"Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Bil Mahril Madzkur Haalan"
Sebuah kalimat telah terucap oleh Zaidan. Kalimat sakral yang telah menyatukan dua insan yang berbeda menjadi sebuah keterikatan. Hal yang semula sangat sulit diterima oleh Zaidan maupun Nisa itu akhirnya terjadi. Mereka sepakat untuk menerima perjodohan itu karena memang tidak ada cara lain.
Namun baik Zaidan dan Nisa juga sepakat untuk tidak memublikasikan pernikahan mereka ke sosial media. Akad nikah juga digelar dengan sederhana bersama keluarga terdekat saja. Nisa juga sudah meminta sahabatnya untuk tidak mengunggah apapun di sosial media dan Ana menyetujuinya.
***
Hari ini, Nisa sudah berpindah ke rumah Zaidan. Rumah milik Zaidan sendiri hasil kerja kerasnya selama ini. Jika ditanya bagaimana perasaan Nisa, jawabannya adalah campur aduk menjadi satu. Yang paling signifikan adalah perasaan sedih karena harus berpisah dengan ibunya. Ia tidak tega karena Ibu tinggal sendiri. Ia ingin tetap bersama ibunya namun sekarang kewajibannya ada pada Zaidan. Mau tidak mau ia harus ikut dengan Zaidan."Tidak apa-apa, masih ada Mbak Indah yang temani Ibu" ucap Ibunya kemarin saat Nisa berpamitan. Mbak Indah adalah sepupu Nisa yang selama ini sering menginap di rumah Ibu karena memang rumah mereka bersebelahan.
Dan pada akhirnya, disinilah Nisa sekarang! Disebuah rumah yang sebelumnya tidak pernah ia lihat sama sekali dan tiba-tiba menjadi tempat tinggalnya.
"Kamar saya disini, itu artinya ini kamar kamu juga"
"Oh, nggih Habib"
"Kalau mau istirahat silahkan, saya keluar sebentar" Pamit Zaidan kepada Nisa.
Nisa menata barang bawaannya kemudian membersihkan rumah yang sebenarnya tidak terlalu kotor. Tetapi ia memang paling tidak bisa jika hanya diam tidak melakukan apapun. Nisa juga memeriksa kulkas di dapur dan menemukan beberapa bahan masakan. Ia mulai kegiatan memasaknya yang merupakan pengalaman pertamanya memasak untuk suaminya.
"Bib Zidan suka ndak yah masakanku? Ga bisa masak masakan arab soalnya" Gumam Nisa setelah mencicipi masakannya.
"Tapi ini enak kok, semoga aja beliau suka"
Nisa menata makanan diatas meja makan. Kemudian ia membersihkan peralatan memasaknya dan meletakkan kembali ke tempatnya. Setelah itu ia duduk di ruang tamu sambil menunggu Zaidan pulang.
...Sudah lebih dari satu jam Nisa duduk di ruang tamu, tapi belum ada tanda-tanda Zaidan datang. Entah kemana perginya Nisa juga tidak tahu.
"Bib Zidan kemana yah, tadi katanya keluar sebentar tapi sampe mau maghrib kok belum pulang juga" Nisa mulai khawatir karena Zaidan tak juga pulang. Ia ingin menghubunginya tapi ia baru ingat kalau mereka bahkan belum sempat bertukar nomor telepon sebelumnya.
"Udah adzan maghrib, belum pulang juga. Ya Allah, kemana sebenarnya" Nisa memutuskan untuk menjalankan kewajibannya terlebih dahulu. Mungkin setelah sholat Maghrib Zaidan akan pulang. Bisa jadi Zaidan sedang berada di masjid untuk sholat berjamaah.
Benar saja, tak lama setelah Nisa sholat Maghrib Zaidan datang. Nisa segera menawarkan diri untuk melayani suaminya. Meskipun mungkin pernikahan ini bukan keinginan mereka, tapi Nisa berjanji untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.
