Bab 5

3.3K 474 103
                                    

~1 Tahun kemudian~

"Mew kepala sekolah menyuruh kau datang kesekolah Gulf."

"Ada apa lagi? Ini minggu kedua mereka masuk sekolah dan aku sudah 4 kali dipanggil kesekolah, aku bisa tua sebelum waktunya kalau setiap hari seperti ini, belum lagi ngurus masalah kantor, belum aku juga harus melanjutkan pendidikanku."

"Tapi mereka berdua juga tanggung jawabmu."

"Lalu bagaimana dengan pekerjaanku?"

"Tinggalkan saja dulu, kau pergi kesekolah Gulf nanti biar aku antar."

"Hmm!"

1 jam kemudian

Mew langsung menuju ruang kepala sekolah untuk menjemput kedua kurcacinya, Mew sudah hapal dimana ruang kepala sekolah karena dia sudah sering kali dipanggil oleh pihak sekolah.

"Silahkan duduk Tuan!"

Mew dan Maxpun duduk disofa dimana ada kedua anak-anak itu dan korbannya didalam ruangan.

"Anak-anak ini bertengkar dan Gulf melukai kepala temannya hingga bocor."

"Gulf!"

"Bukan salah Gulf, First yang lebih dulu, dia buat Win nangis."

"Memangnya apa masalah kalian kenapa kalian hobby sekali bertengkar?"

"First bilang kami tidak punya mami dan Papi dan masalahnya lagi, Win itu cengeng , jadi Gulf pecahin aja kepalanya First."

"Gulf, kau tau itu perbuatan tidak terpuji."

"Tapi dia duluan, kami memang tidak punya Mami tapi kami punya Daddy, iya kan Dad!" Tanya Gulf pada Mew.

"Kau bukan anakku, kau nakal jangan ngaku-ngaku."

"Daddy juga mau kepalanya Gulf pecahin?"

"Kau aku sekolahkan biar pintar kenapa jadi sebaliknya?"

"Gulf pintar ko, pintar ngelawan! Kalau tidak ada Gulf, Win sudah nangis guling-guling dilantai."

"Win diam karena Win juga takut padamu."

"Mew! Kenapa jadi kau yang bertengkar dengan Gulf, kita datang kesini untuk menyelesaikan masalah anak-anak."

"Dia selalu saja menjawab jika dinasehati."

"Tuan-tuan jadi bagaimana nasib anak saya," tanya Maminya First pada Mew.

"Maafkan anak kami Nyonya, kami akan mengobati anak Nyonya sampai sembuh dan untuk kau Nak First jangan meledek Win lagi dan jauhi Gulf agar kau aman." Ucap Max pada First dan orang tuanya.

"Dih..harusnya kita yang ngejauhi dia, kenapa jadi dia?" Protes Gulf pada Max.

"Sama saja, lebih baik kalian berdua sama-sama menjauh."

Setelah menyelesaikan masalah anak-anak Mew kembali kekantor dan anak-anakpun dibawa kekantor.

"Mulai sekarang dan seterusnya aku tidak mau dengar lagi kau bertengkar, minggu lalu kau menggoda anak perempuan hingga dia menangis."

"Dianya saja yang cengeng Dad, Gulf hanya mencium pipinya."

"Kau! Benar-benar membuatku jengkel, sejak kapan kau panggil aku Daddy, aku masih terlalu muda untuk jadi bapak-bapak."

"Sejak beberapa jam lalu, sejak Gulf dan Win dibully karena tidak punya Ayah."

"Kita bertiga sama! Sama-sama tidak memiliki Ayah."

"Kalau begitu tidak salah kan, Gulf panggil Om dengan sebutan Daddy, cukup Daddy saja yang tidak punya Ayah jangan biarkan nasib kami sama seperti Daddy, dan sepertinya sudah saatnya Daddy cari ibu untuk kami berdua, bukan begitu Win? Akh Win mah diam saja seperti Mummi."

My Hero [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang