Chapter 08

1.8K 121 10
                                    

Hai hai hai ...

Mau kasih WARNING!!!  ⚠️⚠️
Berisi kekerasan, kata-kata kasar dan kotor. Jadi pembaca yang bijak ya 😉

Happy reading

Enjoy it 😘

.

.

Buagh!!

Jeno kembali menarik rambut Haechan ketika lawan duelnya itu tergeletak sembari mengerang kesakitan setelah ia memberi bogem mentah untuk yang kesekian kalinya.

Plak!!

Jeno kembali menampar pipi Haechan hingga lelaki itu kembali jatuh tersungkur. “Kau, berani sekali bermain-main dengan kami, Haechan” geram Jeno menatap lawannya dengan penuh amarah.

Haechan yang ditatap demikian tidak merasa takut sama sekali, lelaki itu justru terkekeh mendengar perkataan Jeno. Seolah perkataan tangan kanan Mark ini adalah hal yang paling lucu yang pernah dia dengar.

“Kenapa harus takut dengan sampah” sebuah pernyataan menusuk keluar dari bibir robek Haechan yang masih basah dengan darah atas perbuatan Jeno sebelum nya.

Geram?. Tidak. Jeno tidak geram, ia balas pernyataan pengkhianat di depannya ini dengan sebuah tawa lantang yang awalnya pelan semakin menggelegar. Tanpa perasaan serta tanpa memperhatikan luka di wajah babak belur Haechan, Jeno mencengkram dagu Haechan kuat hingga membuat keduanya saling bertatapan - Haechan merintih.

“Setelah ini pun kau akan jadi sampah Haechan. Bahkan lebih rendah dari sampah” Jeno bicara sarkas dengan nada penuh penekanan.

Sekali lagi Haechan terkekeh mendengarnya “Apa aku terlihat peduli?” ucap Haechan dengan tenangnya.

Jaemin yang sejak tadi diam pun berjalan mendekat menghampiri posisi Jeno dan Haechan saat ini.

“Lihat pengkhianat ini, berani juga kau ternyata .. “ lelaki itu bicara seakan menunjukan betapa bangganya dia pada lelaki yang babak belur ditangan Jeno. Membuat Haechan mendecih mendengar suaranya.

Lelaki yang biasa menunjukan senyumannya kini justru memasang wajah datar dengan tatapan mata tepat menatap Haechan tajam.

“Jeno .. “ Jaemin memberi isyarat Jeno untuk membuat Haechan yang berlutut untuk berdiri, dan tentu saja Jeno paham dengan isyarat tersebut.

Jeno menarik kerah baju Haechan dengan satu tangannya, meskipun hanya dengan satu tangan Jeno mampu membuat tubuh ringkih Haechan dapat berdiri dengan mudahnya. Setelah itu Jeno mundur dan menjauh dari kedua orang yang saling berdiri berhadapan.

Jaemin sudah memasang kuda-kudanya dan posisi siap menyerang, sementara Haechan hanya menatap Jaemin – memprediksi apa yang akan di lakukan oleh lelaki di depannya ini.

Haechan menghindar ketika Jaemin mencoba meninju wajahnya. Sekali, dua kali, tiga kali, Haechan hanya mampu menghindar meskipun langkah kakinya tidak tegap seperti ia melawan Jeno sebelumnya.

“Boleh juga” Jaemin bersuara sarkas dengan masih memasang kuda-kuda. “Tidak ingin melawan, huh?” tantangnya pada sang lawan.

Haechan sama sekali tidak bersuara, ia mengamati setiap detik pergerakan Jaemin. Kalau pun ia melawan pasti serangannya tidak akan berarti apapun untuk lelaki di depannya. Tubuhnya terasa remuk meskipun baru melawan Jeno. Dia tidak lupa jika diantara yang lain, Jeno adalah orang terkuat di kelompok ini. Dan dia juga baru tau jika Jaemin bisa bertindak seperti ini. Karena yang ia tahu, Jaemin adalah sosok yang berada di balik layar. Tidak pernah menunjukan kemampuan beladiri dan ia pikir Jaemin hanya bisa mengotak-atik komputer. Ternyata perkiraannya meleset.

SEMICOLON || Markhyuck ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang