Pesanan coffe 100 cup pun sudah selesai, akhirnya Amanda pulang dengan tenang. Seperti biasa ia menikmati hembusan semilir angin malam, dan mendengarkan musik disetiap langkah perjalanannya. Deraian rintik air hujan yang jatuh mulai membasahi bumi, Amanda pun mulai lebih berhati-hati lagi, ia tidak ingin seperti minggu yang lalu, traumanya muncul kembali.
“Eh, kok hujan?” gumam Amanda sambil membuka jaket, untuk menutupi kepalanya, dan ia berlari kencang, untuk menghindari hujan.
Hujan pun semakin deras, suara petir yang menyeramkan mulai berdatangan, seluruh tubuhnya mulai lemas dan bergetar hebat. Isak tangisnya pun semakin keras, air matanya tak bisa terbendung lagi, dan hatinya mulai merasakan sakit kembali. Ia duduk di bawah aspal di salah satu toko yang sudah tutup, untuk berteduh. Ia terus saja meremas kedua tangannya untuk menyalurkan rasa sakit, suara tangisannya pun semakin keras. Gadis itu terus menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
Seorang pria tampan berjaket hitam, berlari kencang ke arah Amanda, ia langsung duduk di sebelahnya dan memeluk hangat gadis yang sedang bergetar hebat itu, tangannya mengelus lembut kepala Amanda.
“Mandaa!!” Anan berlari memeluk gadis yang disayanginya.
“Kamu tenang ya, tarik nafas perlahan” kata Anantha sambil mengenggam tangan, Amanda dengan erat
Hiks hiks hikss
“Aku takut kak, aku takut banget, aku gamau denger suara petir” hiks hiks
“Kakak ada disamping kamu, kamu aman disini, jangan takut” ucap Anantha dengan tatapan dalamnya, sambil kembali memeluk hangat gadis itu.
“Kakak jangan tinggalin aku ya, aku takut” ucap Amanda sambil menangis dipelukan Anantha.
“Gak akan, kamu tenang aja” jawab Anantha sambil terus mengusap-usap kepala Amanda dengan lembut.
Amanda terasa nyaman dan aman berada dipelukan pria itu, isak tangisnya pun mulai berhenti, dan tangan yang bergetar hebat tadi sudah mulai kembali normal. Ia merasa sangat terlindungi jika di dekat Anantha.
Rintik air hujan, dan suara-suara petir yang menggelegar sudah berhenti, Amanda bangun dari senderan bahu lebar Anantha, dan ia pun tersenyum manis ke arahnya.
“Kak Anan, makasih banget ya, kalau gak ada kakak, aku gak tahu harus gimana” ucap Amanda sambil menundukkan kepalanya.
“Hey, jangan keliatan murung gitu dong” Anantha mengangkat dagu gadis itu, agar tidak terus menunduk menutupi wajahnya.
“T-tapi kak, kok kakak tiba-tiba kesini sih” tanya Amanda dengan penasaran sambil mengeryitkan dahinya.
“Ya karena tadi itu hujannya gede banget, terus ditambah suara petir yang bener-bener keras, kakak langsung keinget kamu, pasti kamu belum pulang, dan kakak khawatir aja sama kamu”
“Kak makasih ya, udah khawatir sama aku, udah peduli sama aku, aku bener-bener jadi ngerasa hidup kembali.”
“Kok ngomongnya gitu sih? Ya pasti semua orang khawatir dan peduli sama kamu, apalagi kedua orangtua kamu, pasti bener-bener sayang banget sama anaknya yang cantik ini” Jawab Anantha sambil mencolek hidung mancung gadis cantik itu.
“Mulai deh gombalnya” jawab Amanda sambil memicingkan matanya
“Bukan gombal, emang bener kamu itu cantik” ucap Anantha sambil mengacak-acak rambut indah Amanda.
“Ya ampun kakak, terus aja acak-acak rambut aku” ucap Amanda dengan wajah sebalnya.
Anantha hanya bisa tersenyum manis pada gadis lucu itu, ia teras memandangi wajah Amanda dengan seksama.
“Manda, aku mau ngomong serius sama kamu”
“Ngomong apa kak, kok tiba-tiba serius kaya gini”
“Sebenernya aku udah tahu kamu dari lama, sebelum kita ketemu di kampus”
“Hah? Kok bisa? Emang kita pernah ketemu ya sebelumnya?” tanya gadis itu dengan wajah penasaran.
“Sebelum masuk perguruan tinggi, kamu SNBT di Universitas Upeksha kan? Kakak liat kamu disana, terus kamu jatuh di aula, pas waktu mau pengecekan ulang sebelum ujian dimulai, itu kan heboh banget hahaha” ucap Anantha sambil tertawa.
“Ih kok kakak tahu? Malu banget aish, aku gak mau inget kejadian itu lagi, tuh kan kalo sama kak Anan tuh kejelekan aku terpampang terus aarrghh” jawab Amanda sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya.
“Hahahaha tapi kamu lucu banget ekspresinya, pas jatuh”
“Kak Anan plis stop it, jangan bahas itu aku malu” jawab Amanda dengan wajah yang merah merona.
“Eh, tapi kok kakak bisa ada di kampus itu” tanya Amanda
“Waktu itu lagi nemenin ayah seminar di kampus, terus liat di aula pada heboh, pas dilihat ada bidadari yang jatuh”
“Mulai lagi dah kang gombal, oh ayah kakak dosen di kampus itu”
“Heem”
Jantung Anantha tiba-tiba berdegup kencang, ia sudah membuat keputusan yang bulat, akan berbicara pada Amanda hari ini, ia tidak akan mencintai secara diam-diam, ia akan mencintai secara ugal-ugalan.
“Manda” ucap Anantha sambil memegang kedua tangan gadis cantik itu.
Amanda terperangah kaget, Anantha tiba-tiba memegang kedua tangannya.
“Sebenarnya aku sudah menyukaimu sejak lama, sejak melihatmu di kampus Upeksha, waktu dulu aku berharap bisa bertemu langsung denganmu, dan semesta pun menginjinkan kita untuk bertemu secara langsung, tak ada alasan yang pasti dan jelas kenapa aku cinta kamu, tapi yang pasti aku menginginkan kamu bahagia denganku, Amanda apa kamu mau menjadi kekasihku?”
Amanda tersenyum manis dan tersipu malu, pipi chuby nya mulai merah merona. Jantungnya berdegup kencang, senyum indah yang menghiasi wajahnya membuat Anantha salah tingkah.
“Emm gimana ya, maaf kak” ucap Amanda dengan nada lemah
Anantha kaget, jantungnya mulai berhenti berdetak, ternyata semua rencana yang ia susun tidak sesuai dengan ekspetasi nya, dan ia merasa cintanya hanya bertepuk sebelah tangan.
YOU ARE READING
Ketika Semesta Mempertemukan Kita
Teen FictionTak disangka, semesta selalu mempunyai cara untuk mempertemukan kita, hanya ada aku dan kamu, rasanya seperti seisi alam semesta membawa lebih dekat kebahagiaan, semoga semesta tidak membawamu pergi lebih jauh dari hidupku.