Selamat membaca!!!
Tandai typo
“Membosankan.” suaranya terdengar lirih dan amat malas, satu tangannya mencengkram kuat mahluk hitam berbulu ditangannya. Sepasang netra emas jernihnya masih tetap sama datar dan memberikan kesan bosan yang amat dalam.
“Kapan rasa bosan ini akan berakhir?! Kenapa siklus kehidupan manusia begitu monoton?” suaranya semakin rendah dan dingin, matanya tetap terpaku pada burung gagak hitam yang sudah mati kehabisan napas. Melihat hal tersebut dia tersenyum manis, “Sekarang kau telah bebas, tidak ada lagi kehidupan yang monoton. Kau tidak perlu lagi hidup menderita dengan mencuri makananku.”
Anak lelaki bersurai cokelat itu mendogak melihat pohon besar di atasnya. Kemudian suara tawa kecil terdengar darinya.
“Felix Valko Grady, apa yang sedang kau lakukan sekarang!”
Suara itu dingin namun tidak menutupi bahwa ada sedikit nada khawatir yang tersembunyi. Felix, anak lelaki muda berusia 9 tahun itu berbalik dengan satu tangan yang memegang sebuah burung gagak yang sudah mati.
“Yang aku lakukan, ya?” Felix mengulangi pertanyaannya itu dengan tenang sambil membuang bangkai burung ditangannya,“Dia telah berani mencuri daging yang ibu masak untukku, aku hanya memberikan pelajaran bagi dia yang berani mencuri sesuatu dariku, Ayah.”
Kemudian Felix tersenyum lebar, dia berjalan melewati tubuh ayahnya, Felix duduk di Gazebo taman tanpa menghiraukan tatapan tajam Ayahnya di belakang sana.
“Felix jaga sikapmu.” itu adalah kata paling singkat yang baru kali ini Felix dengar dari Ayahnya, Felix tahu ayahnya sedang marah saat ini. Felix tersenyum, “Tentu Ayah, aku tidak akan mengulanginya lagi.” jawabnya.
Falcon menghela napas jengah, dulu Falcon kira tidak akan pernah menemui orang yang sulit untuk dia lawan. Namun sekarang orang yang sulit untuk dia lawan telah lahir dengan karakter yang sama kuat dengannya.
“Ibu kamu sudah pulang dari kediaman Britta, jangan sampai dia tahu tentang kejadian hari ini.”
Felix yang mendengar ibunya telah pulang segera beranjak berdiri. Senyumannya perlahan mengembang dan dia berlari secepat mungkin meninggalkan Gazebo taman.
“Pftt... Dia begitu mirip dengan dirimu dulu cucuku.” tetua Keluarga Grady yang sejak tadi diam menyimak di balik pilar tembok keluar, dia menepuk pundak Falcon, “Dulu kau juga seperti dia, bertingkah laku menyeramkan dibelakang dan bertingkah laku imut seperti kelinci kecil di depan ibunya.”
“Tidak!” Falcon mengelak dengan tegas, dia kemudian berlalu pergi menghiraukan tawa kencang dari kakeknya.
***
“Apa ini seekor kelinci, ibu?”
Rayta tersenyum dan mengangguk seraya mengusap lembut surai cokelat putranya.
“Iya, ibu membelinya saat perjalanan pulang barusan. Apa kamu tidak menyukainya?” tanyanya yang langsung Felix jawab dengan gelengan kepala.
“Apapun yang ibu berikan Felix menyukainya.” Felix lalu menyentuh bulu putih kelinci tersebut, “Ibu, dia begitu kecil bagaimana caranya dia bisa bertahan hidup?”
“Tentunya dengan merawat dan memberikannya makan, Begitu saja kau tidak tahu.” jawaban sarkas itu berasal dari seorang pria dewasa yang baru saja datang dengan kedua koper ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyasar Di Novel BL ✓
FantasiaStop plagiat mulailah belajar menulis dengan pemikiran Kalian sendiri. jangan menjual karya orang lain hanya untuk kepentingan pribadi. Jadwal update setiap mood baik 💙 Jumlah keseluruhan bab: 40 Pict SC: pinterest Sigrid tidak pernah tahu keingin...