"Habib dari mana aja? Tadi katanya cuma bentar"
"Ketemu anak hadrah, sekalian ke masjid" jawab Zaidan. Sejak pertama bertemu, Zaidan memang seperti itu. Datar dan dingin. Padahal beberapa kali Nisa melihat Zaidan yang terlihat sangat ramah dan ceria di sosial media.
"Oh nggih bib. Saya siapkan makan malam nggih bib, tadi saya sempat masak"
"Saya udah makan sama anak sekar langit. Kamu saja yang makan" Entah kenapa hati Nisa terasa sesak mendengar jawaban Zaidan. Padahal Zaidan tidak menggunakan kalimat yang kasar, ia juga tidak meninggikan nada bicaranya.
"Iya, bib"
Nisa berjalan menuju dapur untuk makan malam sendiri. Sebenarnya ia sudah merasa lapar sejak tadi. Tapi ia menahannya dan memilih menunggu suaminya pulang. Tapi ternyata suaminya sudah makan bersama teman-temannya.
"Ndak papa Nis, mungkin Habibnya belum terbiasa. Nanti lama kelamaan Habib Zidan pasti berubah kok. Kan tadinya apa-apa sendiri jadi sekarang masih kebawa kebiasaan lama aja" Ucap Nisa pada dirinya sendiri. Ia berusaha untuk mengendalikan pikirannya agar selalu berpikir baik pada Zaidan terlebih lagi Zaidan adalah suaminya.
***
Zaidan keluar dari kamarnya. Ia tampak mencari sesuatu, lebih tepatnya seseorang. Yah, ia mencari istrinya yang sejak tadi tidak terlihat sama sekali. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 22 malam. Zaidan sempat tertidur setelah sholat Isya, ia kira Nisa sudah berada didalam kamar. Ternyata tidak.Zaidan berjalan kearah dapur untuk mengambil air minum. Ia mendapati Nisa duduk dan menyandarkan kepalanya diatas meja makan. Zaidan mendekat dan melihat bahwa Nisa memejamkan mata, terlihat sangat lelah. Zidan juga melihat makanan yang tadi di masak oleh Nisa diatas meja.
Ia mengambil sebuah sendok lalu mencicipi makanan itu. Zidan tersenyum ketika lidahnya merasakan makanan yang dimasak oleh Nisa.
"Pinter masak ternyata" gumam Zaidan sambil melirik kearah Nisa.
Kini Zaidan ikut duduk di kursi dan menghadap kearah Nisa. Ia menatap lekat wajah Nisa. Bisa dibilang, ini kali pertama Zaidan benar-benar menatap Nisa dengan dalam. Selama ini, ia selalu menghindari kontak mata dengan Nisa. Mungkin karena memang belum sah jadi Zaidan masih enggan. Sekarang, ia sudah bisa memandang Nisa dengan halal.
Zaidan memindahkan Nisa yang tertidur. Saking lelahnya, Nisa tidak terbangun ketika Zaidan memindahkan dirinya kedalam kamar.
Zaidan kembali menatap Nisa yang masih damai dalam tidurnya. Zaidan menyadari satu hal, Nisa tertidur dengan jilbab yang masih menempel di kepalanya. Zaidan membuka jilbab Nisa agar Nisa lebih nyaman saat tidur.
"Masya Allah" ucap Zaidan lirih. Nisa terlihat begitu cantik dimata Zaidan. Untuk pertama kalinya Zaidan melihat Nisa tanpa jilbab. Rambut hitam, lurus nan lebat yang biasa terbungkus jilbab itu kini bisa dilihat oleh Zaidan. Lebih istimewanya lagi dalam keadaan halal.
Zaidan menyadarkan dirinya kemudian ikut merebahkan tubuhnya diatas kasur. Ia juga merasa sangat lelah karena beberapa hari mengisi acara diluar kota dilanjutkan acara akad nikah kemarin.
Bersambung. . .
Thank you sudah membaca sampai part 4!
Have a nice day🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi - MZY
FanfictionSebuah cerita fiksi tentang perjodohan antara habib muda tampan pelantun sholawat dengan seorang wanita biasa yang sebelumnya tak pernah ia kenali. Note: Just fiction, update semampunya✌🏻