Eps.1 Pertemuan tanpa Pengetahuan

1.7K 59 5
                                    

Di pagi hari Rabu yang cerah ini, seorang gadis SMA tengah bergegas berangkat menuju sekolahnya. Hari ini ia sedikit terlambat dikarenakan pada malam harinya ia terus berkutat dengan buku dan begadang menonton animasi Jepang favoritnya.

"Aahhh~ telat niihh" keluh gadis tersebut disela-sela ia berlari

Beruntungnya pada saat ia sampai di sekolah, keadaan sekolah masih senggang dengan murid-murid yang masih berlalu lalang.

"Fyuhh.. Untung aja belum masuk, tapi ini kan udah jam 7 lebih kenapa belum pada masuk yah" herannya

"Ahh.. yaudah lah yah, ngapain dipikirin" lanjutnya

Ia melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya, kelas XI MIPA, kelas yang dikenal dengan penghuni yang selayaknya ahli neraka. Kelas ini sangat terkenal dengan anak-anaknya yang nakal dan tak bisa diatur.

Akan tetapi, itu semua bukanlah halangan bagi gadis ini untuk menuntut ilmu. Terdapat satu satu hal sederhana yang dapat menepis semua anggapan buruk mengenai kelas tersebut, yaitu tentang ia merasa senang karena dapat masuk jurusan yang sangat ia segani sejak dulu.

Sampai di dalam kelas, ia mengucap salam pada siswa siswi yang tengah berada di dalam kelas.

"Assalamualaikum"

Tetapi ia tak mendapatkan jawaban salam dari murid yang tengah duduk dan bercerita tersebut, pada akhirnya ia pun memilih untuk duduk menunggu bel tanda masuk berbunyi.

*Suara bel masuk

Tak berselang lama guru mata pelajaran hari ini pun datang mengajar ke kelas XI MIPA, disertai dengan heningnya kelas tersebut juga murungnya wajah para murid.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh.." salam sang guru

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarrakatuh" jawab para murid serentak

"Hari ini kita akan mempelajari Hukum Redoks dalam Fisika, semua murid diharap buka buku catatannya. Dan sebelumnya ibu cek kehadirannya dulu yah.." ucap Ibu Zahra

Ibu Zahra adalah guru wali kelas XI MIPA yang sangat baik, sejauh ini ia belum pernah menangis atau sampai marah karena telah dikerjai kelas oleh kelas XI MIPA, berbeda dengan beberapa guru yang telah menjadi korban kenakalan kelas ini, ada yang marah, menangis juga sampai tak ingin mengajar lagi di kelas ini.

Beliau mengabsen setiap siswa/siswi berdasarkan deretan nama dalam absen, dan para murid yang merasa terpanggil pun berdiri sambil mengucap "hadir/hadirroh"

"Yaya Putrinasya" panggil Ibu Zahra

"Hadirroh" jawab pemilik nama

Yaya Putrinasya yang akrab dengan panggilan Yaya, gadis muda berumur 16 tahun yang kini tengah duduk di Madrasah Aliyah jurusan MIPA, ia bukanlah murid pintar yang bisa segala hal. Ia bersekolah guna meraih cita-citanya, membanggakan diri sendiri juga orang tua yang telah membuangnya. 

Pelajaran hari ini telah berakhir, waktu menunjukkan pukul 14.25 siang, para murid berbondong-bondong pulang dengan sangat semangat, termasuk Yaya. Kali ini ia memiliki rejeki lebih dari hasil buruhnya bekerja di rumah tetangga untuk membeli kerudung untuk ia sekolah.

"Alhamdullilah, akhirnya terkumpul juga.. aku beli kerudung Rabbani atau kerudung segi 4 aja ya?? Em... Sesuai harganya aja deh, biar ada buat uang jajan hehe" Yaya berbicara sendiri dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan.

Di tengah jalan menuju pusat perbelanjaan, ia tak sengaja menabrak seseorang dan membuat apa yang tengah orang itu genggaman pun jatuh ke tanah, dengan cekatan Yaya membereskan barang-barang tersebut.

DUNIA VARDAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang