AN~19

329 71 5
                                    

“Apa yang di bilang Minji itu benar paman. Aku sendiri saksinya.” Lexan membuka suaranya kali ini.

Alis Sehun mengerut bingung dengan perkataan pemuda di samping Minji.

_____

“Aku mendengar bahwa dia menyebut nama Haerin waktu bertelepon dengan seseorang.. tak hanya itu, tadi dia juga menyebut bahwa om Arsen dan tante Asha juga bersama Haerin. Yang artinya.. mereka masih hidup paman.” penjelasan Lexan membuat manusia bermarga Kalingga kaget tentunya.

“Jangan mengarang tentang orangtuaku Xander!” marah Danielle.

“Danielle aku tidak berbohong, aku tak mungkin salah dengar.. aku mohon percayalah padaku kali ini.” ucap Lexan memegang tangan Danielle, serta menatap Danielle penuh keyakinan.

Danielle mencoba mencari kebohongan di mata Lexan, namun tak ada. Yang ada hanyalah binar kejujuran dari manik Lexan.

“Buktikan saja ucapanmu itu Xander, ku harap kau tak mengecewakanku.” ucap lirih Danielle, yang di angguki cepat oleh Lexan.

“Apa kau menjamin bahwa ucapanmu itu bukanlah lelucon anak muda?”

“Aku tidak pernah bermain-main dengan hal yang seperti ini paman, apalagi itu menyangkut keluarga– Danielle.” tegas Lexan sambil melirik Danielle. Danielle yang melihat itu, membuang mukanya ke samping agar tak berkontak mata dengan sang mantan kekasih.

“Baiklah jika–”

“Tunggu paman! Apa paman langsung percaya begitu saja padanya?” sela Hanni.

“Maka dari itu, akan ku buktikan padamu kakak ipar.” Hanni yang mendengar itu berdecak malas. Lexan terkekeh melihat Hanni yang seperti itu.

Lexan segera menghampiri Arthur yang masih bersandar di pohon beringin besar itu. Sementara yang lain hanya melihat, kira-kira apa yang akan di lakukan Lexan. Terlihat wajah Arthur yang bercucuran keringat, serta ekspresi ketakutan yang tercetak.

“Kau kenapa bisa berkeringat seperti itu huh? Padahal cuaca lagi dingin.. jangan-jangan kau takut ya?” ejek Lexan.

“Ti-tidak buat apa a-aku takut hah?”

“Ouh seperti itu ya? Em.. aku ingin memberitahumu sesuatu–” ucapnya berbisik pada Arthur.

“Bagaimana? Kau memilih opsi yang pertama atau yang kedua hm?” ucap Lexan seraya tersenyum jahil.

“Lexan sialan! I-itu bukan pilihan bodoh!”

“Terserah padamu saja, baiklah jika kau–”

“Ba-baiklah aku akan mengatakan semuanya.”

“Kakak ipar, bukankah aku adik ipar yang baik buat adikmu yang cantik itu? Khekhekhe” ucap Lexan yang sedikit berteriak pada Hanni, tak lupa kekehan kecil yang terlontar dari Lexan.

“DIAM LEXAN!” kesal Hanni.

“Ekhem” deheman Sehun membuat semuanya kembali pada tujuannya.

“Heii bocah cepat katakan!” gertak Sehun.

“Ja-jadi s-semua–”

ASTHA NISCALA || NewJeans (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang