"Shit, awas aja kalian" geram Vardan seraya mengepalkan tangan
"Masih mau nangis?" Tanya Vardan pada Yaya
Vardan sangat tidak suka orang yang menangis karena itu membuatnya teringat pada mendiang sang adik kecilnya. Yaya yang mendengar pertanyaan Vardan segera menjauhkan diri dari tubuh Vardan.
"E-engga a-aku mau, mau ke-keluar dulu be-beli jajan" ucap Yaya gelagapan serta melangkahkan kakinya pergi ke luar kelas dengan jaket Vardan yang masih melekat di tubuhnya juga payung ditangannya
Vardan hanya diam menatap punggung kecil Yaya yang semakin menjauh darinya, emosinya memuncak, rasanya ingin sekali ia memecahkan buah kepala setiap orang yang ada dibelakangnya, memukul dada orang tersebut hingga terdengar suara tulang rusuk yang patah hingga mencongkel setiap mata yang memandang rendah kekasihnya.
"Dasar cewe murahan, kalo udah dapet upah kan langsung pergi kayak gitu.. Iih najis punya temen kelas murah kayak dia" ucap Secil
"Emang dia temen lo?"
"Iihh.. gua sih najis ya.."
"HAHAHAHAHAHAHAA"
Vardan semakin mengeratkan genggaman tangannya, terlihat urat-urat tangannya menonjol seolah ingin keluar dari dalam kulitnya.
"Siapa juga yang mau, wanita penggoda kayak gitu gak layak sekolah, ngelonte aja sana" ucap Nadia
Lalu BRAKKK!!!!!
Terdengar suara kursi yang membentur dinding tepat ke arah mereka dan kursi tersebut sudah tidak berwujud lagi, mereka yang melihat itu jelas sangat kaget. Perlahan mereka melihat ke arah asal kursi tersebut, lalu pandangan mereka tertuju pada Vardan yang tengah berdiri membelakangi mereka dengan tangan yang masih mengepal kuat. Tangannya gemetar tanda ia sangat marah, Secil, Nita, Nadia, Reni juga Kiran pun sangat ketakutan saat Vardan berbalik lalu memandangi mereka satu-persatu ia melangkahkan kakinya perlahan mendekati mereka disertai tatapan tajam yang menusuk dan mengintimidasi lawannya.
"Siapa yang lo sebut lonte? Siapa yang lo sebut murahan? Siapa yang lo sebut wanita penggoda? Siapa yang lo sebut dia deketin gua cuma karena uang? Siapa yang lo sebut kalo dia gak pantes buat sekolah? Siapa hah? SIAPAA?" Teriak Vardan
"Vardan.. te-tenang dulu, kita bisa-" Sebelum Secil melanjutkan perkataannya, Vardan terlebih dahulu memotong ucapannya.
"Bisa apa? bisanya ngejelekin orang? gitu maksud lo? Lo gak tau dia kayak gimana dan lo bicara gak baik tentang dia, maksud lo apa? Mau sejelek apapun dia, dia masih lebih baik dibandingkan wanita jalang manipulatif kayak lo bangsat" Teriak Vardan
"Bukan itu maksud Secil tapi.."
"TAPI APA? Lo mau buat dia gak punya temen kan? Lo mau dia berhenti sekolah dan buat dia makin sengsara kan? HAHA ANJING!! LO PUNYA MASALAH APA SIH BANGSAT!!"
"Sumpah gue baru kali ini liat sampah sampah kek kalian, hewan aja masih punya hati nurani sat.. dan lo? HAHAHAHA"
"Kalo kalian merasa kalah saing itu imbangi bukan malah jelek-jelekin orang!!” ucap Vardan, terdengar lembut namun penekanan
Vardan semakin mendekatkan tubuhnya pada mereka, ia mendekati Secil lalu mendorong bahunya hingga membentur tembok.
"Gua ingetin ini ke lo, kalo lo masih mau hidup mending jauhin Yaya dan stop bully dia, tapi kalo lo mau cari gara-gara terserah aja" ancam Vardan
Ia meraih saku celananya lalu membawa sesuatu yang berada disana. Secil kaget melihat benda apa yang Vardan raih dari dalam sakunya, sebilah pisau lipat berkarat yang masih terlihat beberapa noda darah di pisau tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNIA VARDAN [REVISI]
De TodoHidup menjadi satu-satunya harapan keluarga telah membuat Vardan begitu terpuruk meratapi kejadian demi kejadian tragis yang terjadi pada anggota keluarganya. Merelakan kepergian mereka adalah hal sulit bagi Vardan, tetapi ia terus berusaha sebaik m...