one - only

6.7K 292 20
                                    

Sebuah helaan napas panjang langsung keluar begitu saja dari Mingyu yang keluar dari mobilnya setelah pintu mobil dibukakan oleh sang sekretaris, Lee Seokmin. Pria berumur tiga puluh tahun itu menatap gedung tinggi yang ada di hadapannya, membuat sang sekretaris menatapnya dengan bingung.

Seokmin menutup pintu mobil. "Kau tinggal masuk Mingyu." ucapnya.

Mingyu menoleh, dengan kedua mata almondnya yang terlihat sayu, ia kembali menghela napasnya lagi. "Aku malas sebenarnya datang ke tempat ini." balas Mingyu. Ia berdecak kesal dan mulai melangkah memasuki gedung tersebut, meninggalkan Seokmin yang akan memarkirkan mobilnya.

Mingyu terus melangkah, beberapa pegawai menatap putra dari keluarga Kim itu dengan tatapan terheran. Jarang-jarang Mingyu mau mendatangi perusahaan jika tidak ada hal yang begitu penting.

Pria Kim itu berdiri di depan lift, bahkan pegawai lain langsung menyingkir dan menjauhinya. Mingyu merapikan jaket denim-nya yang terlihat begitu lusuh, juga celana jeans yang sudah luntur dan sepatu berwarna putih.

Mingyu melangkah memasuki lift, ia langsung memencet tombol empat belas dimana ruangan yang akan ia tuju berada. Selama lift itu naik, beberapa kali terbuka tentu saja, tapi mereka langsung memencet tombol tutup kembali karena tahu Mingyu ada di dalam.

Mingyu bersandar di tembok lift sembari membersihkan kukunya yang sedikit panjang, wajahnya datar dengan mata sayu dan kantung mata yang menghitam, ia hanya tidur satu jam malam tadi.

Begitu pintu lift terbuka, Mingyu keluar di lantai empat belas, ia melangkah menuju ruangan pria yang meneleponnya dan memintanya untuk datang. Mingyu akan masuk tapi seseorang menghentikan langkahnya.

"Maaf, tapi tuan Park sedang rapat." ucap pria itu.

Mingyu menoleh, memperhatikan pria asing yang tidak tahu ia siapa. Ia menatapnya dengan lekat. "Kau sekretaris baru Chanyeol?" tanyanya dan pria itu mengangguk. Mingyu memutar bola matanya dengan malas, ia membuka pintu ruangan tersebut begitu saja.

Membuat sekretaris Chanyeol langsung ikut masuk untuk menahan Mingyu, tapi pria itu sudah berhasil masuk dan membuat beberapa orang di dalam ruangan Chanyeol menoleh.

"Ehm, kami mohon pamit tuan Park." mereka langsung berdiri dari duduknya dan meninggalkan rapat yang belum selesai.

Chanyeol menghela napasnya panjang, seluruh pegawai di kantor tersebut tahu bahwa Mingyu tidak bisa diganggu jika berkunjung dan jika ada yang mengganggunya, orang itu akan habis di tangannya.

Mingyu tak menghiraukan hal tersebut, ia langsung menuju kursi kerja Chanyeol dan duduk di sana, mengangkat kedua kakinya dan ia tumpukan di atas meja. Ia duduk bersandar di kursi tersebut lalu meraih sebatang rokok dari bungkus rokok di saku jaketnya dan menyalakannya.

Sang sekretaris Chanyeol mengerjap bingung, ia akan mendekatkan ke arah Mingyu dan menegurnya tapi Chanyeol menghentikannya. Ia berjalan mendekat ke arah Mingyu, berdiri di depan meja kerjanya sendiri. "Mingyu--"

"Kenapa kau menelepon?" tanya Mingyu, ia menatap Chanyeol dengan wajah datarnya, menghembuskan asap rokok dari mulut dan hidungnya.

Chanyeol menghela napasnya panjang, ia menatap lekas sang adik tiri yang dia tahun lebih muda darinya itu. "Paman Kim sakit." ucapnya.

Dahi Mingyu mengernyit. "Paman?" ia terbahak dan menurunkan kakinya dari meja kerja Chanyeol, mendekatkan tubuhnya ke arah pria Park itu. "Yaa.. Park Chanyeol.. dia ayahmu." ucap Mingyu.

"Mingyu aku serius, paman Kim ingin bertemu denganmu." balas Chanyeol dengan wajah kesalnya.

Mingyu bangkit dari duduknya, ia berjalan memutar meja tersebut dan berdiri di samping Chanyepl, lalu duduk bersandar di meja kerja itu. Kedua matanya lalu tertuju pada sekretaris Chanyeol yang berdiri tak jauh dari keduanya, ia menyesap rokoknya. "Dia sekretaris barumu?" tanyanya.

The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang