Ch. 05

1.1K 76 2
                                    

“Hei. Udah jangan sedih”

Gina dengan cepat membalikan badannya langsung berhadapan dengan Ana. Perempuan dengan senyuman manis itu masih menatap Gina dengan teduh. 

Gina pun memperhatikan Ana dari atas sampai bawah; rambutnya yang panjang semampai, jas berwarna pink dengan kemeja putih didalamnya, dipadukan dengan rok span dengan panjang diatas lutut yang memiliki warna senada dengan jasnya. Sepatu dengan heels yang cukup tinggi berwarna putih dan yang terakhir, Gina amati apakah sepasang kaki dari Ana itu menapak tanah atau tidak.

Gina kembali mengarahkan pandangannya keatas untuk menatap wajah Ana, setelah memastikan bahwa perempuan di depannya ini bukanlah hantu.

Tetap mempertahankan senyuman lebar di wajahnya, Gina menatap kedua mata Ana dengan malas.

Kenapa dokter itu ada dimana mana?

Belum saja genap 1 minggu sejak terakhir kali pertemuan mereka di apart Ana, mengapa sekarang bertemu lagi?

Gina lantas melengoskan badannya melewati Ana begitu saja, benar benar merasa sungkan untuk berinteraksi dengannya.

Tap!

Tentu Ana tidak membiarkan Gina kabur begitu saja, dengan cepat tangannya menahan lengan Gina agar berhenti berjalan pergi melewatinya.

“Bisa bicara sebentar?” tanya Ana 

Lengan Gina yang sedang digenggam itu langsung ia lepaskan, lalu Gina lanjutkan dengan berjalan cepat agar bisa pergi dan tidak bersama lagi dengan dokter menjengkelkan itu.

Ana tidak melunturkan senyumnya, ia tidak kaget dengan reaksi Gina. Selama beberapa hari ia bolak balik mampir untuk mengunjungi rumah keluarga Gina. Ana sudah cukup paham bagaimana Gina bersikap, walau Ana rasa yang dia pahami baru sebagian kecil dari pasiennya.

Drap drap—

Gina mempercepat langkahnya, ketika ia mendapati bahwa Ana sedang mengejarnya dari belakang. 

Sungguh, Gina hanya ingin tidur diatas kasur karena fikirannya kini sangat berkecamuk. Ia tidak punya tenaga sama sekali untuk melakukan interaksi walau sekecil— kecilnya. Gina malas berjumpa dengan manusia. Gina hanya ingin kasurnya.

“Kamu udah pulang kerja kan?!” Ana berteriak kencang dibelakang Gina, dengan tergopoh gopoh ia berjalan secepat mungkin untuk menyamakan langkah jenjang Gina

Sial, sepatu hak- nya ini sangat mengganggu Ana dalam berjalan cepat.

“Ayo kita ngobrol sebentar aja!”

Gina lebih mempercepat jalannya, sehingga berubah menjadi lari. Dengan cepat Gina melompat langsung ke atas motornya dan tangan kanannya pun dengan cekatan memutar kunci motor hingga motor miliknya itu berhasil menyala. Tidak memperdulikan helm nya yang hanya ia cantolkan di lengannya, Gina pun langsung memutar setir motornya hingga motornya itu berhasil pergi meninggalkan kawasan makam.

“Eh- Gina! GINA! ADUH—“

Ana melenguh sakit ketika kaki kanannya tergelincir membuat dirinya harus jatuh menyentuh tanah makam yang berwarna merah.

Selama menepuk bagian roknya yang kotor karena tanah pemakaman, kepala Ana juga melongok kedepan guna melihat dimana Gina dan motornya berada.

“Ya tuhannnn. Lolos lagi! Kayaknya mulai sekarang, gue harus pake sneakers!”

“Ih! Awas aja ya lo GINAAAAA!”





















*
*
*




















𝙀𝙢𝙤𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚: Let Fate Win (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang