Ch. 02

1.2K 95 2
                                    

Seperti biasanya Gina akan langsung melepas sepatu pantofel dan kaus kaki yang semula terbalut di kedua kakinya, menjaga kakinya dari berbagai hal dan menyelimuti bagian itu.

Ia pun memasuki rumah dengan hening tanpa menimbulkan suara apapun, mulutnya begitu rapat sampai tidak bisa terbuka untuk berbicara. 

Gina mulai berjalan masuk lebih dalam menuju kamar mandi dengan kepala yang menunduk, sambil tangannya menenteng tas kerjanya yang terkesan diseret itu karena sudah habis tenaganya.

“Gina” suara lembut dari sang ibu membuat langkah kaki Gina berhenti, dan hanya ibu lah yang behasil membuat Gina melakukannya

Gina mendongak, lalu menoleh kan pandangannya menatap sang ibu yang ternyata telah berdiri diantara kumpulan anggota keluarga nya.

Tidak terkejut atau merasa aneh, dengan pandangan kosong Gina pun berani mendekat ke arah mereka.

Ada papah nya, mamahnya, kakak tiri laki laki yang sudah tau namanya adalah Raja, lalu kakak tiri perempuan yang namanya juga sudah terdengar sebelumnya adalah Asih, serta adik perempuan beda bapak yang bernama Putri.

Kelima orang itu menunggu dengan wajah yang sama sama khawatir terlihat jelas di kedua mata Gina, ia hiraukan itu semua.

Saat sudah sampai di tengah tengah mereka, Gina berdiam diri sambil menatap kosong ke arah mereka dan tidak sama sekali mempunyai niat untuk membuka mulutnya.

“Ini sayang, coba kamu baca dulu” ucap Ratna, sang ibu kandung dari Gina

Set!

Beberapa menit, Gina memberikan selembaran kertas itu lagi pada Ratna setelah selesai membaca. Sang ibu seperti sedang menelisik arti dari raut wajah Gina.

“Buat siapa?” ucap Gina singkat

“Maaf, karena mamah sudah masuk kamar kamu tanpa izin. Tapi mamah baca sebuah buku yang kamu tulis tentang apa yang terjadi—“

Gina menatap tajam, menusuk lurus ke arah kedua bola mata Ratna, membuat ucapan Ratna terhenti dan ia pun gugup. Kedua tangan Ratna pun meremas daster yang ia pakai untuk menyalurkan rasa gugup nya itu.

“Terus kenapa sama buku itu? apa hubungannya sama psikiater?” ucap Gina dingin sekali, Raja sampai berdesis ngeri menatap adik tirinya itu

“Mamah khawatir sayang. Coba kamu temui dokter itu sebentar ya? Mamah udah buat janji nya besok. Besok kamu libur kan sayang di hari minggu? Bisa ya sayang? Mamah mohon—“

Gina membalikan badannya tidak menghiraukan mereka berlima yang berdiri disana menatapnya dengan intens diiringi raut wajah khawatirnya.

BRAK!

Langsung masuk kedalam kamarnya dengan emosi segunung yang sedang ia tahan. Gina merasa sangat amat kesal. 

Kedua bola matanya langsung tertuju ke arah laci meja dimana buku diary nya tersimpan. Lalu mengamatinya dengan intens selama beberapa menit.

Kedua matanya memerah, perlahan lembaran buku yang sedang Gina buka itu dibasahi oleh setiap tetes air matanya yang terjatuh disana.

Kedua matanya juga mengembun, dadanya bergejolak, luapan amarah nya sangat amat kuat tetapi Gina tidak bisa melampiaskan nya dengan sesuka hati. Karena itu adalah hal yang buruk menurutnya.

Ggrrttt!

Pinggiran buku yang Gina cengkram karena saking kesalnya membuat beberapa lembar dari buku itu kusut.

Gina pun mengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit langit kamarnya dengan dada yang naik turun untuk menetralkan amarah yang sedang mengudara di dadanya.

𝙀𝙢𝙤𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚: Let Fate Win (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang