O.7 ; distance inches in between us [!!]

333 30 17
                                    

"let's end this.."

Bak sebuah malapetaka, perkataan dari pemuda pendek disebelahnya, membuat dirinya menaikkan sebelah alisnya seraya membuat raut bertanya tanya akan apa maksudnya. Manik sebening madu itu menyelam kedalam netranya, menghantarkan sebuah emosi yang tak dapat diketahui apa jenisnya.

Pemudanya kemudian menunduk menghindari tatapan yang terasa begitu menusuk. Pancaran sinar rembulan di langit Los Angeles pada saat itu, menambah rupawan pada paras indah itu. Tak bohong, dirinya merasa terpesona saat itu juga. Namun, sebuah pertanyaan menolak dirinya untuk memuji keindahan tersebut.

"What you say? Say it again. Louder." Katanya, kemudian menyesap batangan nikotin dan menghembuskannya ke ruangan tertutup itu. Lawan bicaranya menatap nyalang.

"Let's. End. This. I don't want to speak twice, so listen to me. Aku benar benar muak dengan hubungan ini, Park Seeun. Jadi, mari akhiri semuanya. Did you hear that?!" Intonasi pelan itu, diucapkan dengan tegas dan memaksa. Pemuda lain terkekeh mendengar yang lebih tua berbicara pada dirinya.

"Apa ada alasan khusus, Kim Minjae? Yang mungkin, benar benar bisa ku terima dengan masuk akal. Say it, babe.." Minjae membuang muka dengan muak melihat wajah dan senyuman miring menantang itu disuguhkan kepada dirinya.

"Kau itu brengsek, sialan! Datang kepadaku hanya saat kau bertengkar dengan pemuda manis itu. Apa kau pernah berfikir bagaimana jika kau menjadi dirinya? You just had a fight with him, and you came to me to fuck all night. I'm not a whore, and not your slut, fuckers!" Minjae mengatakannya dengan lantang, sembari menunjuk nunjuk pemuda tinggi dihadapannya, yang kemudian tertawa. Merasa geli akan ucapan pemudanya ini.

"Your reasons make sense. But, who allowed you to end it all? In fact, when I decided to date many of the bitches out there. Did you know? You're the best bitch I've ever fucked with." Seeun berkata sembari mencengkram lengan Minjae yang meringis, namun tetap menatapnya nyalang. Minjae menepis tangan yang mencengkram lengannya itu.

"Yujun itu pemuda baik baik. Dan kau? Kau adalah iblis, sialan! Don't show your face to me tonight, bastard!!" Minjae berjalan mendahului Seeun yang juga mengikuti pergerakannya, menuju kamar yang lebih tua.

Pintu kamar tertutup menyisakan Seeun yang berada didepan pintu kamar Minjae, menatap tajam sembari tersenyum miring pada pintu itu untuk seseorang yang berada didalamnya. Sampai kapan pula, hubungan mereka selalu terasa menegangkan seperti ini? Seeun tidak tahu. Ia belum memiliki niat untuk mengakhirinya, dan tak punya alasan khusus kenapa dirinya masih tetap mempertahankan Minjae.

"OKAY, CUT!! THANKS FOR TONIGHT, GUYS!"

Suara dari sutradara, membuat Seeun akhirnya menghembuskan nafasnya lega. Pada pukul 2 dini hari, akhirnya dirinya menyelesaikan syuting untuk episode ke 12. Seeun menduduki kap depan mobil yang ia gunakan saat ber akting menjadi tangan kanan mafia tadi. Sang manajer menghampiri dirinya, membawa air mineral beserta kipas portabel yang biasanya dipakai.

"Kemana saja kau di jam 10 tadi, Park Seeun? Director dan sutradara mencarimu, hingga aku juga yang panik dengan menghilangnya dirimu secara tiba tiba!" Ah, suara omelan yang setiap hari Seeun dengarkan itu sudah menggema ditelinganya. Seeun terkekeh pelan, sebelum mengusap rambut yang lebih tua.

"Apa, Seonghwa Hyung khawatir denganku?" Ucapnya dengan nada menggoda, kemudian sang manajer menepis tangannya sembari menatap sinis pada pemuda tinggi itu.

"Sialan! Tidak sopan, bodoh!" Ia kembali tertawa akan reaksi dari Seonghwa yang benar benar membuat hatinya merasa geli. Mood nya sedikit membaik hari ini.

a series ; THE TRICKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang