"Apa kau memiliki hubungan dengan anak bungsu keluarga Urabe?"
Yang ditanya sontak menggelengkan kepala, "Ayah, aku dan dia adalah Alpha, kami tidak mungkin berhubungan. Takdirku adalah Omega pun dengan dirinya," sanggah Sungmin.
Sungdae menghela napas, sejujurnya Ketua Hong itu belum tidur memikirkan apa yang Urabe Hitori itu katakan kemarin, tentang kemungkinan bahwa anaknya bukanlah Alpha tingkat bawah. Pria itu memijat pelipisnya, sedang Sungmin melanjutkan menghabiskan makanannya. Atensinya terfokus pada pergelangan tangan Sungmin, "Tanda apa itu di tanganmu?" tanyanya pada sang anak.
Sungmin menutup pergelangan tangannya, "Tidak tahu, ini sudah ada saat aku bangun tidur."
"Bangun tidur kapan? Hari ini atau kemarin?"
Mata Sungmin melirik ke kanan dan kiri, menghindari kontak mata dengan ayahnya itu.
"Hong Sungmin ...."
Alpha kecil itu menghembuskan napas kasar. "Aku benar-benar tidak tahu, Ayah. M-mungkin hari ini? Atau ... kemarin?" Sungmin berdiri dari tempat duduknya, "Sudahlah Yah, jika terus berdebat aku akan terlambat ke sekolah."
Sungmin beranjak dari sana, meninggalkan Sungdae yang masih duduk diam menatap punggung putra bungsunya itu.
"Sungmin," panggil Sungdae, yang dipanggil menghentikan langkahnya tanpa berbalik. "Setelah sekolah nanti pergilah ke rumah sakit, coba test statusmu sekali lagi. Ayah akan meminta izin ke kepala sekolah, agar kau bisa keluar asrama sebentar."
"Baik, Ayah." Tanpa bantahan Sungmin hanya mengangguk kemudian benar-benar pergi dari rumah besarnya itu.
Sedangkan Sungdae berencana untuk menemui putra sulungnya nanti.
Di rumah sederhana itu, rumah yang jauh lebih kecil dibanding tempat tinggal utamanya, Hikari berjalan dengan diikuti seorang Omega di belakangnya. Omega yang kemarin ia temui di wilayah keluarga Yang.
"Ini tempat tinggalmu sekarang," ucap Hikari pada Omega yang sedari tadi masih sibuk melihat seisi rumah. "Kamu tidak mendengarku?"
Pria Omega itu membulatkan mata takut, kemudian menunduk, "M-maaf Tuan, maaf," lirihnya. Tidak mendapatkan pukulan, pria itu kembali mengangkat kepalanya. "Tuan tidak memukulku?"
Hikari tersenyum, tangannya terulur mengelus rambut hitam berkilau milik Lingqi. "Aku tidak akan memukulmu, kau tidak perlu takut."
Lingqi ikut tersenyum, dengan takut-takut ia memberanikan diri mendekati Hikari. Tangannya meraih milik sang Alpha, menuntunnya untuk merangkuh pinggang miliknya. "Tuan, kau sudah membeliku dengan harga mahal, bukankah tugasku untuk memuaskanmu?"
Hikari terkejut bukan main, tapi sekali lagi ia bersikap tenang. Tangan kirinya yang bebas ia gunakan untuk mengelus pipi Lingqi. "Siapa yang mengajarimu berkata begitu?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO the Enigma
FantasyBagi sebagian orang Enigma hanyalah sebuah urban legend yang tidak bisa dibuktikan kebenaran dan keberadaannya. Bagi mereka yang tidak percaya, Enigma Alpha hanyalah desas-desus untuk menakut-nakuti Alpha yang bertindak secara sombong, merasa dunia...