Zaidan membuka matanya setelah beberapa jam tertidur. Ia baru saja sampai dari Jakarta tadi pagi dan memutuskan untuk langsung membersihkan diri lalu beristirahat. Saat ini, ia duduk diujung tempat tidur sambil mengumpulkan kesadarannya yang masih belum penuh.
"Dia ngomong gitu?" Zaidan mendengar suara Nisa yang sepertinya tengah berbincang dengan seseorang. Zaidan berjalan menuju pintu kamar lalu melihat ke ruang tengah yang ternyata ada Ana disana.
"Udah tak bilangin kan, makanya kamu publish aja pernikahan kamu biar ngga ada yang kaya gini. Kalau Viki sama anak-anak lain tau ternyata kamu udah nikah, mereka ga akan ngejar kamu lagi" Zaidan memandang kearah Nisa dan Ana sambil mendengarkan percakapan mereka.
"Na, aku bakalan publish kok tapi ngga sekarang"
"Ya terus kapan? Kamu masih mau bikin Viki berharap sama kamu"
"Memangnya aku pernah kasih harapan ke dia? Engga kan?"
"Mungkin kamu memang ngga pernah kasih harapan, tapi kalau Vikinya yang berharap gimana? Gara-gara dia mikir selama Nisa belum ada yang punya, jadi kesempatan itu masih ada" Nisa terdiam, ia tak tahu harus jawab apa. Selama ini ia tidak pernah memberikan harapan apapun pada siapapun. Tapi ternyata masih ada orang yang berharap untuk mendapatkan hatinya.
"Ehm. . ." Zaidan keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. Ia berjalan seolah tak mendengar apapun yang dibicarakan oleh Ana dan Nisa.
"Habib, udah bangun? Mau disiapin makan ta?" Nisa langsung berlari kecil menghampiri Zaidan membuat Zaidan menghentikan langkahnya dan berbalik badan.
"Eh, Assalammualaikum Bib"
"Waalaikumsalam. Dari mana Na?"
"Dari rumah aja kok Bib, pengen main ke tempat Nisa. Boleh kan Bib?"
"Boleh banget lah"
"Habib Zidan mau makan dulu apa mandi dulu terus sholat dzuhur?"
"Makan dulu, saya belum makan tadi"
"Oh iya tak siapin dulu"
"Eh bentar-bentar" Ucap Ana membuat Nisa dan Zaidan menoleh kearahnya.
"Ini beneran suami istri kan ya? Kaku banget perasaan. Saya, Habib duh kok kalah sama anak SMP yang udah bisa panggil mama-papa atau ayah-bunda sih"
"Na!" Nisa melirik tajam kearah Ana.
"Belum terbiasa, Na. Nanti pelan-pelan diganti panggilannya" jawab Zaidan.
"Iya dong. Sayang kek, mas kek, atau apa gitu yang sweet biar cepet akrab biar cepet sayang-sayangan. Masa suami istri kaku bener"
"Ana!" Nisa kembali melirik karah Ana yang semakin kesini semakin kesana saja ucapannya.
"Eh Nis, Bib pamit dulu yah takut ganggu. Assalammualaikum" Ana segera berlari keluar rumah dan pergi dari rumah Zaidan.
Sementara itu Nisa mengambilkan piring untuk Zaidan dan menaruh beberapa sendok nasi diatasnya. Zaidan duduk menunggu Nisa mengambilkan makanan untuknya.
"Bener kata Ana"
"Hah gimana Bib?"
"Ganti aja panggilannya"
"Ganti? Ganti apa?" Nisa ini kadang sangat dewasa namun kadang juga sangat polos.
"Kaya yang dibilang Ana tadi. Ana nyuruh manggil apa?" Nisa justru kebingungan sendiri saat mengingat Ana menyarankan dua panggilan untuknya dan Zaidan.
"Mas Zaidan?"
"Satunya"
"Eeumm. . ." Nisa sangat segan untuk mengucapkannya.
"Yaudah yang itu aja"
"Mas Zaidan?"
"Dalem" seketika saja tubuh Nisa membeku. Padahal ia hanya mendengar Zaidan menjawab panggilannya saja, namun itu berhasil membuat pipinya memerah.
"Nis, udah belum? Aku laper" pertanyaan Zaidan seketika membuyarkan lamunan Nisa dan membuatnya tersadar.
"Oh maaf bib, eh mas. Ini nasinya, lauknya mau pake apa?"
"Semuanya itu, jangan banyak-banyak"
"Iya bib, eh mas"
Zaidan memperhatikan wajah Nisa yang terlihat salah tingkah. Zaidan menahan tawanya karena ia masih benar-benar menjaga imagenya. Padahal kalaupun ingin tertawa lepas itu sah-sah saja.
***
Selepas Isya, Zaidan merebahkan dirinya diatas tempat tidur. Meskipun tadi sempat beristirahat nyatanya ia masih merasa sangat lelah. Badannya juga terasa kurang nyaman. Ia ingin memejamkan mata tapi tidak bisa. Alhasil, Zaidan hanya rebahan sambil memainkan ponselnya. Membuka profil instagram Nisa dan melihat komentar-komentar di foto yang diunggah Nisa dan terfokus pada satu akun yang sepertinya tidak pernah absen meninggalkan jejak di kolom komentar foto Nisa.vicky43 Masya Allah idamanku
vicky43 Nis, ga bosen cantik terus
vicky43 Assalammualaikum
vicky43 Lagi dimana itu? Sama siapa?
vicky43 Emang boleh secantik ini?
"Opo sih" Kata Zaidan sambil memasang ekspresi risih melihat komentar-komentar Viki di unggahan Nisa. Zaidan menutup ponselnya dan meletakkanya asal.
Sekitar pukul 11 malam Nisa masuk kedalam kamar. Ia sengaja membiarkan Zaidan masuk terlebih dahulu karena ia masih sangat segan dengan Zaidan. Ia berjalan pelan menuju tempat tidur. Memperhatikan suaminya yang terlelap.
"Masya Allah" Itulah yang selalu Nisa ucapkan ketika menatap dalam Zaidan.
"Nis" Panggil Zaidan membuat Nisa tersadar dari lamunannya. Nisa menyadari bahwa Zaidan telah membuka matanya.
"Eh iya mas?" Zaidan meraih tangan Nisa lalu menempelkan pada keningnya. Nisa terkejut saat telapak tangannya menyentuh kening Zaidan.
"Astaghfirullahaladzim, panas banget ini. Mas Zidan demam" Zaidan hanya diam sambil memejamkan matanya sementara Nisa sudah sangat panik.
"Tak ambilin obat dulu ya mas. Bentar" Zaidan mengangguk. Nisa berlari mengambil obat untuk Zaidan lalu segera kembali den meletakkan obat serta segelas air putih diatas meja.
"Duduk dulu mas, sini tak bantu" Nisa membantu Zaidan untuk duduk dan bersandar pada sandaran dipan. Nisa memberikan obat pada Zaidan kemudian membantunya meminumkan air putih.
Sementara itu Zaidan masih bersandar sambil memejamkan matanya. Matanya terlihat sayu, bibirnya pucat, badannya panas.
"Dikompres ya mas" Zaidan hanya pasrah dan menyetujui apapun yang diucapkan Nisa. Nisa kembali berdiri dan menuju dapur untuk mengambil baskom dan air. Ia juga menyiapkan kain untuk mengompres Zaidan.
Zaidan kembali pada posisi semula yakni rebahan diatas tempat tidur. Nisa mulai mengompres kening Zaidan. Ia juga menyelimuti tubuh Zaidan yang terlihat menggigil kedinginan. Sesekali Nisa juga menyeka air kompres yang mengalir di wajah Zaidan.
Semalaman Nisa terjaga, ia berkali-kali membasahi kain kompres dan memasangnya kembali di kening Zaidan. Sampai pada akhirnya Nisa tidak bisa menahan kantuknya. Ia tertidur sambil bersandar di kursi sebelah sisi kasur yang ditempati Zaidan.
Bersambung. . .
Selamat membaca, semoga terhibur
Have a nice day! ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi - MZY
FanfictionSebuah cerita fiksi tentang perjodohan antara habib muda tampan pelantun sholawat dengan seorang wanita biasa yang sebelumnya tak pernah ia kenali. Note: Just fiction, update semampunya✌🏻