alaska.
Kejora menatap Alaska bingung. Alaska menatapnya dan tersenyum,"Mungkin ucapan gue tadi nyakitin hati lo!" ucapnya.
Kejora hanya mengangguk, lalu ia mengalihkan pandangannya beralih menatap ke jalanan yang kini diguyur hujan.
"Lo suka hujan gak? " tanya Alaska tiba-tiba sambil menatap jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anesthezed
Teen Fiction"Gimana rasanya jatuh cinta dan patah hati? Gue gak pernah ngerasain. Rasanya hati gue udah lama mati rasa" ***** Nama gue Kejora Kata Ibu kenapa gue di kasih nama Kejora, karena dia pengin gue bisa kayak bintang yaitu bisa nerangin orang - orang di...