Chapter 10: Khawatir

153 29 2
                                    

"ADA apa dengan wajah jelekmu itu?" tanya Ren, menghempaskan tubuhnya ke atas sofa, di sebelah Mike yang tampak lesu.

"Amelie akan menikah dengan pria lain," jawab Mike, mengangkat kedua bahunya, pasrah.

Ren melebarkan matanya. "Kau serius?"

"Aku juga kaget."

"Lalu, kenapa kau sedih begitu? Kalian sudah putus."

"Jika bukan karena aku masih peduli dengannya, aku takkan sedih begini," kata Mike, bangun dari posisinya. "Ah, melelahkan."

Ren mengangkat sebelah alisnya, memandangi punggung Mike yang mulai menghilang dari pandangannya. Dia tau persis bagaimana Mike. Mike adalah orang yang paling ceria dan petakilan yang pernah dia temui. Hanya sebelas dua belas dengan Lily, Mike itu sangat kekanakan. Itulah kenapa, jika Ren bisa melihat kesedihan di wajah Mike yang biasanya selalu cengar-cengir, itu tandanya, sesuatu yang mengusik pikiran dan hatinya itu adalah sesuatu yang berharga baginya.

"Ren."

Lamunan Ren buyar ketika dia mendengar suara Lily memanggil namanya. Perempuan itu berdiri di depan Ren. Sepertinya, Ren benar-benar hanyut dalam pikirannya sendiri sehingga dia tak menyadari kedatangan Lily.

"Ada apa?" tanya Ren, bergeser sedikit dari posisinya, agar Lily bisa duduk di sebelahnya.

"Aku baru saja menonton film dengan Marie," ujar Lily. "Lalu, ada ulang tahun."

"Maksudmu, ada adegan ulang tahun di film itu?"

Lily mengangguk.

"Kau tak tau ulang tahun itu apa?"

"Aku tau," Lily memberi jeda. "Aku hanya tak tau kalau ternyata, ulang tahun itu normalnya dirayakan dengan kue, pesta, dan kado."

Ren tersenyum ringan. "Berapa tanggal ulang tahunmu?"

"Aku tak tau," jawab Lily, polos. "Orang-orang di kapal tak pernah memberitahuku. Mereka hanya bilang kalau usiaku 20 tahun. Lalu, tahun depan, 21 tahun. Tahun depannya lagi, 22 tahun. Begitu seterusnya."

"Baiklah," Ren tersenyum semangat. "Kalau begitu, mulai sekarang, ulang tahunmu adalah hari ini."

Lily melebarkan matanya. "Hari ini?"

Ren mengangguk, tertawa. "Selamat ulang tahun, Lily."

Lily terdiam cukup lama, kemudian tertawa.

"Rasanya aneh."

"Oh? Kau meledek ideku?"

Lily menggeleng. "Terima kasih, Ren."

"Kalau begitu, hari ini, kita akan menggelar pesta ulang tahun untukmu."

***

"Baiklah, kupikir, kau mulai melupakan batasan dan fakta bahwa kau adalah bintang besar," ujar Claude, menyipitkan matanya ke arah Ren yang sedang sibuk menghias kue ulang tahun.

"Apa maksudmu? Ini hari penting untuk Lily. Kau seharusnya ikut bersenang-senang," kekeh Ren.

"Ya, aku ikut senang. Aku hanya tak senang dengan fakta bahwa kau seenaknya mengundang orang luar ke rumah ini," omel Claude. "Siapa lelaki itu?"

"Lelaki itu?" tanya Ren, menoleh ke arah Chuck yang sedang asyik bercengkrama dengan Lily. "Ah, dia Chuck. Teman Lily. Lily menyukai donat buatannya."

"Teman Lily? Kita baru sebulan di sini dan kalian sudah mencap tukang donat sebagai teman?" tanya Claude. "Bahasa Inggrisnya lancar sekali. Bagaimana jika dia adalah paparazzi?"

Safest HavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang