Nisa berjalan menuruni anak tangga setelah usai perkuliahan umum dengan dosen pembimbingnya. Satu semester kedepan ia akan disibukkan dengan kegiatannya menyusun skripsi. Nisa bertekad untuk segera menyelesaikan kuliahnya agar ia dapat segera fokus mengabdi pada suaminya.
"Assalammualaikum, Kak Nisa" Sapa seorang laki-laki yang merupakan adik tingkatnya. Nisa mengangguk sambil tersenyum lalu melanjutkan langkahnya.
"Nis!" langkah kakinya kembali dihentikan oleh seseorang. Lagi-lagi seorang laki-laki yang bagi Nisa sudah tidak asing. Nisa juga mengangguk pada orang itu dan tetap berjalan menuruni tangga.
"Nis tunggu"
"Ehh Vik, maaf aku-"
"Plis jangan ngehindar, Nis. Aku mau ngomong bentar aja"
"Tapi, Vik. Aku mau-"
"Nis. . ."
"Yaudah iya, mau ngomong apa?"
"Tolong jelasin apa maksudnya Ana"
"Maksudnya Ana yang mana?" Nisa terlihat bertanya-tanya ketika Viki meminta penjelasan mengenai maksud Ana.
"Kenapa dia minta aku buat berhenti kejar kamu. Apa alasannya" Nisa teringat beberapa hari yang lalu ia sempat meninggalkan Ana dan Viki berdua di kantin. Nisa menebak pasti ada yang diucapkan oleh Ana pada Viki yang membuat Viki tidak mengerti dengan ucapannya itu.
"Nggak semua di dunia ini ada alasannya Vik"
"Tapi tentang hal ini aku butuh alasan, Nis"
"Vik, maaf banget yah. Tapi apa yang dibilang Ana itu benar. Lupain aku pelan-pelan Vik. Aku ga akan bisa sama kamu"
"Kenapa ngga bisa, Nis? Memangnya siapa yang bisa sama kamu?"
"Vik, udah ya. Jangan terus memaksa apa yang ga bisa dipaksa" Nisa berjalan lebih cepat untuk menuruni anak tangga. Namun ternyata Viki masih mengejarnya. Nisa yang menyadari hal itu segera mempercepat langkahnya.
Sayangnya, Nisa kurang berhati-hati. Kakinya terjerat oleh kakinya sendiri sehingga menyebabkan Nisa terjatuh di tangga.
"Astaghfirullah" Orang-orang di sekitar tangga langsung melihat ke arah Nisa. Mereka datang dan menghampiri Nisa, membantunya untuk berdiri. Namun sayangnya kaki Nisa terkilir sehingga membuatnya kesulitan untuk berjalan.
"Viki! Mbok apain Nisa ha?" Bentak Ana yang baru saja turun dari tangga.
"Nisa jatuh sendiri Na, dia lari tadi"
"Ya karna mbok kejar kan? Apa lagi sih Vik?"
"Na, udah Na jangan memperburuk keadaan. Aku gapapa kok"
"Gapapa apanya Nis, kakimu terkilir gitu kok"
"Viki ga salah kok. Udah ya Na, mending tolongin aku aja"
"Iya udah Nis. Bentar aku pesen taksi online dulu"
"Nis pulang sama aku aja, aku bawa mobil tadi"
"Ga ya Vik! Sok-sokan nganterin tapi mau modus kan"
"Engga Na"
"Udah, Vik. Aku sama Ana aja"
Saat taksi online pesanan Ana sampai, Ana memapah Nisa menuju mobil itu. Nisa berjalan pelan sambil sesekali meringis menahan sakit karena nyeri dikakinya.
Sesampainya di rumah, Ana mengetuk pintu dan dibukakan oleh Zaidan. Ana mengatakan bahwa Nisa tadu terjatuh di tangga dan kakinya terkilir. Saat ini Nisa masih berada di dalam mobil.
Zaidan yang mendengar keterangan Ana langsung panik. Ia segera menghampiri mobil itu dan membuka pintunya.
"Kenapa Nis?"
"Jatuh tadi mas"
"Yaudah ayo turun diobatin di dalem" Zaidan membantu Nisa berdiri dan berjalan beberapa langkah. Namun karena saat ini kesabaran Zaidan setipis tisu, ia langsung membopong Nisa.
"Eh, mas"
"Udah nurut aja, biar ndak kelamaan. Na, bukain pintunya yang lebar"
Sesampainya di ruang tengah, Zaidan menurunkan Nisa di sofa. Zaidan juga membantu Nisa meluruskan kakinya.
"Kalian kejar-kejaran apa gimana sih kok bisa jatuh di tangga?" Tanya Zaidan sambil memijat pelan kaki Nisa. Ia juga mengoleskan minyak ke kaki Nisa yang terkilir.
"Iya emang kejar-kejaran sih, tapi bukan sama aku Bib. Sama si Viki tuh" Zaidan seketika menghentikan tangannya saat mendengar nama Viki.
"Anaa" Nisa sangat merutuki mulut Ana yang dengan entengnya mengatakan bahwa Nisa kejar-kejaran dengan Viki.
Zaidan yang semula terlihat panik kini menjadi datar. Ia masih memegang kaki Nisa namun terlihat tak bersemangat. Nisa yang sadar akan ekspresi Zaidan itu ikut diam. Justru sekarang ia takut kalau Zaidan marah kepadanya.
"Ehh. . . emm Nis, Bib aku baru inget kalau aku harus beliin titipan Ibu. Aku duluan yah. Assalammualaikum" Ana berpamitan karena baik Nisa maupun Zaidan sedang terlihat tidak baik-baik saja.
Zaidan bangkit dari posisi jongkok. Ia mengembalikan minyak urut ke tempatnya. Lalu kembali menghampiri Nisa dan memberikan segelas air putih untuknya.
"Mas"
"Hmm"
"Nggak kejar-kejaran kok Mas. Ya tadi emang ketemu Viki tapi aku ngehindar makanya jalan cepet-cepet. Tapi akhirnya malah kesandung kaki sendiri terus jatuh"
"Iya" Zaidan kembali dingin seperti semula. Padahal beberapa hari ini Zaidan sudah mulai berubah dan bersikap lebih baik pada Nisa. Namun hari ini, ia kembali menunjukkan sikap dinginnya.
"Mas Zidan marah ya?"
"Ndak" Jawabnya singkat. Zaidan berjalan ke dapur untuk mengembalikan gelas lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
"Hh dingin lagi!" Nisa menghela napasnya karena perubahan sikap Zaidan. Nisa kira perlahan-lahan sikap Zaidan akan lebih baik dan terus membaik kepadanya. Nyatanya sekarang Zaidan kembali dingin. Padahal malam ini Zaidan akan pergi untuk beberapa hari yang artinya mereka akan saling berjauhan lagi. Tapi malah ada kejadian yang kurang mengenakkan saat mereka akan berpisah untuk beberapa hari kedepan.
***
Dengan sangat berhati-hati, Nisa berjalan menuju kamar. Ia ingin menghampiri Zaidan. Sampai di kamar, Nisa mendapati suaminya telah berganti pakaian dan siap untuk pergi bersama Sekar Langit."Mas" panggil Nisa
"Hati-hati ya mas" Nisa mengulurkan tangannya, namun Zaidan masih sibuk dengan ponselnya. Nisa langsung meraih tangan itu lalu menciumnya. Ada perasaan aneh yang menjalar di dalam diri Zaidan. Perasaan aneh yang tidak bisa ia jelaskan.
"Berangkat dulu, Assalammualaikum"
"Waalaikum salam. Kabarin kalau udah sampai mas" Zaidan tak menjawab. Ia berjalan keluar kamar meninggalkan Nisa yang masih duduk diatas tempat tidur. Nisa tak mengikuti langkah Zaidan karena kakinya masih terasa nyeri.
Bersambung. . .
See u di part berikutnya🙌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Habibi - MZY
Fiksi PenggemarSebuah cerita fiksi tentang perjodohan antara habib muda tampan pelantun sholawat dengan seorang wanita biasa yang sebelumnya tak pernah ia kenali. Note: Just fiction, update semampunya✌🏻