"I will take to you hell"***********
Navi tertawa kecil sembari mendengus, setelah membaca pesan pada kertas itu. Ia kemudian mengusap wajahnya, terutama kedua matanya, seolah ia merasa kelelahan. Navi kemudian melangkah menuju ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Menatap ke arah cermin, dengan tatapan sendu.
''Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa aku terlihat begitu menyedihkan? Aku hanya ingin mencari ke adilan untuk kakakku.''
Navi melirik ke arah luar, setelah mendengar bel rumah berbunyi. Ia segera mengambil tisu dan mengelap wajahnya, kemudian membuka pintu.
''Siapa? Oh pak San?'' ucap Navi sembari menatap kardus besar yang di bawa oleh San.
Navi dan San kini berada di rooftop rumah susun itu, sembari meminum segelas teh hangat. Sesekali San melirik ke arah Navi yang terlihat mencemaskan sesuatu.
''Kau baik-baik saja? Apa kau merasa akan demam?'' tanya San
''Heh? Ah, tidak. Aku baik-baik saja.'' balas Navi sembari tersenyum.
''Sebenarnya, aku cukup cemas saat melihatmu berlari keluar tadi. Hujan sangat deras, dan kau berlari keluar tanpa payung.'' ucap San
''Oh? Bapak melihat saya?'' tanya Navi
''Bicaralah dengan santai saat berada di luar sekolah. Hmm, aku mengejarmu, tapi sepertinya temanmu lebih dulu menemuimu.'' Ucap San
''Ah, itu Ian. Kebetulan kami bertemu.'' ucap Navi
''Bagitu ya.'' ucap San yang terlihat tak suka, dan Navi seolah menyadari hal itu lewat perubahan ekspresi San.
Navi menatap ke arah langit, menatap awan hitam setelah hujan mereda. Menikmati angin sepoi-sepoi yang mengacak rambutnya.
San tersenyum tipis saat melihat wajah Navi.
''Nav, jika kau mau, aku bisa membantumu pindah ke sekolah yang lebih baik.'' ucap San tiba-tiba.
Navi sontak melirik ke arah San, dan penasaran dengan maksud perkataan San.
''Apa yang kau katakan?'' tanya Navi
San sedikit terkejut mendengar perkataan Navi.
''Ah hahaha, maaf. Aku sedikit terkejut, dengan perubahan cara bicaramu.'' ucap San
''Kan bapak sendiri yang ngomong.'' ucap Navi dengan wajah imutnya.
''Tidak masalah. Lebih nyaman jika kau berbicara santai. Jika perlu, panggil saja namaku. Sebenarnya, hanya beberapa siswa yang memanggilku pak. Lebih baik kak San saja.'' ucap San
''Baiklah. Maksud kak San apa tadi?'' ucap Navi
''Dengar Nav, AT School bukan pilihan yang tepat untukmu.'' ucap San
''Ah, apa karena aku tak selevel mereka? Mereka semua dari latar belakang keluarga terpandang. Sementara aku? aku bahkan harus bekerja paru waktu untuk sesuap nasi. Memang terlihat mencolok sih perbedaanya.'' ucap Navi
''Bukan itu maksudku. Nav, anak-anak itu, mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, termasuk dengan cara kotor sekali pun. Bagi mereka, uang adalah senjata paling mematikan. Kau masuk ke sana, untuk mencari ke adilan. Aku paham itu, tapi, rencana itu juga sangat berbahaya Nav.'' jelas San
''Aku mengerti kak, tapi aku tak bisa berjalan mundur. Apa pun yang akan terjadi, aku harus menemukan pelakunya. Walau aku sendiri, sebenarnya, aku tak tau apa yang terjadi. Kejadian seperti apa yang telah kakak lalui, dan alasan mereka membenci kakakku. Kak San tak perlu cemas. Aku akan baik-baik saja.'' ucap Navi sembari tersenyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLES (END)
Mystery / ThrillerNavi, adik dari seorang guru honorer di salah satu sekolah swasta ternama, yang ditemukan tewas terbakar dirumahnya. Pihak kepolisian menutup kasus tersebut, sebagai kasus bunuh diri. Namun Navi tak setuju dengan dugaan tersebut, dan mencoba mencari...