1

1.2K 26 0
                                    

"Masya Allah, makmumku!"

Bisik seorang laki-laki pada temannya ketika melihat ada gadis yang berjalan didepannya. Tiga orang laki-laki itu tengah duduk di koridor untuk menunggu jam pergantian mata kuliah.

"Gimana nggak semangat ngampus kalau dikampus ada bidadari. Beruntung banget yang jadi temen sekelasnya Nisa yah!"

Kata salah satu dari ketiga laki-laki tadi. Mereka tengah membicarakan seorang mahasiswi bernama Nisa yang saat ini sedang menempuh semester akhirnya.

Khadijah Nabila Khairunnisa! Gadis itu sangat terkenal di kampusnya terutama pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pembawaannya yang ramah dan selalu ceria membuat dirinya banyak disukai oleh teman-temannya baik laki-laki maupun perempuan. Sejak awal masuk kuliah ia sudah banyak menarik perhatian dari teman seangkatan dan kakak tingkatnya. Bahkan sampai sekarang, ia masih menjadi idola bagi teman-teman dan adik tingkatnya.

Lalu, siapa sebenarnya Nisa ini?

Nisa adalah gadis biasa yang dikaruniai paras cantik nan anggun, ia seorang gadis yang cerdas, sangat peduli dengan sesama, ia juga gadis yang sangat ramah dan pandai bergaul dengan siapapun. Dikampusnya, ia tak pernah membeda-bedakan antara teman seangkatan maupun adik tingkatnya sehingga mereka selalu merasa nyaman ketika berbicara dengan Nisa. Itulah sebabnya mengapa banyak yang mengagumi dirinya.

"Duh, Kak Nisa tuh definisi calon menantu idaman gak sih?"

"Lulusan pesantren, sholihah, cantik, baik, pinter dan ramaaah banget sama kita"

"Iya, padahal kita adik tingkat yah tapi Kak Nisa tetep ramah ke kita. Bahkan dari masa perkenalan maba Kak Nisa udah baik banget. Kating yang lain mana ada yang kaya gitu"

"Bener banget! Beruntung banget yang jadi pacarnya Kak Nisa. Eh tapi Kak Nisa gak pacaran yah"

"Berarti yang jadi suaminya bakal beruntung banget. Penasaran siapa jodohnya"

Kurang lebih seperti itu percakapan beberapa mahasiswa tentang Nisa hari ini. Ia memang tak pernah luput dari pembicaraan orang-orang di kampusnya setiap hari.

***
Dirumahnya, Nisa yang baru sampai dari kampus itu memarkirkan motornya di garasi. Ia mencium aroma harum yang ia yakini berasal dari dapur rumahnya. Nisa segera menuju ke dapur dan ternyata sudah ada Ibu yang tengah memasak.

"Assalammualaikum, Bu. Mau ada tamu nggih Bu? Banyak banget Ibu masaknya"

"Waalaikumsalam, eh anak Ibu sudah pulang. Iya ini nanti ada tamu yang datang. Kamu siap-siap yah"

"Tamu siapa bu? Masih saudara atau orang lain?"

"Tepatnya sih sahabat lama almarhum ayah kamu Nis"

Nisa mengangguk kemudian membantu ibunya menyiapkan segala suguhan untuk menyambut tamunya nanti.

"Alhamdulillah, selesai semuanya bu" Ucap Nisa setelah menyelesaikan pekerjaannya membersihkan peralatan memasak. Ia menatap kearah ibunya, seperti ada hal yang ingin disampaikan namun ditahan oleh ibu.

"Bu, apa ada yang ingin ibu sampaikan ke Nisa?" Ibu mengangguk kemudian mengajak Nisa duduk di ruang tengah.

"Nis, ini soal tamu yang akan datang nanti malam. Sebentar" Ibu masuk kedalam kamarnya kemudian kembali dengan membawa sebuah ponsel.

"Ini" Ibu menunjukkan sebuah foto keluarga dan membuat Nisa mengernyitkan dahinya.

"Bu, ini kan fotonya Habib Zaidan sekeluarga. Memangnya ada apa dengan mereka?" Tanya Nisa karena ia benar-benar tidak mengerti maksud Ibu.

"Mereka yang akan datang Nis"

"Masya Allah, sahabat ayah itu abinya Habib Zaidan bu? Keren ya ayah kenalannya sama orang top. Habib Zaidan lagi tenar-tenarnya loh ini bu" Nisa tersenyum memuji ayahnya.

"Tapi, Nis kedatangan mereka bukan hanya untuk berkunjung saja melainkan ada hal lain"

"Apa itu bu?" lagi-lagi Nisa dibuat penasaran dengan kalimat ibunya.

"Mereka datang ingin melamar kamu untuk putra mereka, Habib Zaidan"

Nisa membulatkan matanya, bahkan Nisa meminta ibu untuk mengulangi lagi kalimatnya. Dan ternyata ia tidak salah dengar karena memang alasan mereka datang adalah untuk melamar Nisa. Ibu juga memberikan penjelasan tentang apa yang ada dibalik semua ini.

"Jadi, ayah dan abinya Habib Zaidan terikat janji bu?"

"Benar, Nis"

"Tapi, bu bukankah habib itu seharusnya dengan syarifah? Sementara Nisa hanya orang biasa bu"

"Ibu sudah menanyakan hal itu pada mereka, Nis. Nyatanya mereka tidak mempermasalahkan tentang nasab"

Nisa terdiam. Ia lalu memeluk ibunya, entah mengapa ada perasaan aneh yang mengalir di dirinya.

Nisa termenung diatas kasurnya. Ia masih terngiang dengan apa yang akan terjadi malam nanti. Sesuatu yang baginya sangat mendadak bahkan sangat mengejutkan.

"Muhammad Ashadullah Al Hasyimi" Gumam Nisa dalam lamunannya.

"Apa ini jawaban dari doa-doa yang kulangitkan? Lalu, apa benar lauhul mahfudzmu itu aku?"

Selama ini, sebenarnya Nisa sangat mengagumi sosok itu. Sosok yang tak terpikirkan sama sekali akan datang menemuinya.

Nisa selalu meminta diberikan yang terbaik tanpa menyebut namanya, karena Nisa sendiri juga sangat menyadari siapa dirinya dan siapa orang-orang yang dikabarkan dekat dengannya. Nisa selalu merasa kecil ketika memandang 'Dia'

Bersambung. . .
Hai, selamat datang di ceritaku
Semoga bisa menghibur yaa🖤

Note:
Cerita fiksi jangan diseriusin ya
Update semampunya
Ceritanya bakalan ringan-ringan aja, mungkin ga terlalu banyak konflik yang serius.

Habibi - MZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang