"Mama.." Bastian memasuki kediaman orang tuanya.
"Anak ganteng mama!" Seru Sandra.
"Iya, Bastian tau kalo Bastian ganteng, mah."
"Hai, mah." Emily memeluk ibu mertuanya dengan penuh hangat.
"Sayang, i miss you so much."
"I miss you too, mama."
"Papa mana, mah?"
"Lagi main golf di halaman belakang, sayang."
"Bastian nyamperin papa dulu, ya."
"Emily bantuin mama di belakang, yuk."
Emily mengangguk dan mengikuti Sandra ke dapur.
"Wah, mama buat steak, ya?"
Sandra mengangguk semangat, "Kesukaan kamu, kan?"
"Mama tau aja, deh." Emily terkekeh.
Sandra mengeluarkan beberapa kotak ice cream rasa kacang hijau kesukaan Bastian dari lemari es.
"Dalam rangka apa, nih, mah?"
"Mama dan papa lagi anniversary, lho." Bisik Sandra.
"Oh, ya? Ya ampun, kalo aku tau pasti tadi bakal singgah beliin kado."
"Ah, mama gak butuh kado. Mama cuma pengen kehadiran kalian di rumah ini. Itu sudah bagian dari hadiah terindah mama kali ini."
"Mama.. Tambah sayang, deh." Emily lagi-lagi memeluk Sandra.
"Yaudah, kamu panggil papa dan Bastian, gih."
"Siap, mah!"
Emily berjalan ke halaman belakang dan melihat Bastian yang lagi bermain golf.
"Hei, Emily."
"Halo, papa." Emily membalas pelukan Francisco.
Bastian berdehem membuat Emily menjauh dari ayah mertuanya.
"Cemburu, ya?"
"Papa dan Bastian dipanggil sama mama. Katanya ikut makan steak."
"Steak? Yeay."
Francisco segera berlari kecil memasuki rumah meninggalkan dua sejoli.
"Kamu baik-baik dulu, ya hari ini. Ingat, kita dimana."
"Iya, bawel."
Bastian merangkul pundak Emily dan ikut bergabung dengan Sandra dan Francisco di meja makan.
"Yummy!"
"Ayo, sayang."
"Kalian nginap, kan?"
Emily melirik Bastian berharap untuk menjawab pertanyaan Francisco.
"Iya, kita nginap malam ini."
Sandra bersorak senang.
"Emily, sayang. Kamu ambil di belakang kotak ice cream-nya."
"Biar aku temenin."
Bastian mengikuti Emily ke dapur.
"Kamu gak keberatan, kan nginap malam ini?"
"Ya, nggaklah. Aku senang, kamu jawab gitu."
"Adem, deh kalo kita pake aku-kamu, gini."
"Hanya di lingkungan keluarga."
"Diterusin juga gak apa-apa."
Emily memutar bola matanya dan kembali ke meja makan dengan dua kotak ice cream di tangannya.
"Mama baik, deh beliin Bastian es krim rasa kacang ijo."
"Mama, kan baik mulu sama kamu."
"Iya, deh, iya.."
Francisco dan Emily terkekeh.
"Kami ke kamar dulu, ya. Mau istirahat."
"Iya, sayang."
"Jangan nakal." Bisik Sandra kepada anaknya.
Bastian mengacungkan jempolnya dan mengedipkan mata.
"Tidur seranjang, kan?"
Emily menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan Bastian.
"Aku gak macam-macam, kok."
Emily hanya berdehem dan segera naik ke atas kasur.
Emily membelakangi Bastian yang menghadap ke arahnya.
Mana bisa gue tidur dengan posisi gini, batin Emily.
"Jangan dipaksain tidur kalo gak bisa."
"Diam, bawel."
"Dih, jutek banget. Balik sini, gih. Aku mau cerita sama kamu."
Emily terpaksa tidur berhadapan dengan Bastian.
"Nah. Gitu, dong." Bastian tersenyum.
"Cerita apa?"
"Minggu depan ada temen aku yang nikahan."
"Terus?"
"Temenin aku, ya."
"Ngapain?"
"Sekalian jalan-jalan gitu."
"Males, ah."
"Di Singapur, lho."
"Hah?"
"Gak bakal nolak, kan?"
"Siapa, sih yang gak mau kesana gratis?" Emily terbahak.
"Yaudah. Kamu tidur, gih. Nice dream, Emily."
Emily tersenyum, "Too."
TBC--
KAMU SEDANG MEMBACA
[Don't] Let Me Go
Fiksi Remaja"Jadi lo harus milih, jadi janda muda atau disakitin terus-terusan."