PESTA

1.6K 205 9
                                    

Jakarta, 2023

Cahaya lampu kristal memantulkan gemerlap dari setiap sudut ruangan, menciptakan siluet elegan dari para tamu yang mengalun masuk dengan gaun malam berkilauan dan setelan jas berwarna-warni. Suasana riang dan mewah menyelimuti udara, seolah-olah kekayaan dan kejayaan berkumpul dalam satu tempat.

Di tengah-tengah ruangan, sebuah panggung dihiasi dengan ratusan bunga segar dan lampu-lampu yang menghadirkan suasana magis. Orkestra yang dipimpin oleh seorang maestro terkenal mengisi ruangan dengan harmoni yang mempesona, sementara penari-penari profesional menggerakkan tubuh mereka dengan grasi dan keanggunan, menghipnotis para tamu dengan gerakan-gerakan yang memesona.

Suara dentingan gelas champagne yang beradu dan musik yang mengalun indah tidak mampu meredakan suasana hati Pandu yang kacau. Di usianya yang hampir mencapai 25 tahun, ia merasa terlalu jenuh untuk menampilkan senyuman terbaiknya ketika beberapa kolega mendekat dan menyapanya.

Pandu menatap sekeliling dengan pandangan kosong, berusaha mencari kesenangan yang hilang di tengah gemerlap pesta ini. Cahaya lampu kristal yang memantul dari dinding-dinding ballroom hanya menambah kesepian dalam dirinya. Meskipun ia terlibat dalam percakapan seputar bisnis dan prestasi, pikirannya melayang ke masa lalu yang kini terasa begitu jauh.

Beberapa tahun lalu, Pandu menyadari bahwa setiap orang memiliki beban sendiri di pundaknya. Namun, cara mereka mengemban beban itu berbeda-beda. Gabriel tampak menyerahkan diri sepenuhnya kepada aturan yang diberikan oleh Eyang, tanpa pernah menolak. Di sisi lain, ada Panji yang gigih menentang takdir yang telah ditetapkan keluarganya, meskipun akhirnya harus menerima kekalahan yang telak.

Namun Pandu, lelaki yang bergelar Darmawangsa, memiliki kesempatan luar biasa untuk fokus pada apa yang diinginkannya tanpa terhalang oleh larangan atau pembatasan dari orang lain. Baginya, hidup terasa seperti mengalir dengan baik tanpa banyak kendala. Namun, dia sadar bahwa ini adalah anugerah yang tidak semua orang bisa rasakan. Pandu melihat betapa beratnya beban yang harus dipikul oleh Gabriel dan Panji, yang harus menempuh pendidikan di luar negeri dengan segala ekspetasi besar yang diletakkan di pundak mereka. Hal ini membuatnya merenung dengan rasa sedih yang mendalam.

Pandu teringat saat mengantar Gabriel pergi. Untuk pertama kalinya, dia memeluk Gabriel, lalu dengan lembut mengucapkan, "Terima kasih, Gab." Gabriel bertanya alasan Pandu berterima kasih, tetapi Pandu hanya terdiam. Di dalam hati, Pandu mengucapkan rasa terima kasih karena Gabriel telah menjadi sosok yang sempurna, rela mengorbankan dirinya dan impian masa depannya sendiri, sehingga Pandu bisa hidup tanpa perlu terlihat sempurna seperti apa yang diharapkan orang lain.

Lamunan Pandu terputus saat tatapannya menangkap sosok yang dikenalnya di antara keramaian. Seorang lelaki bertubuh besar dengan kemeja putih dan jas hitam berdiri tidak jauh dari tempatnya. Senyumnya, yang biasanya Pandu anggap menyebalkan, merekah ketika seorang perempuan menyentuh tangannya, menyebabkan alis Pandu mengerut tajam.

"Panji Aloskara," batin Pandu, mengenali sosok itu tanpa ragu. Panji, lelaki yang secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Pandu, menginginkan mereka menjadi lebih dari sekadar teman.

Pandu sering kali menolak Panji dengan kasar, mencaci maki dan mencoba menjauhkannya. Namun, malam ini, rasanya akal sehatnya melayang entah ke mana. Api cemburu membakar tubuhnya saat melihat beberapa perempuan menggoda Panji dengan terang-terangan. Pandu menggertakkan giginya, tatapan tak suka terpancar dari matanya.

Tanpa sadar, langkahnya melaju mendekati Panji yang sedang asyik memikat perempuan-perempuan di sekitarnya.

"Panji," panggil Pandu dengan nada kesal.

Panji menoleh, wajahnya terkejut ketika melihat Pandu menatapnya dengan tajam. "Ada apa?" tanya Panji.

"Ikut gua," ucap Pandu tegas.

Best Mistake - PondPhuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang