10.Pemaksaan

41 2 0
                                    

Gabriella dan salsa berjalan cepat menuju kelasnya, akhirnya mereka bisa bernafas lega.

Terlepas dari Erlangga dan Ardi yang ada di pikiran Gabriella sekarang adalah bagaimana caranya agar dia terbebas dari dua lelaki tersebut.

Terlebih Erlangga, dia ingin bersekolah dengan tenang. Baru beberapa hari masuk sekolah tapi sudah dihantui rasa takut.

Gabriella ingat sekali perkataan salsa waktu pertama kali mereka bertemu untuk tidak dekat dengan Erlangga.

Karena ada orang yang sangat terobsesi dengan Erlangga dan akan membully siapa saja yang berani dekat dengan Erlangga.

Apakah Gabriella harus pindah sekolah lagi?

Itu akan dia pertimbangan lagi kalau dia sudah di usik.

"Heh! Lo ngelamunin apa?" ucap salsa tiba-tiba membuat Gabriella terkejut.

"Lo ngagetin aja!" ucap Gabriella sambil menetralkan keterkejutannya.

"Hehe maaf. Abisnya lo dari tadi ngelamun" balas salsa cengengesan.

"Gue gak ngelamun!"

"Terus tadi apa?!"

"Bengong. Hahaha" Salsa hanya memutar bola matanya jengah.

Kemudian mereka mengeluarkan buku pelajaran dan novel untuk di baca sambil menunggu guru yang akan mengajar di kelasnya.

Gabriella tidak pokus membaca novelnya karena pikirannya masih melayang jauh.

"Sa?" Panggil Gabriella.

"Hm?"

"Erlangga itu siapa sih?"

"Erlangga it-"

"Selamat pagi murid-murid!" Ucapan salsa terpotong oleh suara guru yang baru saja masuk ke kelas untuk mengajar.

***

Dimas mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin guna mencari teman-temannya sambil membawakan nampan berisi makanan pesanan mereka.

Setelah sudah menemukan keberadaan temannya, Dimas berjalan menuju meja yang berisikan tiga lelaki tampan yang tampak diam.

Dimas yang heran melihat ketiga temannya saling diam langsung duduk di samping Erlangga sambil menaruh nampan di atasnya.

"Yeiyy makanan ku sudah datang!" seru Ikbal sambil mengambil makanannya dengan semangat.

Begitu juga dengan adrian yang langsung mengambil makanannya dengan mata yang berbinar senang.

"Kalian kenapa?" tanya Dimas heran.

"Kenapa apa?" Tanya balik adrian

"Tadi pada diem-dieman, biasanya lo berdua kan gak bisa diem!"

"Gue laper makanya males ngomong" jawab Adrian

"Sama gue juga. Gak ada tenaga buat ngomong karena udah laper banget!" saut Ikbal.

"Lo kenapa?" kini Dimas bertanya pada Erlangga.

"Biasanya juga gue diem kan?" tanya balik Erlangga sambil mengambil makanannya

"Iya juga sih!" Dimas menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Benar juga apa yang dikatakan Erlangga kalau dia lebih banyak diam di antara mereka berempat.

Tidak ambil pusing dimas mengambil makanannya dan memakannya dengan tenang.

ERLANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang