Sungmin bergegas turun dari mobil setelah ia sampai ke depan rumah keluarga besar Urabe itu. Matanya membulat terkejut saat melihat kepungan kabut hitam di sekitar rumah besar itu.
Kakinya melangkah semakin cepat saat melihat beberapa orang dengan seragam hitam khas penjaga rumah sudah terkapar berlumuran darah tidak sadarkan diri. Sungmin meraih ponselnya, meminta sang ayah datang kemari dengan membawa beberapa bantuan.
Kalau di luar saja sekacau ini, bagaimana dengan keadaan di dalam sana?
Tidak tanggung-tanggung, dengan sekali tendangan, pintu tinggi menjulang itu Sungmin tendang sampai terbuka.
"Hikaru! Hikari! Paman Urabe!!" teriakan Sungmin menggema, ia tidak berhenti berlari. Rumah nya terlalu besar sampai ia tidak bisa berpikir harus kemana setelah ini.
Tidak ada jawaban.
Tubuh Sungmin terlonjak, reflek ia berbalik, samar Sungmin mendengar suara seperti geraman dengan yakin ia berlari menuju sumber suara itu.
Sesampainya di ruang tamu, Sungmin terkejut dengan apa yang ia lihat. Hikari tergeletak dengan darah di sisi kepalanya, sedangkan kepala keluarga Urabe tidak sadarkan diri.
Terpaan angin dingin yang menusuk tulang membuat kaki-kaki Sungmin terasa kaku, namun ia tetap memaksakan menaiki anak tangga satu persatu.
"Hikaru ...." lirihnya memanggil nama itu berkali-kali walaupun tetap tidak ada jawaban.
Sungmin tidak tahu kali keberapa ini dia terkejut. Melihat Hikaru yang matanya berubah hitam sepenuhnya dengan seorang pria tua yang menggantung di udara meraung kesakitan karena cekikan tak kasat mata yang di lakukan oleh Hikaru.
"Lo gila?!" Tangan Sungmin dicekal oleh Hikari saat kakinya melangkah ingin mendekati Hikaru.
"G-gue ...." Sungmin ragu, tapi disatu sisi ia tetap harus mendekati Hikaru untuk menyadarkan pria itu.
Suara geraman itu makin kencang kala Hikaru makin kuat mencekiknya, detik kemudian pria tua itu berubah menjadi kabut hitam dan menghilang bersamaan datangnya angin kencang.
Hikaru terjatuh berlutut, tangannya meraih tengkuk leher, ia mengerang kesakitan. Rasanya kini lebih sakit, rasa panas dan nyeri menjalar di seluruh tubuh Hikaru.
"Hikaru!!" Sungmin dan Hikari berteriak.
Sungmin dengan tergesa berlari menerjang angin kencang itu, pupilnya berubah biru saat merasakan aura mengancam di sekitar pria yang saat ini semakin mengerang kesakitan itu.
Entah setan apa yang merasuki Sungmin, secara tiba-tiba ia menempelkan bibirnya pada bibir Hikaru. Mata Sungmin terpejam kala melihat manik milik Hikaru kembali pada warna semula.
Sungmin menangkup pipi pria yang lebih tinggi darinya, sedang Hikaru melumat bibir Sungmin, mereka larut dalam perasaan yang entah apa itu.
Angin yang tadinya berhembus kencang kini sudah tidak ada, pheromone Hikaru juga telah mereda. Di ujung sana Hikari bisa melihat ada sesuatu yang bersinar di belakang leher sang adik. Sinar itu lama kelamaan bergerak membentuk sesuatu disana, tapi ia tidak tahu apa itu.
Sinar di leher Hikaru menghilang, dengan itu hilang juga kesadarannya. Sungmin membuka mata terkejut melihat Hikaru terduduk pingsan, kepalanya menoleh kearah Hikari meminta bantuan pria itu.
Dengan tertatih Hikari menghampiri, "Bantu gue bawa dia ke kamarnya," ucapnya.
Sungmin mengangguk, kemudian membantu Hikari membopong pria dengan rambut hitam itu keatas kasur. Sedang Hikari setelahnya menghampiri pria yang tidak Sungmin kenal, menggendongnya kemudian keluar dari kamar Hikaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO the Enigma
FantasyBagi sebagian orang Enigma hanyalah sebuah urban legend yang tidak bisa dibuktikan kebenaran dan keberadaannya. Bagi mereka yang tidak percaya, Enigma Alpha hanyalah desas-desus untuk menakut-nakuti Alpha yang bertindak secara sombong, merasa dunia...