Aku kembali kedapur setelah tadi sore bermain bersmaa Lia dan dio.
Aku menatap lia yang sedang meminum susu di mangkok lebar, aku menatap lia. Kalau di pikir-pikir manusia memang individual,tapi juga mahkluk sosial.
Lia datang tiba-tiba tanpa aba-aba. Dan aku juga membawa lia pulang meski tau aku tidak suka hal yang mempersulit hidup.
Sejujurnya saja yang terlintas di kepala ku saat membawa lia itu,tidak ada. aku hanya merasa harus membawa lia seolah jika bukan aku mungkin tidak adalagi yang mau membawa nya.
Terkadang kejutan datang darimana saja. Saat lia membangunkan ku saat itu,aku sadar kehadiran nya membuat sedikit perubahan di suasana rumah ini. biasanya rumah ini kosong dan bersih bahkan piring kotor pun tak ada.
Pulang ku juga tak tentu,meja makan jarang ku gunakan,karena untuk apa makan disana? Toh makan dimana pun di bagian rumah ini sama saja. Saat aku membuatkan makanan untuk orang lain,aku juga tidak menyangka akan berbuat sebesar ini.
Saat lia datang kepadaku pertama kali sejujurnya aku berniat membuang nya,karena aku takut asma ku kumat karena bulu nya yang rontok.Tapi entah bagaimana ku urungkan niat itu.
Aku ingat dulu mama juga sering membuatkanku makanan,dan mengobrol bersama di meja makan. Kadang saat mama memasak aku datang dengan buku dan wajah frustasi. Lalu mama pasti tersenyum dan menyuruh ku duduk dan menyodorkan segelas air.
Lalu aku akan mulai bertanya tentang soal yang tidak bisa ku jawab itu.
aku merasakan gelitik bulu di lengan ku.
aku melihat lia mondar-mandir mengitariku.
"makanan nya mana?"
Aku hanya menyodorkan makaroni lagi, siapa suruh membeli susu sebanyak itu. jadilah makaroni 2 hari ke depan.
Mungkin memang sejak dulu cara lia makan seperti itu. semakin ku amati,anak ini sangat doyan makan.
Ketika makan tersodorkan di hadapan nya lia langsung berbinar dan menyambar makanan itu. lia juga suka susu. Omong-omong darimana dia berasal?
"lia sebenarnya kamu itu apa?" aku bertanya dan baru menyadari kejanggalan itu.
Lia terdiam dan nampak berpikir
" hmm aku itu apa? Aku adalah manusia dalam wujud kucing."
Lia terdiam sejenak.Lalu berhenti mengunyah.
" aku itu teman sebaya mu, teman mu kita itu seumuran."
" aku juga awalnya sama seperti mu."
" dulu ada seekor kucing datang padaku, datang nya tiba-tiba.""waktu itu ketika aku duduk di bangku depan kamar ku."
" kucing itu datang dan mengeluskan kepala nya padaku, waktu itu aku di rawat dan menurutku itu saat terburuk ku."
" waktu itu aku tidak ingat apapun,semua terasa abu-abu."
" menakutkan ketika kamu tidak bisa mengingat diri mu sendiri, semua bergrumun dan itu membuat kepala ku sakit."" saat berhari-hari aku berjuang mengingat hal seperti itu, ada kucing yang datang."
" waktu itu aku menerima kucing itu dengan tangan terbuka, bahkan aku bersikeras ingin membawa nya pulang."
" waktu itu banyak yang bilang aku berubah, padahal saat aku terbangun semua sudah seperti ini."
"kau tau rasa nya saat tertidur di pertengahan film dan saat terbangun semua sudah selesai?" lia bertanya, aku menggangguk kan kepala ku.
" aku merasa sejak dulu aku sudah seperti ini, ya malas bicara,pendiam,pemalu,dan malas berinteraksi."" seperti mu yang berpikiran manusia itu mahkluk individu." Lia berkata seolah menyindir ku,tapi dia benar.
