Bagaimana dia bisa disini? Bukan nya aku sudah menyiapkan makanan ya.
Cukup lama mata kami bertatapan, sebelum aku menyadari ada orang lain disana.
Aku tidak tau apa masalah bocah itu sampai menendang kucing, padahal setelah ini dia juga ku ladeni.Aku belum sempat beraksi, hanya menatap tajam sekilas bocah itu. menghampiri lia yang nampak kebingungan celingak-celinguk sekaligus ling lung. Aku ingin marah tapi tidak bisa. Aku diam sejenak berjongkok dan menatap lia, ayolah kami seperti sama-sama bertanya ‘ada apa‘.
Aku menatap lia ku,aku pun masih menatap lia. Sebelum seornag siswi berteriak
“ EH mimisan itu kucing nya.” teriak seorang siswi dan menunjuk-nunjuk lia.
Aku menatap lia lagi, kali ini melotot. Hidung nya berdarah padahal tadi baik-baik saja.Ah dengan bodoh nya lia masih menatap ku. lia menatap ku seolah menanyakan ‘kucing siapa yang mimisan?’. Di tengah suasana yang sudah rusuh itu, mendadak tubuh lia oleng.
Yang jelas pada akhirnya aku menangkap nya. ini benar-benar gawat. apa unit Kesehatan sekolah menyediakan obat kucing? Siapa yang tau. Lagipula kenapa wajah nya keliatan menyedihkan begini? Bukan karena kemarin dia tidur di luar kan? Sebentar atau mungkin karena lia terpental?
Aku menolehkan pandangan ku menatap bocah itu. bocah itu malah menghindari ku, wajah nya tanpa dosa seolah berusaha menghindari fakta bahwa dia telah membua seekor kucing terluka.
“ apa yang kau pikirkan waktu menendang kucing ini??” tanya ku menatap tajam.
Dia pikir siapa sampai seenak nya melukai mahkluk tidak berdosa? Berani kepada yang lebih lemah, merasa superior saat berhadapan dengan sesuatu yang lebih lemah.
“ aku sudah ingatkan tadi untuk tidak melukai orang lain yang tidak ada hubungan nya dengan ini,termasuk kucing ini.”
“ apa keuntungan mu,jika kucing ini terluka atau bahkan tidak bisa di selamatkan?”
“apa dengan begitu ego mu menang dan kau merasa hebat karena membuat seekor kucing kecil yang berat nya saja 1/4 berat badan mu?” aku berteriak tepat di wajah nya.
Saat ku dengar seseorang berteriak dan menyarankan untuk segera pergi ke dokter hewan.
Aku kenal siswi itu,teman sekelas ku pecinta kucing mungkin dia lebih mengerti hal-hal seperti ini. aku menghampiri nya dan mengangguk kan kepala sebagai tanda setuju dan berjalan menuju gerbang sekolah meninggalkan kerumunan manusia.
Pak satpam itu seolah paham dengan situasi yang terjadi, tanpa bertanya dan basa-basi ia langsung membuka pintu gerbang dan mempersilahkan kami keluar. Pak satpam sekolah bahkan menawarkan untuk meminjam motor nya dan mengantar ku.
Aku kembali mengiyakan dan mengucapkan terimakasih pada siswi yang membantu ku sejak tadi.“ terimakasih, lalu tolong beritahu guru yang mengajar tentang insiden ini dan sampaikan izin sekaligus permintaan maaf karena bolos kelas hari ini.” ucap ku menjelaskan dan hanya di balas anggukan.
Aku jarang sekali bertengkar. jika aku pernah maka, anak itu sudah melakukan hal yang seharus nya tidak ia lakukan. Kesabaran pun juga ada batas nya, memang nya aku akan terus diam saat mulut nya mengolok-olok ibu ku dengan hal yang bahkan tidak pernah terjadi? Rumor yang ia buat dan besarkan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lia The Cat
Teen FictionNama nya Lia, seorang remaja perempuan atau mungkin seekor kucing? membantu remaja pria dengan beribu masalah hanya agar dapat kembali dan menjalani kehidupan nya seperti sediakala. bagaimana jadi nya seorang manusia menjadi seekor kucing?