Bab 15. Ketahuan

13 3 0
                                    

Rissa bergelung sendirian di atas kasur. Memeluk tubuhnya dengan begitu erat. Tatapannya kosong, kini ia semakin bingung dengan apa yang sedang dijalani. Niat awal ia mencari ayah, agar Adam bisa hadir di pernikahannya. Rissa merindukan sosok ayah yang dicintainya.

Faktanya, semakin banyak teka-teki yang ia pecahkan. Semakin ragu ia pada sosok Salim. Bukannya bertemu sang ayah, kini Ia merasa terjebak dalam situasi yang rumit. Rissa sadar sekarang posisinya sangat tak berdaya.

Meski belum pasti ada hubungan apa Salim dengan ayahnya, yang ia tahu keduanya saling mengenal.

Pandangan matanya tertuju pada foto dirinya dengan Salim yang terpajang indah di meja. Hal itu mengingatkan akan kebahagiaan mereka yang dulu begitu menyenangkan. Salim mendekatinya sebagai sosok yang sopan dan gentle. Salim juga selalu menunjukkan eksistensinya kapanpun Rissa membutuhkan tempat bercerita.

"Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup seperti ini?" gumamnya dalam hati.

Rissa sadar sekarang ia sendirian. Selama ini selalu ada orang yang bisa ia andalkan. Salim yang peka, selalu membuatnya terbantu dalam banyak hal.

Ia tidak mungkin bercerita pada ibunya, kediaman Amna selama jelas karena ia tidak mau membahas tentang Adam. Apalagi Arya, adiknya itu akan dengan tegas menolak idenya mencari ayah. Arya pasti akan marah besar jika tahu Rissa sampai rela melakukan perbuatan melanggar hukum demi mencari lelaki itu. Orang yang paling tidak bertanggung jawab di mata Arya.

"Aku hanyalah seorang wanita manja dan lemah. Apa yang bisa kulakukan?"

Semakin hari, masalah yang dihadapinya tampak semakin rumit dan tak teratasi. Ia merasa makin frustasi karena tak mampu menemukan jalan keluar.

"Aku harus apa, Ya Tuhan?”

Berhenti sekarang pun rasanya sia-sia. Sejauh ini ia sudah bergerak, harusnya Rissa menyelesaikan apapun yang sudah dimulai. Masalahnya, sekarang gadis itu tidak tahu harus memulai dari mana lagi?

Di sisi lain, Salim mulai merasa khawatir. Meski setiap hari bertemu, ia terlihat kesulitan untuk menggapai Rissa sekarang. Mereka berdua seperti berada diantara dua sisi tembok tinggi yang memisahkan mereka.

Rissa hari ini memutuskan untuk mengunjungi kantor Salim. Sepulang dari pekerjaannya di lapangan, ia singgah. Wanita itu harus tetap menjalankan misi mereka.

Ketika sampai di kantor tersebut, ia tak sengaja mendengar percakapan Salim dengan seorang pria yang suara dan identitasnya tak dikenalnya.

"Pak Beni meminta anda segera menemuinya," ujar lelaki itu dengan suara tegang.

"Aku tidak mau."

"Beliau bilang, kalau Pak Salim tidak datang, dia sendiri yang akan kemari. Menjemput keponakannya."

"Arghhh, padahal tanpa bertemu pun aku sudah menjalani tugas yang diberikan. Apa lagi sih maunya dia?”

Rissa terperangah mendengar nama yang disebutkan. Beni Santoso? Sindikat mafia? Pria yang ia temui tempo hari? Salim keponakan Pria itu? Rissa shock.

Ia mencoba mendengarkan lebih jauh. Ia semakin yakin bahwa Salim selama ini memang sudah terlibat dalam dunia hitam ini.

Perasaan kecewa dan pengkhianatan memenuhi hati Rissa. Ia merasa seperti ada tembok beton yang tumbuh di antara mereka berdua. Kini Salim benar-benar asing di matanya. Dari awal Ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Salim darinya. Kini ia menemukan kebenarannya sendiri.

"Ya sudah, selesaikan saja data ini dulu. Kamu boleh pergi." Rissa segera bergerak mundur dan duduk di kursi yang biasa ditempati sekretaris Sali.

Begitu pintu terbuka, Salim sempat kaget melihat Rissa disana. Wanita itu menatap dirinya dengan pandangan yang sulit dijelaskan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang