16

40 2 4
                                    

Berbondong-bondong kelompok A memasuki bagian Timur, untuk mencari artefak tersebut.
Kento ketua kelompok A, melaju melangkah dan diikuti oleh teman-temannya dan junio. Ichiohana yang merasa tidak nyaman berada satu kelompok bersama Kento. Terlihat jelas Kento melihat Ichiohana seperti gelisah.

"Kau kenapa?" tanya Ken.

Ichiohana menatap Kento dengan pekat dan berkata, "tidak apa."

Tidak disadari mereka sudah terlalu jauh berjalan, suara terengah-engah mulai meliputi. Terlihat jelas sekali mereka kelelahan. Sedangkan Ichiohana kelihatan begitu lemah dan berat nafasnya terasa sekali bahwa ia akan pingsan ditempat.

Kento yang melihat itupun dengan kilat membopong Ichi menaiki bahunya, Ichi sempat terkejut tapi ia mengabaikannya dan memegang erat bahu Kento, ia rasa membutuhkan itu.

Terlihat ada satu wajah yang merasa kesal melihat itu, tak lain adalah Ariel. Ia yang menyukai Kento kini malah memberi perhatian hanya pada Ichi dan bukan dirinya.

"Ken, apakah kau sedang pamer, hah?" ucap Takashi.

Kento melirik, dan mengabaikan ucapan itu.

Beberapa orang memilih untuk beristirahat sejenak, sedangkan Kento dan Takashi serta Ichi yang berada di pundak Kento, mereka tetap melanjutkan jalannya, dan di ikuti oleh Ariel yang dari tadi memasang muka cemberutnya.

Menelusuri pepohonan yang rindang dan malam hampir tiba membuat Kento khawatir. Tiba-tiba Ichi mengangkat suara membuat Kento berhenti berjalan untuk sejenak.

"Tunggu, Ken."

"Ada apa?"

Takashi melirik, "apa kau haus?"

Kento menoleh saat Takashi berkata seperti itu, lalu ia menurunkan Ichi.

"Tidak. Bagaimana kalau kita cepat menyelesaikan ini, malam hampir datang. Aku takut kita tidak bisa kembali," ucap Ichi.

Kento mendudukkan dirinya di bawah pohon. Matahari mulai terbenam, ia juga berpikir begitu, tetapi jika ingin menyelesaikan ini. Bagaimana caranya?

"Seperti apa artefak yang kita cari, aku tidak yakin kita menemukannya," saut Ken.

"Kau benar, Ken," balas Takashi.

"Sudah jelas artefak itu adalah ilusi," sambung Ichi. Lalu menatap mereka dengan serius.

"Maksud mu?" tanya Ariel.

"Artefak itu tidak ada," ucapnya yang mengejutkan semua kelompok.

Mereka pikir Ichi hanya membual, tidak percaya padanya. Mana mungkin tidak ada artefak, orang jelas disuruh mencari artefak. Tidak masuk akal sekali.

"Apa kau gila! Bagaimana mungkin tidak ada artefak, lalu kita sudah berjalan jauh seperti ini dan pulang dengan tangan kosong, begitukah maksud, mu?" cibir Ariel.

Kento menentang dan mengangkat bicara setelah memikirkan perkataan Ichi barusan. "tidak semuanya salah dalam perkataan itu, aku rasa Ichi ada benarnya," ujar Ken. Ichi tertegun melihat Kento membelanya.

"Tidak biasanya kento menyebutkan namaku, apakah dia mulai menyukaiku." gumamnya.

"Ken! Terus apa alasan mu mengatakan itu?" tanya Ariel.

"Dengar semuanya, sudah jelas sekali Bapak memberikan kita pertanyaan dan sudah jelas juga pertanyaan itu untuk di jawab bukan malah mencari hal yang tidak terlihat." jelas Kento.

"Dan satu lagi, benda itu tidak ada karena memang tidak ada, contohnya kita tidak benar-benar mencari itu, yang kita cari adalah jawaban yang Bapak berikan pada kita. Dan jawabannya adalah tidak ada artefak yang terlihat, itu adalah siasat kuno yang menguji kecerdasan kita, dan Bapak berniat membuat kita berpikir, apakah kepintaran kita terlihat disaat seperti ini? Aku rasa itulah jawabannya, artefak itu adalah kita semua. Kita semua adalah artefak yang kuno karena terlambat untuk melihat ini," saut Ichi menjelaskan. Kento dan Takashi terbelalak melihat Ichi menjelaskan itu dengan lantang. Semuanya pun mulai berpikir masuk akal dan setuju dengan penjelasan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K E N T OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang