Sekitar pukul 4 pagi, Nisa terbangun. Ia meneliti ke sekitar dan menyadari ia telah berpindah tempat. Kemudian ia menghadap ke sebelah kanan dan sedikit terkejut ketika melihat seorang laki-laki yang tidur disampingnya.
"Astaghfirullahaladzim" ucapnya yang seketika ia membungkam sendiri mulutnya. Ia tersadar kalau yang tertidur disampingnya adalah Zaidan yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Nisa mengatur napasnya kemudian memperhatikan laki-laki didepannya. Jika sebelumnya Zaidan yang mengagumi wajah Nisa, kini gantian Nisa yang dibuat takjub oleh Zaidan.
Mulai dari rambut ikal Zaidan yang berwarna coklat, kemudian alis, bulu mata panjang nan lentik, hidung yang mancung tak luput dari pandangan Nisa. Sebelumnya, Nisa hanya bisa melihatnya dari balik layar ponsel, sekarang ia bisa melihat secara langsung bahkan dalam jarak yang sangat dekat dan dalam keadaan halal.
"Aslinya lebih ganteng!" gumam Nisa sambil tersenyum. Ia kemudian beranjak dari tempat tidurnya lalu menyiapkan segala keperluannya dan juga keperluan Zaidan untuk melaksanakan sholat.
Tak lama setelah itu, Zaidan membuka mata dan mendapati sisi kasur disebelahnya sudah kosong. Artinya Nisa sudah bangun lebih dulu. Zaidan mengubah posisinya menjadi duduk.
"Habib, ini baju bersih sama sarungnya udah tak siapin"
Zaidan hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Ia lalu berdiri dan berjalan ke kamar mandi kemudian berganti pakaian. Setelah itu, Zaidan mengambil sajadah dan pergi ke masjid untuk sholat berjamaah.
Tak berselang lama setelah Zaidan keluar rumah, Nisa masuk kedalam kamar. Ia menoleh kekiri dan kekanan mencari Zaidan.
"Loh, kirain mau sholat dirumah sama aku. Ternyata ke masjid toh" Padahal Nisa sudah bersiap untuk sholat bersama Zaidan, tapi ternyata saat ia masuk Zaidan sudah pergi.
"Ya nggak papa kali Nis suaminya jamaah di masjid!" ucap Nisa pada dirinya sendiri
***
Matahari sudah mulai terlihat diujung timur sana. Sepulangnya Zaidan dari masjid, ia duduk di ruang tengah sambil memainkan ponselnya."Bib, jadi berangkat sore ini?" Tanya Nisa pada Zaidan. Besok pagi Zaidan ada jadwal mengisi acara di luar kota sehingga ia dan teman-temannya hadrah sekar langit akan berangkat sore ini. Artinya 2 hari menikah mereka sudah harus berpisah.
"Jadi"
"Oh yaudah aku siapin bawaannya nggih bib"
"Iya"
Begitulah Zaidan, ia selalu irit bicara pada istrinya. Entah apa penyebabnya sehingga membuatnya enggan mengeluarkan kalimat panjang saat berbicara dengan Nisa.
***
"Habib Zidan, ini kemeja sama kaos tak taruh sini terus sarung, sajadah, peci ada disini, handuk sama peralatan mandi disini. Obat-obatan sama vitamin ada di tas kecil ini. . ." Nisa menunjukkan letak barang-barang bawaan Zaidan didalam koper dan Zaidan hanya menyimaknya saja sambil mengangguk.
"Iya" Nisa masih menahan diri ketika kalimat panjang lebarnya hanya dijawab dengan tiga huruf oleh Zaidan.
Nisa berdiri dan mengambil jaket milik Zaidan lalu menyerahkan kepadanya. Zaidan harus segera berangkat karena sudah ditunggu oleh teman-temannya dari Sekar Langit.
Zaidan berjalan sambil menarik kopernya sementara Nisa mengikuti di belakang.
"Habib" panggil Nisa ketika mereka sampai di ruang tamu. Zaidan berbalik badan menghadap kearah Nisa.
Nisa mendekat lalu meraih tangan Zaidan kemudian mencium punggung tangan serta telapak Zaidan. Membuat Zaidan terdiam seketika. Ia membeku untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi - MZY
FanfictionSebuah cerita fiksi tentang perjodohan antara habib muda tampan pelantun sholawat dengan seorang wanita biasa yang sebelumnya tak pernah ia kenali. Note: Just fiction, update semampunya✌🏻