seven - blood

2K 195 12
                                    

Wonwoo berjalan memasuki area dapur dari kebun dengan membawa sebuah buku di tangannya. Ia melangkah untuk menuju ke ruang keluarga tapi ujung matanya menatap sebuah pintu kayu yang terbuka di area dapur tersebut. Ia menatap sekeliling, keadaan rumah begitu sepi karena ia tahu beberapa anak buah Mingyu pergi entah kemana termasuk Seokmin.

Bukannya pergi, ia malah mendekati pintu kayu tersebut dan Wonwoo melihat sebuah tangga yang menuju ke ruang bawah tanah, padahal di belakang dapur tersebut adalah kebun. Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar sebelum ia melangkah turun di tangga tersebut, rasa penasarannya begitu besar akan ruangan itu.

Hanya cahaya remang-remang dari lampu kuning di tangga tersebut, sampai akhirnya ia tiba di sebuah lorong yang tak terlalu panjang. Matanya mengerjap, melihat beberapa ruangan di sana.

"Sudah kubilang untuk membayarnya!"

Ia sedikit terkejut saat mendengar suara Mingyu menggema di lorong tersebut, lalu di susul suara pukulan dan jeritan seorang pria yang sepertinya kesakitan. Wonwoo berbalik, untuk pergi, tapi dirinya sungguh penasaran dengan apa yang Mingyu lakukan.

Ia memantapkan diri dan berjalan ke sumber suara, di salah satu ruangan dengan ukuran empat kali empat meter, ia berdiri di sisi pintu yang terbuka, melihat Mingyu bersama Jaehyun di dalam sana. Ia juga melihat seorang pria yang sudah babak belur dengan darah di beberapa bagian tubuhnya.

Ia melihat Mingyu yang berdiri di hadapan pria itu berjongkok, meraih dagunya dan membuatnya mendongak. Wonwoo menelan ludahnya kasar saat melihat tangan kiri Mingyu memegang sebuah pisau dan ia arahkan mata tajam pisau itu ke leher pria itu.

Dengan jelas, pria itu menangis. "K-kumohon Mingyu, beri waktu aku l-lebih banyak... jangan bunuh aku.." pintanya dengan suara memohon dan serak, kedua tangannya terus bergerak memohon kepada Mingyu.

Mingyu berdecih. "Aku sudah memberimu waktu sebulan lebih, tapi bukannya mencari malah berjudi." tegas Mingyu, ia mencengkeram dagu pria itu yang rahangnya sudah patah karena tendangannya tadi. "Kau sudah tahu kan apa yang terjadi jika kau tidak membayarnya?"

"Mingyu, aku mohon, aku--"

srek

Darah dari leher pria itu muncrat begitu saja mengenai wajah dan tubuh Mingyu, pisau itu menggores cukup dalam hingga mengenai titik pembuluh darah besar di sana sehingga darah itu mengalir keluar begitu saja. Mingyu menghempaskan tubuhnya di lantai.

Sementara Wonwoo, terkejut bukan main, ia bahwa menjatuhkan bukunya saat darah itu mengenai tubuh Mingyu. Ia beringsut mundur dan berniat pergi dari sana, tapi malah ia terjatuh, terperosok di lantai itu dan tubuhnya bergetar hebat.

Wonwoo menekan ludahnya dengan kasar, ia mencoba bangkit dengan menggerakkan tangannya di tembok lorong tersebut. Kedua kakinya yang serasa lemas terus berusaha melangkah untuk pergi dari sana.

"Lakukan tugasmu Jaehyun."

Ia mendengar suara Mingyu yang sepertinya akan keluar dari ruangan itu, dengan tergesa Wonwoo bergerak menaiki tangga, ia keluar di area dapur itu dan langsung menuju ruang keluarga, berlari menuju kamarnya dan ia menutupnya cukup keras.

Napasnya memburu, ini kali kedua ia melihat Mingyu membunuh seseorang dan kali ini, Wonwoo tidak dapat mentoleransinya. Ia memundurkan langkahnya hingga menabrak jendela kamar itu. Tubuhnya terperosok dan ia duduk di lantai, kedua tangannya bergetar hebat dan air mata mengalir terus dari kedua matanya.

Ia menutup wajahnya yang mengeluarkan suara tangisannya. "Ayah.. hiks.. ibu.." Gumamnya dengan suara yang bergetar, malah mendengar pintu kamar tersebut terbuka. Wonwoo sama sekali tak berani untuk mendongak, ia bisa merasakan langkah kaki pria itu semakin mendekat ke arahnya.

The AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang