33

9.4K 926 6
                                    

“Bagaimana caranya kau bisa datang kesini?”

Jey bertanya masih dengan tubuh yang bersandar pada dinding dibelakangnya tanpa menatap balik Rayta. Sedangkan Rayta gadis itu hanya mendegkus kasar karena pertanyaan tadi tak kunjung di jawab lelaki ini malah balik bertanya padanya.

“Menaiki perahu tentunya mana mungkin aku mau berenang ke sini di saat cuaca sedingin ini.”

“Oh.”

Oh! Rayta tertawa keras sebelum meringis tatkala kepalanya terasa berdenyut sakit.

Mendengar rintihan Rayta, Jey tak kuasa untuk memaki,“Apa yang kau pikirkan saat datang ketempat ini, bodoh.”

Rayta terdiam, Mana mungkin Rayta berkata jujur pada Jey. Rayta kemudian menjawab.“Mencari harta karun.”dia terkekeh kecil,“Namun seperti yang kau lihat aku malah berakhir di culik oleh si iblis merah.”

“Mencari harta karun, cih.” Jey berdecih remeh,“Apa kau menemukannya.”

Sepertinya Jey termakan omong kosongnya atau lelaki ini hanya bosan dan ingin bermain peran bersamanya. Entahlah untuk saat ini Rayta akan meladeni Jey.

“Untuk sekarang belum, kenapa apa kau juga tertarik?”

“Hanya anak kecil yang tertarik pada Omong kosong soal harta karun.”

Dahi Rayta berkerut. Ia memutar bola mata bosan.“Baiklah pak tua, suka- suka anda saja.”jawabnya malas.

Tanpa sadar sudut bibir Jey tertarik mengulas sebuah senyuman geli namun tak lama sebelum Jey menggelengkan kepalanya.  Jey kemudian memejamkan matanya daripada terus bicara dengan Rayta lebih baik Jey tidur sambil menunggu kedatangan Masternya dan Falcon.

Melihat Jey yang sudah tertidur pulas Rayta hanya bisa mendegkus malas. Ia menatap kamar luas yang menjadi tempatnya dan Jey tinggal.

“Kamar yang mewah dan terkesan feminim. Pemilik kamar sebelumnya pasti seorang wanita.”

Lalu Rayta meraba-raba saku celananya. Ia menghela nafas lega menyadari liontin miliknya masih ada di sana. Rayta beranjak bangun dan berjalan mendekati jendela balkon kamar yang terkunci. Di luar ruangan ia melihat begitu banyak penjaga yang berkeliaran.

“ Ternyata ini rasanya di culik.”  Rayta menghela napas.“Rasanya kurang menyenangkan.”

‘Tolong jangan pergi.’

‘Aku tidak akan nakal lagi, ibu.’

Rayta menoleh dan berjalan kearah Jey, di mana asal suara itu berasal. Rayta berjongkok menatap lekat Jey yang tertidur dengan air mata yang mengalir.

“Mimpi macam  yang membuat anak bengis ini menangis dan mengigau seperti ini.” Rayta baru akan mengusap air mata Jey jika saja Jey tak menarik tubuhnya.

Tunggu bukankah tangan Jey terikat tadi? Kenapa ikatannya bisa semudah ini terlepas ?!  dalam hati Rayta berucap sambil mencoba menarik diri dari pelukan Jey.

“Ibu, jangan tinggalkan Jey... Jey janji tidak akan nakal lagi ibu...”

Untuk sesaat Rayta terdiam tak memberontak lagi. Sebaliknya gadis itu menepuk punggung tegap Jey sampai Rayta rasa tangan lelaki itu tak membelit erat tubuhnya lagi.

“Dari dalam ternyata kau ini hanya seorang bayi besar.” Ucap Rayta setelah membuat Jey kembali ke posisi semulanya. Matanya lalu bergulir menatap lekat pergelangan tangan Jey yang sedikit lecet.

Dia benar-benar tidak menghargai tubuhnya sendiri, Rayta kemudian mendogak Rayta hampir terjungkal dari posisinya tatkala matanya saling bertatapan dengan mata Jey. Sejak kapan dia bangun?

Nyasar Di Novel BL ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang