Bab 1.9

2.7K 184 42
                                    

"Apa masih sangat sakit?" Hikaru baru saja kembali dari kelasnya ke asrama ketika tiba-tiba Sungmin menelepon dirinya beberapa saat lalu. Ia bergegas, tidak perduli dirinya sedang di tengah pelajaran.

Hikaru melihat Sungmin yang meringis kesakitan di atas kasur, langsung menghampiri pria itu. "Bagian mana yang sakit?"

"Di ... sini, pe-perut gue nggak nyaman..."

Itu bukan sakit perut biasa, bukan karena pria itu telat makan atau sebagainya. Sakit yang dirasakan Sungmin adalah salah satu efek dari switching yang dilakukan Hikaru.

Urabe muda itu mengulurkan tangannya, menaruh telapak tangan besarnya di perut bagian bawah Sungmin. Berangsur-angsur kerutan di dahi Sungmin memudar, rasa sakit yang dirasakan pria itu sedikit mereda.

"Apa ini lebih baik?" tanyanya. Sungmin mengangguk lemah, "Jauh lebih baik. Sorry gue ganggu kelas lo."

Hikaru menggeleng, ia berbaring di samping Sungmin. "Nggak apa-apa, lo jauh lebih penting sekarang."

Wajah Sungmin memerah mendengar itu, tangannya meraih tangan Hikaru, ia bisa merasakan perbedaan besar telapak tangan miliknya dengan milik Hikaru. Tangan Hikaru jauh lebih besar dari tangannya.

"Ada apa?"

Sungmin memalingkan wajahnya. "Nggak ada, cuma mau kayak gini." Hikaru tidak menjawab, tapi Sungmin bisa merasakan hembusan napas Hikaru di telinga kirinya karena pria itu merebahkan tubuhnya miring menghadap padanya. Sungmin perlahan menoleh, menatap Hikaru yang sudah memejamkan matanya.

Rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya tidak ia perdulikan, dengan hati-hati ia merubah posisi tidurnya menjadi berhadapan dengan Hikaru.

Sungguh, Sungmin tidak mengerti. Dari banyaknya Omega, Beta bahkan Alpha di dunia ini, mengapa harus dirinya? Hikaru bahkan bisa menemukan Omega tingkat satu yang sepadan dengan dirinya. Tubuhnya sakit, hatinya juga. Tanpa sadar Sungmin kembali terisak, membuat pria di hadapannya terbangun.

"Lo kenapa? Apa yang sakit?" Hikaru bangun dari tidurnya, ia duduk memeriksa setiap bagian tubuh Sungmin yang mungkin saja bagian itu yang sakit. "Apa gue neken perut lo nya kekencengan?"

Sungmin menggeleng, tubuhnya meringkuk, sakitnya sekarang sudah tidak seberapa. Kini sakit hatinya yang terlalu mendominasi, pheromone-nya menguar begitu saja. Ia tidak bisa mengendalikannya.

Hikaru mengangkat tubuh Sungmin, membawa tubuh kecil itu untuk duduk di atas pangkuannya. "Maaf..." katanya sembari memeluk Sungmin.

Pria Alpha itu masih terus menangis, sedang Hikaru masih terus memeluknya tanpa berhenti mengucapkan kata maaf. Sebagian besar memang kesalahannya. Ia melakukannya dengan tiba-tiba dan tidak memberitahu apa yang akan terjadi setelah mereka melakukan hal itu.

Atensi keduanya teralihkan saat mendengar suara bel pintu berbunyi. Hikaru menurunkan kembali Sungmin dengan hati-hati, menghapus air mata dari wajah Alpha kecil itu kemudian menciumnya sebelum keluar dari kamar Sungmin untuk membuka pintu.

"Siapa..." Begitu membuka pintu Hikaru disambut dengan tinjuan di wajahnya sehingga pria Urabe itu tersungkur menabrak sofa ruang tamu.

Pintu kamar Sungmin yang sengaja tidak di tutup oleh Hikaru tadi jelas saja membuat pria di dalamnya melihat adegan itu dengan jelas. Sungmin membulatkan matanya terkejut, dengan susah payah pria itu tertatih menghampiri Hikaru.

"Hikaru?! Siapa orang gila..." Sungmin makin terkejut saat melihat orang yang berdiri di ambang pintu. "Kakak?!"

Dua orang di sana tersenyum, salah satunya berjalan mendekati kedua pria muda itu. "Wah, boleh juga. Sambutan yang bagus bukan untuk calon adik ipar ku?" tanyanya.

WHO the Enigma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang