chp-11

3 0 0
                                    

Bermain bola memang ide buruk.
Apa maksud nya aku harus bertingkah seperti anjing menangkap bola lalu memberikan bola lalu menangkap nya lagi mengambil bola lagi dan terus begitu? Aku ini kucing.

Andra benar-benar berniat mencoba bola itu,dia bahkan repot-repot membawa ku ke taman.

“ ayo kita coba lempar tangkap.” Andra berucap dan memarkirkan sepedanya.

Kami kembali ke taman itu,tempat aku dan andra bertemu dio. Dan benar saja dari pintu masuk taman  kami melihat dio bersama sepeda nya. aku langsung menoel andra.

“dio ya.” andra menoleh dan tersenyum.

“tapi hari ini dia sendiri.” Aku menimpali.

Andra membawa ku dan berjalan menghampiri dio. Dio melihat kami dan melambaikan tangan nya sambil tergopoh-gopoh membawa sepeda nya berlari menghampiri kami.

"Kak topi nya mana?" Kata pertama yang dio ucapkan kepada andra.

Andra menggaruk tengkuknya dengan canggung.

" Ada di rumah kok."

Dio seolah tak terlalu memikirkan hal itu malah menghampiri ku dan mengelus dengan gemas.

Ini sudah kesekian kali nya. Apa kucing-kucing selalu menderita? Bagaimana dengan kucing yang introvert?

“kak aku udah bisa naik sepeda.”dio berucap dengan bangga.

“iyakah?” nada bicara yang terdengar meledek keluar dari mulut andra.

Dio menatap andra lalu mulai menaiki sepeda nya,menggowes perlahan dan mulai menaikkan kecepatan sedikit,melesat kedepan dan mengelilingi kami.

“jatuh lagi nanti woy.” Andra berteriak.

Kemudian andra merogoh kresek yang sedari tadi di tenteng nya dan mengeluarkan bola kecil.

“ ayo bermain sedikit demi dio.” Andra berbisik tepat di telingaku,demi dio apa nya itu keinginannya sendiri.

Andra berdiri di hadapan sepeda dio dan menghentikan dio. Lalu andra mengeluarkan sebuah bola dan menggoyangkan bola itu di hadapan ku. lalu Bersiap melempar nya dan menatap ku dengan harapan
‘ayo ambil lia’.

Andra melempar bola itu dan langsung saja seperti kucing pada umumnya aku langsung mengejar kemana bola itu bergulir.

Aku menggigit bola itu lalu menyerahkan bola itu di hadapan andra. dio menatap itu langsung berbinar melihat kejadian itu.

“wow aku mau lempat juga.” Dio berkata dengan wajah berbinar.

Andra melirik ku dan menyalurkan bola di tangan nya kepada dio.
Dio langsung melempar sekuat tenaga dan sangat tinggi.

Ku tatap kepergian bola itu,kaki ku terlalu malas mengejar nya.
“lia ayo kejar.” Andra malah menganggkat tubuh ku dan berlari. Bodoh.

Andra ikut mengejar bola itu,dio juga menaiki sepeda nya dan malah mengikuti andra. kebodohan apa ini. kami malah mengejar bersama, lagi pula sekuat apa tenaga dio? Bola itu bukan di lempar tapi terbang.

Andra berhenti mendadak yang membuat ku terjatuh dari genggaman nya. aku melihat dio yang juga berhenti lalu meninggalkan sepeda nya begitu saja, andra juga meninggalkan ku begitu saja. Aku menatap mereka dan menyadari mereka berebut bola.

Dio menggangkat bola itu sebagai tanda dia menemukan bola itu lebih dulu. Andra yang sudah ngos-ngosan malah tertawa. Aku? Tentu juga tertawa,menertawakan mereka.

Kemudian dio kembali berlari menuju sepeda nya dan menaiki sepeda itu dan menggowes cepat.
Andra seolah paham ikut berlari mengejar dio,kali ini dia tidak membawa ku. dan ku rasa lari nya jadi lebih cepat, entahlah yang pasti aku merasa harus berlari juga jadi aku berlari. Tubuh kucing memang hebat,aku tidak menyangka lari ku secepat ini.

Meski dengan tubuh kucing aku masih tetap tertinggal. Ketika sampai dua orang itu sudah membeli susu  kemasan dan meminum nya. aku menghampiri andra dengan tenggorakan kering dan rasa haus karena berlari.

Andra menatap ku kemudian, meninum susu itu dan menyodorkan kepada ku. kali ini andra lebih cerdas,ia memiringkan ujung kemasan itu agar aku bisa lebih mudah menjilat nya.

Aku menikmati susu itu sampai terdengar suara tawa mereka.

“ kucing nya jadi kumisan.” Dio menyeletuk. Di susul tawa andra.

Andra tertawa dan bertany

“ apa dari dulu kamu suka susu lia?”

“ cara mu makan seperti begitu menyukai susu, seperti bocah di taman waktu itu.” andra melanjutkan dan mengelap sisa susu yang menempel di mulut ku.

“lia suka es krim?”

“suka,enak soal nya ada rasa susu nya,manis dan siapa yang gak suka es krim?” aku menjelaskan dengan cepat.

“kak ngomong sama kucing?” dio keheranan dan bertanya. Andra mennggangguk-angguk kepala sebagai jawaban.

Lalu dari kejauhan kami melihat seorang wanita  berjalan  menghampiri dan tersenyum lembut. Aku ingat itu ibu dio yang kami lihat pertama kali.

Dio segera berdiri dan menghampiri ibu nya.

“mama mau pulang sekarang?” dio bertanya kepada wanita itu. dan di balas senyuman.

Dio kemudian menatap kami dan berteriak.

“MAKASIH KAK SUSU NYA!.” Dio berteriak sangat kencang,energi anak-anak memang hebat.

lalu di susul dengan ucapan terimakasih dari ibu itu.

Aku dan andra saling tatap dan menundukkan kepala kami.

Lia The Cat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang