ee

148 31 2
                                    

"Kamu mau kemana, Bas?"

"Jalan. Suntuk banget disini."

"Ikut, yaa." Cindy merengek.

"Iya. Cepetan."

"Thank you." Cindy bersorak dan mencium ujung bibir Bastian dengan cepat.

Cindy langsung berlari ke kamar.

"Emily lagi ngapain, ya?"

"Lah, kok gue kepikiran sama dia, sih?"

"Argh!" Bastian mengacak rambutnya.

"Babe, what are you doing?"

"Nothing, ready?"

Cindy tersenyum, "Ready, honey."

Dengan cepat Cindy langsung memeluk lengan Bastian dan mereka keluar dari apartemen.

Gabriel yang baru saja dari restaurant apartement melihat dua orang yang menjadi tujuannya ke Singapura.

Gabriel segera memasang topi mantelnya dan berbalik arah sebelum Bastian mengenalinya.

Good. He doesn't see me, batin Gabriel.

Gabriel segera berlari ke apartemennya dan menyambar kunci mobil.

"Dia gak boleh lolos."

Gabriel menyalakan mobilnya sebelum taksi mereka jalan.

Kurang dari 20 menit, taksi yang Bastian dan Cindy tumpangi berhenti di pinggiran taman.

"Elah, gue kira mau kemana. Taunya kesini, di Indonesia juga banyak ginian."

Gabriel memarkirkan mobilnya di belakang taksi tadi berhenti.

"Hurry up. Don't forget to bring a newspaper, Gabriel."

Gabriel kembali memakai topi dan kacamata hitamnya kemudian turun dari mobil.

Ia sengaja mengambil tempat yang agak dekat dengan tempat dimana Bastian dan Cindy duduk, berhubung dia tidak membawa alat penyedot suara.

Bastian tiduran di rumput yang agak basah karena embun yang cukup dingin dan disampingnya ada Cindy yang baring di lengan Bastian.

"Uh, so sweet banget."

"Bas."

Bagus, suara mereka kedengaran jelas, batin Gabriel.

"Kamu kamu ceraiin Emily?"

Gabriel sedikit terkejut mendengar pertanyaan Cindy.

Tiba-tiba ponsel Gabriel berbunyi, "Yang tau nomor gue cuman Emily, berarti ini Emily."

Gabriel bangkit dari duduknya dan segera menjauh, mereka akan curiga kalau Gabriel menelfon menggunakan bahasa Indonesia.

Bastian mengubah raut wajahnya menjadi kesal.

"Gak ada pertanyaan lain?"

"Kenapa kamu gak mau jawab?"

"Males aja ngomonginnya."

"When you marry me?"

"Aku gak pernah janji untuk nikahin kamu."

Cindy bangkit dari tidurnya dan memukul dada Bastian berulang kali.

"Sakit bego. Gue emang gak pernah ngomong sama lo soal pernikahan. Ingat, kita hanya sebatas partner di club."

"Tapi aku gak sembarangan main sama laki-laki."

[Don't] Let Me GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang