Chapter 12 [ Ibu ]

15 3 3
                                    

"Raganya memang hilang dan tak bisa lagi dipandang. Namun namanya kan terkenang di hati terdalam. "

_Alaska Devantara_

*****

Langit menggelap sang surya perlahan tenggelam tergantikan oleh rembulan. Sepasang sepatu berwarna hitam dengan tali diatasnya baru saja menapakan kakinya di lantai rumah bertingkat dua itu. Rambutnya acak-acakan. Tubuhnya masih dibaluti seragam sekolahnya dan tas berwarna hitamnya masih bertengger manis di punggungnya. Alaska berjalan masuk ke rumah itu yang tak lain adalah rumahnya.

Senyumannya mengembang ketika ia melihat seorang wanita paruh baya tengah menyiapkan makanan di meja makan. Pemandangan itu selalu ada ketika pulang sekolah. Ia berjalan mendekatinya.

"Dor!" seru Alaska di belakang wanita paruh baya itu.

Wanita paruh baya itu terlonjak kaget. Ia menatap Alaska sebal. "Kebiasaan!" ucapnya lalu ia menjewer telinga Alaska.

"Aduh ampun Tante Bunda!"

Tante Bunda itu adalah panggilan yang diberikan Alaska pada wanita paruh baya itu yang tak lain ia adalah Ibu tirinya. Namanya Nara. Nara tak pernah protes apalagi marah dengan panggilan Alaska padanya.

Nara menghela napasnya, lalu ia melepaskan tangannya dari telinga Alaska. Alaska tersenyum menang.

"Jangan dibisain!" peringat Nara karena pasalnya Alaska sudah sering mengagetkannya.

Alaska terkekeh "Gak janji!" ujarnya.

Nara menggeleng pelan. Ia mengusap rambut Alaska lembut. Walaupun Alaska bukan anak kandungnya tapi ia sangat menyayanginya. Ia menatap Alaska dalam. Tanpa sengaja matanya menangkap sebuah luka di sudut bibir Alaska. Tanganya bergerak menyentuh sudut bibir Alaska yang terluka itu.

Alaska meringis ketika tangan Nara menyentuh sudut bibirnya. Dalam hati ia meruntuki dirinya. Ah iya lupa sudut bibirnya terluka pasti Tante Bundanya akan menanyakan dan khawatir padanya.

"Ini kenapa? " tanya Nara khawatir.

"Kamu habis berantem? Sama siapa?"

Alaska menunduk lalu menggeleng pelan. "Maaf, " lirihnya.

Nara menggeleng pelan." Kenapa minta maaf ?" tanyanya.

Alaska mendongkak menatap Nara. Nara menatapnya lembut. Dari mata Nara, ia bisa melihat ada gurat khawatir didalamnya.

"Tante Bunda gak marah sama kamu! Tante Bunda khawatir sama kamu," jelas Nara.

Nara menghela napasnya. Lalu ia menatap dalam Alaska. "Tante Bunda gak mau kamu kenapa-napa." ucapnya. Tanpa ia sadari air matanya sudah menetes membasahi pipinya.

"Udah cukup Tante Bunda kehilangan dia, kamu jangan!"

"Ayah kamu pasti juga gak suka kamu berantem. "

"Denger ya! Kamu gak perlu jadi jagoan atau terkenal di sekolah. Apalagi maksa diri kamu buat bisa jadi juara pertama disekolah. Cukup kamu sehat dan bahagia aja udah buat Ayah sama Tante Bunda seneng," ucap Nara terisak.

Tangan Alaska bergerak menghapus lembut air mata Nara."Jangan nangis!" pintanya.

"Ini cuma luka kecil Al gak papa, "

"Al janji gak akan berantem lagi."

"Al juga janji gak akan ninggalin ayah sama Tante Bunda!"

"Al sayang sama kalian, "

AnesthezedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang