Sebuah cerita fiksi tentang perjodohan antara habib muda tampan pelantun sholawat dengan seorang wanita biasa yang sebelumnya tak pernah ia kenali.
Note:
Just fiction, update semampunya✌🏻
Zaidan berdiam diri disepanjang perjalanan menuju ke Kota Jember untuk memenuhi undangan sholawatan. Ia bersandar di kaca sambil melihat keluar jendela. Kemudian ia melihat ke jari manisnya dimana ada sebuah cincin yang melingkar. Ia juga melihat ke pergelangan tangannya dan melihat ada sebuah inisial huruf yang menggantung di gelangnya.
"Bib, dicariin nih bib" Kata Mas Tiar yang ternyata sedang melakukan siaran langsung di tiktok.
"Siapa?"
"Ini orang-orang di tiktok pada nanyain. Habib Zidan mana katanya, Habib Zidan ngga live kenapa, Kok Habibe lemes to" Zaidan menangkupkan kedua tangannya dan tersenyum. Ia tak menjawab pertanyaan apapun dari penggemarnya. Pikirannya masih berputar pada Nisa dan hal-hal yang ia lalui saat libur beberapa hari dirumah.
"Habib baru sembuh guys jadi masih agak lemes. Doain Habib Zidan sehat terus ya guys" Jawab Mas Tiar
Beberapa kali ponsel Zaidan berbunyi. Banyak pesan masuk yang ia diamkan. Bahkan hingga dini hari Zaidan tetap tidak menyentuh ponsel itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa iya pergi seminggu nggak mau ngabarin sama sekali?"
Nisa sangat cemas karena Zaidan lagi-lagi tak mengirimkan kabar ketika sedang pergi. Jika sebelumnya Zaidan masih mau membalas pesan yang dikirimkan Nisa, sekarang tidak. Bahkan Zaidan belum membaca pesan-pesan dari Nisa sama sekali.
*** Seusai acara di satu tempat, Zaidan dan teman-temannya menginap di sebuah hotel karena masih ada 2 acara di satu kota yang sama. Besok pagi, dan besok malam. Setelah itu ia akan berpindah kota ke Surabaya dan ke Malang.
Zaidan duduk di balkon kamar hotelnya. Diam dan merenung dengan berbagai hal didalam pikirannya. Ia membuka ponselnya dan membaca pesan-pesan yang masuk.
"Aku menyebalkan ya Nis?"
"Bisanya cuma melarang tapi nggak bisa bertindak" Ucap Zaidan dengan dirinya sendiri.
-Zaidan-
Aku masih belum menutup chat dari Nisa. Aku yakin Nisa masih menunggu balasanku dengan seribu rasa cemasnya. Sebenarnya aku tidak marah pada Nisa. Diamku bukan berasal dari cerita Ana yang mengatakan bahwa Nisa sempat bertemu dengan teman laki-lakinya. Nisa sudah menjelaskan apa yang terjadi dan aku sangat percaya dengan cerita Nisa.
Ini semua tentangku yang terlalu pengecut untuk mengakui didepan publik bahwa Nisa adalah milikku. Padahal, jika aku mau semuanya hanya semudah mengunggah foto pernikahan kami ke sosial media. Tapi nyaliku terlalu payah untuk hal itu. Ditambah lagi masih ada perang batin didalam diriku karena aku sempat menolak perjodohan ini sampai-sampai aku dimarahi oleh Abi karena terlalu keras menolak perjodohanku dengan Nisa.
Padahal kenyataannya baru beberapa hari aku menikahinya, Nisa sudah memiliki tempat tersendiri di diriku. Dia perempuan yang sangat baik, dia sangat sabar menghadapiku yang menyebalkan ini, bagiku Nisa bukan hanya cantik. Tapi Nisa adalah salah satu wujud indahnya ciptaan Tuhan.
Jika boleh jujur, saat ini aku sangat ingin menghubunginya. Mendengar suara lembutnya dan melihat wajah teduhnya saat berhadapan denganku. Tapi aku berusaha menahannya. Bisa saja aku menelponnya sekarang, tapi tidak ku lakukan karena jika aku mendengar suaranya rasanya aku ingin berada disamping Nisa sekarang juga. Aku ingin fokus dengan tanggung jawabku.
Lalu, apakah itu berarti aku mencintainya? Perkara cinta, aku belum bisa menyimpulkan.
*** -Author-
Singkatnya, Zaidan saat ini telah berpindah kota. Jika sebelumnya ia berada di Jember dan Malang, saat ini Zaidan telah berada di Surabaya. Ia telah sampai di rumah pemilik acara.
"Bib, boleh minta fotonya?" Tanya seorang gadis yang merupakan putri dari pemilik acara.
"Nggih monggo"
Zaidan berdiri di samping gadis itu kemudian Mas Tiar mengambilkan gambar mereka berdua. Setelah itu, Zaidan kembali duduk dan menikmati kopi yang telah disediakan oleh pemilik acara.
***
Disisi lain, Nisa baru saja mematikan laptopnya setelah mengerjakan judul dan pendahuluan skripsinya. Meskipun belum mendekati deadline, ia memilih untuk mengerjakan lebih awal. Ini adalah salah satu cara mengalihkan perhatiannya dari Zaidan yang sampai sekarang belum memberikan kabar. Nisa sempat menghubungi Mas Tiar dan menanyakan keadaan Zaidan, katanya Zaidan baik-baik saja. Tentu Nisa merasa lega mendengar kabar itu.
Nisa membuka instagramnya dan seketika tersenyum ketika nama Zaidan berada di deretan pertama kolom instastory. Nisa langsung membukanya dan melihat video-video Zaidan ketika memimpin majelis. Hingga sampai pada sebuah foto yang direpost oleh Zaidan. Foto dimana Zaidan bersama seorang gadis. Terlihat sangat dekat dan Zaidan memasang senyum manisnya.
"Astaghfirullahaladzim"
Entah dari mana awalnya tiba-tiba mata Nisa terasa panas. Cairan bening sudah menumpuk di pelupuk matanya dan siap mengalir kapan saja. Beberapa hari Zaidan tidak memberikan kabar apapun padanya. Tiba-tiba saja ada foto Zaidan bersama lawan jenis yang direpost olehnya.
"Yaa Allah, perasaan apa ini" Air mata Nisa sudah sangat penuh sehingga tak bisa lagi ia bendung. Nisa menangis sendirian didalam kamar.
Ia kembali mencoba menghubungi Zaidan meskipun ia sendiri tidak yakin Zaidan akan menjawabnya.
"Mas, kamu marah waktu aku bersama Viki. Padahal aku sudah menjelaskan tentang Viki. Tapi yang aku lihat ini apa? Bisa berfoto sama perempuan lain sementara istrinya menghubungi tidak mau menjawab"
Nisa meletakkan ponselnya, ia berbaring diatas tempat tidur sambil berkali-kali menyeka air mata yang mengalir di pipinya.
___
Bersambung. . .
Hello! Ada yang masih ingat dengan cerita ini? Hihi Sowry lama ga up dan akan jarang up soalnya lagi sibuk banget sama kerjaan🙌🏻