Hukuman

33 0 0
                                    

“Hey!! semuanya dengarkan, ini contoh maba yang seenaknya melanggar aturan, udah telat 30 menit, tanda pengenalnya gak dibawa, sebenernya niat gak si kuliah, masih maba aja udah main-main kaya gini berani langgar aturan” ucap Reynald sambil menahan emosinya

Amanda hanya bisa pasrah menerima hukumannya, bagaimana pun ia sangat merasa bersalah tetapi ini sangat melukai harga dirinya, dipermalukan didepan ratusan mahasiswa baru di dalam Gedung aula, dipermalukan seperti ini memberi dampak buruk pada image nya di hari pertama ospek.

“Sebagai hukumannya lo harus minum, minuman ini” ucap Reynald sambil menyeringai, dan menyodorkan minumannya

“Harus disini kak minumnya?” tanya Amanda dengan wajah herannya, sambil mengepalkan tangannya

“Iya lah disini, dimana lagi, cepet minum”

Amanda pun meminum air yang disodorkan Reynald, lidanya mulai terasa kecut, air yang diminum Amanda adalah air garam dengan tambahan perasan jeruk nipis. Pelupuk mata Amanda mulai dipenuhi air mata, dan emosinya  pun semakin memuncak, ia pun terus mengepalkan tangan sekuat-kuatnya, untuk meminimalisir rasa air garam yang sedang diminum.

Seorang laki-laki tampan dan tegap tiba – tiba menghampiri Amanda dan mengambil gelas yang sedang dipegang Amanda. Kemudian gelas itu ia siram pada wajah Reynald, Reynald terperanjat kaget, emosinya memuncak tangannya ia kepalkan begitu kuat.

“Maksud lo apa kaya gini hah? Lo mau cari masalah sama gue?”

Teriak Reynald dengan wajah merah padamnya sambil mengepalkan tangannya.

“Rey, lo itu Ketua Pelaksana, seharusnya lu membimbing mahasiswa, bukannya malah kaya gini, lo mau ngerusak citra kampus ini hah?” jawabnya dengan emosi

“Heh Anan, lo jangan sotoy deh, lo cuman panitia disini, lo gak usah ngatur-ngatur gue” ucap Reynald sambil menunjuk wajah Anantha.

“Jalanin acara osjur aja lu gak becus Rey, gak pantes lo jadi Ketua Pelaksana” jawab Anantha dengan wajah kesalnya.

Bugh.

Reynald mengayunkan tangannya dan langsung menjotos wajah Anantha, badan Anantha langsung tersungkur, dan wajahnya pun lebam. Anantha hanya tersenyum smirk melihat perlakuan Reynald padanya.

“Hey stop!! Rey lo keterlaluan banget, lo harusnya jadi contoh buat anak-anak yang lain, malah kaya gini” ucap Arash dengan nada tingginya, sambil membantu Anantha berdiri kembali.

“Shirin, bawa Reynald ke ruang sekre”

Ucap Arash sambil menatap tajam mata Reynald.

“Ayo cepet  Rey” Shirin menarik paksa tangan Reynald untuk keluar dari Gedung aula.

“Nei ambil alih dulu acaranya, suruh ke ruangan A5 aja sama Arash” ujar Anantha sambil menyodorkan mic pada Neisha.

Neisha menggangggukan kepalanya tanda setuju.

Neisha langsung sigap melangkah ke depan panggung dan mengambil alih acara orientasi jurusan.

“Adek-adek mahasiswa baru diharap tenang, maaf ya tadi terjadi kesalahpahaman, untuk sekarang silahkan ikuti kak Arash untuk penyampaian materi oleh Bapak Rektor di ruang A5”

“Masih semangat kan semuanya?” teriak Arash sambil mengelilingi semua mahasiswa baru

“Masih” teriakkan mahasiswa baru jurusan Manajemen Bisnis, membangkitkan kembali semangat para panitia.

“Wih mantap”

“Kalau saya bilang, Manajemen Bisnis, kalian jawab jaya jaya jaya!!! Oke, Siap semuanya?”

“Manajemen Bisnis” ucap Arash sambil menyodorkan mic nya ke atas

“Jaya jaya jaya” teriak mahasiswa didalam Gedung Aula

“Wih mantap semangatnya, tepuk tangan semuanya”

“Karena semangat kalian masih membara, ayo ikuti saya ke ruang A5 untuk penyampaian materi selanjutnya.”

Arash dan para mahasiswa baru, melangkah pergi ke ruang A5 untuk penyampaian materi terkait profile Pancasila.

Seorang laki-laki berwajah sangar, sedang duduk di ruang sekre sambil memutar-mutar pulpen dijarinya, ditambah sengan senyuman smirk nya yang mengintimidasi.

“Ooooh…. ternyata rencana lo itu buat mempermalukan si maba yang kesiangan” tanya Shirin dengan penasaran.

“Gue gedek banget sama dia” jawab Reynald sambil melempar pulpennya ke arah luar ruangan

“Emangnya kenapa sih? Lo punya dendam sama dia? Lo kan baru pertama ketemu hari ini” tanya Shirin dengan pertanyaannya yang bertubi-tubi.

“Pokoknya ada, nanti gue cerita” ucap Reynald sambil melongsong pergi ke luar ruangan.

Ketika Semesta Mempertemukan KitaWhere stories live. Discover now