"Maaf, pak. Bukannya kami menolak, tapi arsitek utama kami sedang ada meeting dengan klien lain."
"Katakan siapa nama arsitek utamanya?"
"Ibu Emily Madison Anthony." Jawab Drafter tersebut dengan gugup.
"Alright."
"Maaf, apakah Anda kenal Ibu Emily?"
"Saya kerabatnya. Yasudah, saya akan kesini lain waktu."
"Maaf, bisa saya tahu nama Anda?"
"Gak perlu tahu. Kamu juga gak perlu beri tahu Emily kalau saya mencarinya. Saya pergi dulu."
Tara berjalan keluar dari kantor Emily dengan muka kecewa.
"Halo, Bas. Aku Tara."
"Kamu pakai nomor Indonesia. Apakah kamu disini?"
"Yes, I'm in Indonesia. Aku tadi ke kantor Emily tapi dia tidak ada."
"Loh, kamu gak ketemu sama dia? Kemana?"
"Katanya ada meeting. Sorry, tapi aku harus pulang ke New York sekarang juga. Lain waktu kita bisa bertemu."
"Cepat banget. But, thanks very much. Kamu jauh-jauh kesini tapi tidak bertemu dengan Emily."
"No problem. Bye, buddy."
Tara menghentikan taksi dan segera ke bandara.
Emily saat ini sedang berada di sebuah cafe coffe bersama teman-temannya.
"Lo gila banget cari alasan meeting untuk nemuin kita."
"Gue bosen, capek kerja mulu."
Omar menggelengkan kepalanya, "Nolak rejeki gak baik, lho."
"Mas, mocha frappuccino segelas lagi, ya." Emily memesan untuk ketiga kalinya.
"Lo jangan kebanyakan minum kopi. Dampaknya banyak banget tau."
"Gue gak bisa lepas dari kafein."
"Coba, deh lo searching in google dampaknya apa aja. Pasti salah satunya itu gak bisa membuat hamil alias mandul." Tutur Tesa.
"Hanya kopi yang bisa buat gue semangat kerja. Jadi arsitek susah banget, kebanyakan di atas kertas daripada istirahatnya."
"Banyak, lho arsitek gak minum kopi tapi masih tahan kerja larut malam." Gabriel berusaha untuk tidak membela Emily kali ini.
"Ingat juga, lo gak perlu minum minuman keras kalo di club. Kenapa, sih pada gengsi pesan jus buah? Enak tau." Tambah Gabriel.
Aura memutar bola matanya, "Iya. Tau, kok yang sering minum juice orange kalo di club."
Emily berpaling ke arah ponselnya yang bergetar.
Bastian's calling...
"Bentar, ya. Gue jawab telfon dulu."
Emily berjalan keluar cafe.
"Kenapa?"
"Lo dimana?"
"Kenapa emang?"
"Ditanya malah balik nanya."
"Ck. Lagi sama temen."
"Kenapa gak masuk kantor?"
"Lagi males. Kenapa, sih nanya mulu?"
"Gak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Don't] Let Me Go
Подростковая литература"Jadi lo harus milih, jadi janda muda atau disakitin terus-terusan."