Snowdrop - 3

1K 87 3
                                    

Tara menuruni tangga sembari fokus mengetik pada handphonenya. Saking fokusnya, ia sampai tak menyadari seorang siswa laki-laki yang terlihat terburu-buru, berlari ke arahnya. Keduanya pun saling bertabrakan, dan membuat Tara terjatuh dari tangga. Untungnya, sisa empat anak tangga lagi, sehingga tak terlalu tinggi bagi Tara yang terjatuh ke bawah.

''Aiss, sial! Hei, beraninya kau mendorongku?'' teriak Tara

Siswa laki-laki itu menatap Tara dengan tatapan dingin, kemudian tersenyum smirk.

''Lain kali, berjalanlah dengan hati-hati. Kau yang salah, kau juga yang menyalahkan orang lain.'' ucap siswa laki-laki itu.

''Hei, Taqi! Beraninya kau menyalahkanku?'' ucap Tara kemudian perlahan berdiri dari tempatnya, dan membalas Taqi dengan tatapan tajam.

''Kenapa? Kau marah karena baru saja di keluarkan dari S-Class?'' ucap Taqi

''Marah? S-Class? Buahahaha, sial! Kenapa aku harus marah? Aku tak harus menjadi anggota S-Class untuk membuktikan, kalau aku ini selevel dengan kalian kan? Lagi pula, S-Class hanya diisi oleh anak-anak pembenci guru honorer. Ah, aku dengar, Navi itu adik dari guru honorer itu loh. Oopss, gawat! Pembunuhnya pasti sedang gelisah sekarang.'' ucap Tara, lalu berlalu dari sana.

"Sial!" gumam Taqi

Taqi menatap layar handphonenya, dan membaca beberapa pesan dari grup S-Class.

''Sial! Anak itu adik
si guru honorer.''

''Bukan masalah besar,
dia miskin dan tak
punya kendali di sini.''

''Tapi dia cerdas.
Bagaimana jika dia
masuk peringkat kali ini?''

''Ah, setelah si guru honorer,
sekarang si siswa miskin itu?''

''Dia tak akan bertahan di sini.
Dia tak punya apa pun.''

Taqi menutup layar handphonenya, kemudian kembali melangkah. Saat sedang melewati koridor menuju perpustakaan, ia tak sengaja berpapasan dengan Navi dan Ren. Langkah kakinya terhenti sejenak, dan melirik ke arah Ren dan Navi dengan tatapan mengintimidasi.

''Ah, dia berteman dengan serigala ya. Bodoh, dia seharusnya tak bertamu di sini. Ini akan jadi permainan yang seru, setelah guru honorer.'' ucap Taqi

Tak berselang lama, San juga berpapasan dengan Taqi. Walau begitu, San melirik tajam ke arah Taqi, dan terhenti sejenak.

''Jangan mengganggunya.'' ucap San dengan nada mengancam.

Mendengar itu, Taqi tersenyum smirk dan melirik San yang sudah menjauh darinya.

''Kau juga mengatakan itu sebelumnya. Guru honorer tak tau diri.'' ucap Taqi yang terlihat kesal.

Disisi lain, Eris menatap sebuah kotak berwarna Navi dengan pita berwarna merah darah itu dengan serius. Ia kemudian mengambil kotak itu, sembari tersenyum tipis.

''Sialan, beraninya dia masuk kemari. Kau seharusnya tak bertamu di sini, Navi.'' ucap Eris

Tak lama kemudian, Amel masuk dan langsung membaringkan badannya ke sofa. Ia terlihat kesal dan juga berantakan.

''Ada apa denganmu?'' tanya Eris

''Ah, aku harus mengganti guru private sialan itu. Beraninya dia mengatakan hal buruk tentangku di belakang. Dia dibayar bukan untuk itu. Beraninya dia! Aku akan membuat dia menyesal. Bukankah putrinya berada di SMP AT School? Hah, lihat saja, bahkan jika dia menjual tubuhnya, putrinya tak akan bisa masuk ke SMP mana pun, selain di luar negri. Sial! Jika media mendengar komentarnya, aku harus muncul di publik dan memberikan pernyataan yang begitu merepotkan.'' celetuk kesal Amel.

CIRCLES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang