Senin pagi entah mengapa menjadi hari yang kalau bisa akan Sungmin hindari dan langsung meloncat ke hari selasa saja.Setelah memarkirkan mobil nya di parkiran asrama, pria dengan rambut hitam itu berjalan gontai, sembari sesekali menguap karena rasa malas yang masih menyelimuti dirinya setelah pesta semalaman suntuk yang walaupun berakhir agak kurang baik.
Rikkyoniza High School, sekolah berbasis asrama itu menjadi tujuan paling diminati para orang tua murid di negara ini. Bukan hal sulit bagi Sungmin dengan status Alpha dan dari klan ternama untuk masuk ke sekolah yang digadang-gadang bahkan jika kau menawarkan nyawa saja belum tentu kau bisa masuk.
Bukan ke gedung sekolah, Sungmin memilih berbelok ke gedung asrama. Walaupun Sungmin masih tinggal di kota yang sama, tapi tetap saja peraturan adalah peraturan, ia harus tinggal di asrama dan bisa pulang kerumah saat weekend saja.
"Oi, Hong Sungmin!" Panggilan itu membuat atensi Sungmin dan beberapa murid yang mendengar teralihkan sebelum akhirnya kembali melanjutkan aktivitas mereka yang tertunda sepersekian detik tadi. Sedangkan si pemilik nama berhenti kemudian memutar badannya, menatap pria tinggi yang melambaikan tangan dengan semangat.
"Goedemorgen, Hong Sungmin," sapanya kala pria jangkung itu sudah berdiri di hadapan Sungmin. "Ik hoorde nieuws, your party, ada ribut-ribut?"
Sungmin mengangguk.
"Chi?" tanya pria itu lagi.
Muak. Sungmin muak mendengar pria jangkung ini selalu merubah bahasanya tiap kali berbicara. "Ada, gue nggak mau cerita kalo lo masih nyampur-nyampur bahasa."
"Okay ...."
"Ada klan baru, gue baru liat maksudnya." Sungmin memulai percakapan ketika mereka kembali melanjutkan langkah. "Kim Wooseok, lo nggak dengerin gue?"
Pria Wooseok ini menoleh, "Eh?" ia menunjukkan layar ponselnya. "Anak baru dateng hari ini, katanya udah di sekolah, udah banyak anak-anak yang liat. Oh iya, he's Alpha, unit Alpha satu-satunya yang belum punya roommate cuma lo doang kan?"
"Harus banget dia di kamar gue?" Sungmin memutar bola matanya malas, ia sudah nyaman dengan kehidupan asramanya yang tenang dan sendirian.
Wooseok menatap jengah, "Ya, lo mau nya gimana? Itu Alpha disatuin gitu kamarnya sama Omega, gila aja lo."
Sungmin mengangkat bahunya, "Atau sama Beta aja? Kamar Beta kan banyak yang kosong, toh Alpha nggak bisa bikin Beta hamil kan?"
"Gila." Wooseok menggeleng, "Gimana kalo dia King?"
"Ya nikah aja lah kalian, ribet amat. Gue nggak banyak juga ketemu King, selama tujuhbelas tahun gue hidup, baru satu kali gue ketemu King."
Wooseok membuka matanya lebar, ada kerlipan rasa ingin tahu yang teramat sangat. "Siapa? Dimana?"
"Hai."
Belum sempat menjawab, atensi dua manusia berbeda status itu teralihkan dengan suara bass milik seorang pria dengan rambut coklatnya. Lagi-lagi Sungmin merasakan aura yang sedikit mencekam, Wooseok saja sampai mundur saat pria itu mulai berjalan mendekat.
"Hong Sungmin? I'm your roommate."
Sungmin mengangguk kemudian membukakan pintu unit asrama yang memang tanpa disadari karena terlalu asyik mengobrol, mereka sudah berdiri diambang pintu kamar tapi belum juga masuk.
"Gila, gue baru pertama ngerasain hawa kayak gini. Lo juga ngerasain, kan?" tanya Wooseok.
"Hm."
"Roommate lo serem banget, gue duluan deh ya, mau ke kelas," pamit Wooseok. Setelah mendapatkan anggukan kepala dari Sungmin, pria jangkung itu langsung pergi sembari melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO the Enigma
FantasyBagi sebagian orang Enigma hanyalah sebuah urban legend yang tidak bisa dibuktikan kebenaran dan keberadaannya. Bagi mereka yang tidak percaya, Enigma Alpha hanyalah desas-desus untuk menakut-nakuti Alpha yang bertindak secara sombong, merasa dunia...