" singkat nya kucing itu ternyata bisa berbicara."" itu alasan ku berbicara padamu sejak awal." Lia menjelaskan sambil memakan suapan terakhir.
" pertanyaan nya lucu."
" lia apa kamu bahagia?"
" padahal banyak pertanyaan lain,saat itu."
"lalu dia bertanya lagi, lia apa itu bahagia?"
" waktu itu aku menjawab saat kamu tersenyum karena kamu ingin tersenyum."
" lalu kucing itu memberi ku pekerjaan nya." lia mengakhiri penjelasan nya.
" apa alasan mu-" belum selesai kalimat ini,lia menyela ku.
" karena aku ingin membuat mu tersenyum saat kamu ingin, dan lagi kita mirip."
" wahai manusia pencari arti hidup."
Lia melanjutkan lagi." kamar yang di samping kamar mu itu, kamar ibu ya?" lia bertanya dan ku anggukan kepala ku.
" meski sudah tau datadiri ku,tapi aku tetap ingin menceritakan nya."
" ibu sebenarnya aku tau kenapa ibu sakit."" memang benar ibu sakit lalu meninggal,tapi ayah yang membuat ibu begitu."
" ibu itu jantung nya lemah, lalu karena masalah pekerjaan saja ayah mudah marah. Aku rasa ayah marah pada semua nya saat itu. saat pekerjaan nya tidak berjalan lancar."
" meski aku selalu mendengar isak tangis ibu,entah kenapa ibu masih menyuruh ku menghargai ayah dan tidak membenci ayah."
"kata nya, dia kan tetap ayah andra."
"bahkan saat itu ayah tanpa pikir panjang tak sengaja melempar seorang gadis kecil, dia sendiri teman ku."" saat itu aku ingat se-khawatir apa orang tua anak itu, dan wajah ibu yang tak kalah cemas."
" itu alasan ku pindah jauh dari rumah ku saat kecil."
" lalu tangan ku saat ingin,ingin sekali menelpon nomor polisi. Andai kulakukan saat itu."
" andai saat itu aku menepis tangan ibu, dan menelpon pihak berwajib."
" bodoh nya aku, diam dan melihat kejadian itu, lalu sekarang merutuki diri ku."" gadis itu, aku tidak tau kabar nya,tapi aku merasa berteman dengan ku adalah pilihan paling buruk."
" ayah hanya memberi uang lalu pergi begitu saja. Tanpa sepatah kata."
" lia, mungkin benar berteman dengan ku itu pilihan paling buruk."
" waktu itu kamu mimisan kan. Karena aku juga."Aku merasa,aku memang sumber masalah. Kalau ada ibu sekarang pasti enak. Aku rindu suara ibu, aku rindu di peluk juga. Aku rindu meliha ibu dan memperhatikan ibu menulis.
Aku rindu bermain bersama ibu dan gadis itu, bohong kalau tidak. Aku ingat saat ibu membelikan kami es krim. Dan begitu bahagia wajah ibu saat meliha ku berteman.Padahal ibu sebaik itu, kenapa ayah jahat sekali? kenapa ibu waktu itu membela andra padahal sebenarnya andra lebih suka saat ibu menemani andra belajar.
Ibu tau,sampai detik ini aku belum membalas pesan ayah. Mungkin ayah hanya ingin melihat pencapaian ku. aku rindu apresiasi ibu. kalau aku membalas pesan ayah, aku tidak masalah kok kalau ayah marah.
Aku menatap lia. Lagi ya, aku merepotkan orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lia The Cat
Teen FictionNama nya Lia, seorang remaja perempuan atau mungkin seekor kucing? membantu remaja pria dengan beribu masalah hanya agar dapat kembali dan menjalani kehidupan nya seperti sediakala. bagaimana jadi nya seorang manusia menjadi seekor kucing?