Navi melirik ke arah cctv. Menatap cctv itu dengan serius beberapa detik, lalu tersenyum sembari mengedipkan sebelah mata kearah cctv itu. Sementara seseorang di balik cctv itu, seketika tawanya pecah melihat kelakuan Navi yang tersenyum ke arahnya.
"Hahaha, sial! Aku ketahuan ya. Wah, pertunjukkan mereka memang selalu menghiburku. Tapi pertunjukka besok, jauh lebih menarik. Nav, kau memang pemain yang luar biasa. Aktingmu membuat semua lawanmu lengah. Hahha, ini semakin menarik saja."
Seseorang ini tak lain adalah Dean. Sosok dari cctv yang terus memantau pergerakan semua orang, termasuk Navi. Dean memperhatikan Navi yang berjalan menuju ke lift.
"Ke mana dia akan pergi? Ah, ruang VIP S-class? Hahaha, apa yang akan ia lakukan di sana?" gumam Dean yang sedang memantau pergerakan Navi dari balik cctv.
Navi sendiri tengah menuju ke ruang VIP S-Class. Saat pintu lift terbuka, Navi mengeluarkan sebuah kartu. Ia berjalan dengan santai menuju ke depan ruang itu. Setibanya, ia menatap cctv sejenak, sementara tangannya membuka ruang itu dengan menempelkan kartu itu lebih dulu.
Navi membuka pintu itu. Sebelum pintu terbuka lebar, Navi berjalan mundur selangkah, kemudian kembali berjalan maju dan menendang pintu itu dengan kuat.
"Siapa yang ...."
Semua tatapan kini mengarah ke Navi. Namun Navi hanya menatap mereka dengan tatapan yang begitu mengintimidasi.
"Wah, beraninya kau! Tunggu, apa yang kau lakukan di sini? Ingin membuat masalah sebelum ujian?"
"Ah, dia merusak mood belajarku. Menyebalkan!"
"Apa lagi yang ia ingin lakukan?"
"Apa yang kau katakan? Bukankah, Navi yang seharusnya mengatakan kalimat itu?"
"Hahaha"
Taqi menatap heran dan penasaran dengan kedatangan Navi ke ruang VIP, tanpa rasa takut sama sekali. Navi melirik ke arah Ren yang ternyata juga berada di ruang itu, tengah berbaur dengan anggota yang lain. Ren tampak sedikit terkejut dengan kedatangan Navi yang tiba-tiba.
"Menarik sekali. Kalian semua berkumpul di ruang ini, seolah sedang menungguku." ucap Navi sembari tersenyum.
Ren berdiri dari duduknya, menatap heran Navi. Selain itu, Ren seolah melihat Navi yang berbeda.
"Nav! Apa yang ingin kau lakukan di sini?" tanya Ren yang sedikit cemas dengan Navi. Suara lembut Ren kepada Navi, sukses membuat Taqi heran.
Navi menatap Ren, kemudian ingat saat ia tengah duduk bersama dengan bibinya siang tadi. Bu Daya, mantan staf AT School datang menghampirinya, sembari membawa surat yang di tulis oleh Ayan. Mengingat isi surat itu, Navi menghela nafas, kemudian melirik ke semua anggota S-Class.
"Bagaimana? Apa kalian begitu menikmati hari pemakaman Ayan?" ucap Navi yang membuat anggota S-Class kesal.
"Hei, apa yang sebenarnya ingin kau katakan hah? Jika hanya ingin membahas tentang kematian Ayan, itu percuma dan tak penting. Aku yakin, anak itu kesal karena ditinggal pergi saudari perempuannya lebih dulu."
"Hahaha, aku setuju. Dia pasti mengakhiri hidupnya karena hal itu. Sama seperti yang lain, bukankah begitu?"
Mengejutkan, mereka bahkan dengan mudahnya membahas kematian orang lain. Tak ada rasa peduli sama sekali, seolah seseorang yang mentalnya telah jatuh adalah orang-orang yang lemah, dan memang pantas dan wajar jika mereka pergi lebih awal.
Dean juga menunggu apa yang akan di katakan oleh Navi selanjutnya. Sementara Taqi, melirik Ren seolah memberi isyarat. Dean tersenyum mendengar perkataan mereka lewat alat penyadap di ruang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CIRCLES (END)
Mystery / ThrillerNavi, adik dari seorang guru honorer di salah satu sekolah swasta ternama, yang ditemukan tewas terbakar dirumahnya. Pihak kepolisian menutup kasus tersebut, sebagai kasus bunuh diri. Namun Navi tak setuju dengan dugaan tersebut, dan mencoba mencari...