Selesai dengan kegiatan kuliah nya hari ini, seperti biasa renjun langsung pergi ke cafetaria tempatnya bekerja paruh waktu. Sebenarnya renjun sangat lelah, namun mau bagaimana lagi, bukankah dia harus bekerja untuk membiayai kuliahnya. Karena renjun hanya tinggal sebatang kara, maka dia harus menjadi pribadi yang kuat dan harus bisa melakukan apa saja untuk melanjutkan hidup.
Suara lonceng berbunyi yang menandakan ada pelanggan yang datang. Dengan cepat renjun berdiri tegap di belakang pentry untuk menyambut pengunjung dan menerima pesanannya.
"Selamat datang. Anda mau pesan____" Renjun menghentikan ucapannya saat melihat dua orang di depannya yang ternyata adalah jaehyun dan panitia ospek yang tadi mengintrogasi renjun (Nara).
"Eoh? Bukankah kau anak baru itu yang mendapat tanda tangan jaehyun dengan cuma cuma karena jaehyun merasa kasihan." Jelas Nara yang tak seharusnya memperjelas keadaan saat itu.
"Cuma cuma apanya, dia sudah mengambil kesempatan dengan cara licik waktu itu. Dan apa katanya? Kasihan?" Renjun menggerutu dalam hatinya sambil melirik ke arah jaehyun yang terlihat sangat tenang.
"Ah.. Iya kak. Kalian mau pesan apa?" Tanya renjun mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Kau mau apa sayang?" Nara bertanya sambil menggandeng manja lengan jaehyun yang ternyata tak menolak sedikitpun.
Renjun terperangah saat mendengar panggilan nara pada jaehyun barusan.
"Sayang? Apa mereka punya hubungan? Ah.. Tentu saja. Kau harusnya sadar ren saat mereka datang ke sini hanya berdua. Bukankah itu sudah sangat jelas. Tapi kenapa rasanya sakit yah."
Renjun menarik nafas dalam lalu membuang nya perlahan berharap itu bisa membuat hatinya sedikit lebih tenang.
"Kopi hitam." Ucap jaehyun singkat.
"Dan aku mau vanila late." Giliran nara yang berucap.
"Baik. Silakan tunggu."
Renjun langsung melenggang pergi untuk membuatkan pesanan mereka berdua sedangkan jaehyun dan nara pergi duduk di kursi yang sudah di sediakan di tempat itu.
Entah kenapa hati renjun masih terasa sakit mengetahui fakta kalau jaehyun sudah mempunyai pasangan. Ditambah lagi, sikap jaehyun yang terlihat dingin padahal kemarin dia dengan kurang ajarnya mencium renjun. Tapi sekarang seolah semua kejadian kemarin hanyalah debu yang terbawa angin. Jaehyun terlihat dingin seolah tak mengenal renjun.
"Ternyata dia belum berubah. Bodoh sekali aku yang mengira kalau dia sudah berubah menjadi baik. Nyatanya, dia masih jung jaehyun seperti beberapa tahun yang lalu." Renjun bermonolog dengan tangan yang masih sibuk membuat pesanan kedua orang di depan sana.
Setelah selesai dengan tugas nya, renjun pun membawa pesanan itu menggunakan nampan lalu menghampiri meja yang di tempati oleh jaehyun dan nara.
"Selamat menikmati." Ujar renjun setelah menaruh kedua cangkir itu di meja.
Lalu renjun pun akan kembali ke tempat nya saat sebuah suara berhasil menghentikan langkah renjun dan membuat renjun mau tidak mau harus kembali membalikkan badannya untuk melihat ke arah orang yang memanggilnya yang ternyata adalah jaehyun.
"Renjun."
"Ya?" Sahut renjun dengan ekspresi datarnya.
"Bagaimana kau tau kalau kopi untukku tidak memakai gula. Padahal tadi aku hanya bilang kopi hitam saja?"
Pertanyaan jaehyun berhasil membuat tubuh renjun menegang. Bisa bisa nya renjun mengingat hal kecil tentang pria itu yang memang tidak pernah memakai gula saat meminum kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Crush | Jaeren
Teen FictionAku membencimu. Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi baik di dunia ini ataupun di kehidupan selanjutnya.