1 tahun kemudian...
Ana memandang kartu undangan yang baru saja ia terima di pagi hari ini. Ini pernikahan Mila dengan seorang laki laki yang sebelumnya adalah mantan Mila yang paling Mila benci.
Ana terkekeh saat mengingat betapa menjengkelkannya raut wajah Mila ketika membahas kebenciannya dengan si mantan ini dahulu. Namun apa yang terjadi sekarang?
Baru saja Mila datang dengan senyuman lebar dan terlihat sangat bahagia. Memberikan undangan ini dan membalas ejekan darinya saat Ana ejek dengan ‘Menjilat ludah sendiri'
Kata Mila “Namanya juga takdir, Na. Yang dulu mantan jadi ayang lagi, hehehe. Takdir mah ga bisa kita hindari. Udah susah kalo pake jalur langit, kuasa tuhan itu besar, Na. Hahaha" begitu
Ana pun ikut tertawa, dirinya akan datang ke pesta pernikahan rekan yang sudah menjadi sahabatnya itu.
Karena Mila benar benar menemaninya disaat saat terpuruk. Selama 1 tahun Ana mencoba untuk bangkit dan akhirnya berhasil. Walau tak bisa ia pungkiri, di dalam fikiran dan hatinya selalu hanya ada Gina.
Sampai sekarang pun, dirinya tidak pernah menjalin kasih. Karena cintanya itu telah habis dibawa oleh Gina.
Ana ikhlas, Ana sudah berdamai dengan dirinya dan juga takdir. Setelah 1 tahun ini juga, akhirnya dirinya bisa mengerti apa maksud dari Gina.
Takdir itu tidak bisa dihindari. Yang mana dirinya dan Gina memang tidak ditakdirkan untuk bersama. Ya, bagaimana lagi?
Ana melirik ke atas meja kerjanya, dirinya menatap teduh dan intens surat itu. Surat yang Gina berikan untuknya bersamaan dengan rangkaian bunga. Setiap Ana membaca surat itu, pasti dirinya menangis.
Ana. Sungguh, jika kamu ingin tau, rasa saya di dada ini, yang begitu menggebu setiap bersamamu. Bukan terasa itu saja, disampingnya ada rasa yang lebih dominan dari itu, rasa cemas langsung mengambil alih dengan dasar iman saya pada tuhan.
Paras, sifat dan sikapmu yang begitu luar biasa, bagaimana bisa saya tidak merasakannya? Bohong jika saya berkata tidak.
Kamu mencintai saya, maka saya pun begitu. Kita saling membalas rasa. Jangan sekali kali kamu meragukan ungkapan panjang dari saya. Karena saya hanya melakukannya kepadamu.
Tapi jika diingat dengan kewarasan yang kita punya, sudah akan beranjak 40 tahun umur kita, apa masih pantaskah kita meragukan sebuah takdir?
Fitrah saya dengan fitrah mu tidaklah mungkin bersama.
Ana, saya memutuskan untuk menjadi umat yang baik dengan begitu, membuat saya tidak bisa lagi membalas rasa mu.
Maafkan saya Ana, ini semua karena saya tidak mau mengotori lembar putih milik mu.
Maaf, maaf, maaf.
Jangan bersedih, berbahagialah.
Untuk yang terakhir, aku mencintaimu.
Gina.
Ana mengusap setetes air mata yang berhasil lolos di pipi kanannya. Lalu ia mengerjapkan kedua matanya dan mendongak ke atas, berusaha untuk menghentikan tetesan air mata selanjutnya.
Ia tersenyum lalu bergumam “Jadi begini rasanya? Sebuah rasa sakit karena memiliki keinginan yang begitu kuat tetapi terhalang oleh takdir?”
“Dulu, saat kamu berkeinginan untuk bunuh diri dan pastinya tidak diperbolehkan oleh takdir. Apa rasanya juga sesakit ini?” helaan nafas panjang keluar dari mulut Ana
“G-gina, ajarkan aku bagaimana cara untuk menjadi kuat...”
Kedua mata Ana ia alihkan memandang jendela dan menerobos menatap langit yang luas itu “Dimanapun kamu berada. Aku juga mencintaimu, Gina. Sangat mencintaimu"
“Aku tetap akan mencintaimu walau kamu tidak disini. Aku tetap akan mencintaimu walau kita tak akan mungkin bisa untuk bersama"
*
*
*Gina melamun di jam istirahatnya. Sebenarnya jam berapapun juga bisa Gina gunakan untuk beristirahat, karena sekarang. Gina sudah berhasil naik jabatan dan menjadi pimpinan di kantor cabang.
Ruangan yang menjadi ruang kerja Gina juga sudah luas, dan hanya berisikan Gina seorang. Tidak lagi bersama dengan keempat anak buahnya.
Cerahnya langit di siang hari ini, membuat Gina tertarik untuk berlama lama memandanginya. Semabri terlarut dengan luasnya langit, Gina bergumam dengan hati yang berdesir “Bagaimana kabar anda sekarang? Saya hanya ingin memberitahu bahwa disini, saya masih mencintaimu, Ana"
Mereka berdua dengan terang terangan menyatakan bahwa telah kalah dengan takdir. Walaupun harus mengalah disertai luka, mereka pun dengan damai memutuskan untuk membiarkan takdir lah yang menang.
Emotion of Love : Let Fate Win
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙀𝙢𝙤𝙩𝙞𝙤𝙣 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 : Let Fate Win (GXG)
FanficSeason 1 Seorang budak korporat yang memiliki trauma masa lalu, Gina Andini. Dipaksa oleh sang ibu untuk bertemu dengan seorang psikiater muda yang sukses, Dokter Listiana. Mengapa Dokter Ana begitu sabar dan tulus? "Gina, kamu bilang kamu ga bisa b...