Midnight Solar

2.9K 125 10
                                    


bit 01

Para dayang sedang sibuk membenarkan jubah sutra yang menggantung mengagumkan pada tubuh sang putra mahkota. Rahangnnya tegas dan kaku, namun netranya memancarkan kepedihan mendalam yang ia redam dengan kemarahan.

"Selir Oh telah memasuki paviliun!" suara lantang penjaga gerbang tiba-tiba menggema, memecah hening yang menyesakkan di ruangan.

Seungcheol lekas membalikkan badan, mengabaikan para dayang yang masih berusaha meyempurnakan tampilan jubah pernikahannya. Ia lalu menghampiri wanita paruh baya yang dengan anggun memasuki ruangan itu, diikuti dengan ajudan kepercayaan kerajaan.

"Ibu.."

"Mulai hari ini, Selir Oh, anakku." sang ibu membetulkan ucapannya, sekaligus meluruskan pin emas kerajaan yang tersemat pada bagian kanan dadanya.

Seungcheol terdiam. Putra mahkota yang biasanya tampak begitu agung dan perkasa tersebut kini terlihat seperti anak kecil yang ingin bersembunyi pada pelukan ibunya.

"Hormat kepada Yang Mulia, Putra Mahkota. Putri Hua dan rombongan kerajaan utara sudah keluar dari kawasan hutan Persik. Penyambutan dan bilik istirahat sudah kami siapkan, dalam naungan para dewa, acara pernikahan dan pentahbisan Pangeran untuk menjadi Raja akan berjalan lancar."

Ajudan yang datang bersama ibunya memberi laporan sambil menunduk hormat. Sejujurnya Seungcheol tidak terlalu peduli. Ada pertanyaan lain yang tertahan di lidahnya, mati-matian ingin ia tanyakan.

"Dan Gisaeng Yoon?" sang ibu membaca pikirannya dan menggantikan dirinya untuk bertanya.

"Eksekusi sudah dipersiapkan, Yang Mulia. Penghianat itu sedang menunggu ajalnya menjemput di salah satu sel bagian timur. Kami akan melaksanakannya esok hari saat fajar menyingsing. Biarlah fokus kerajaan hari ini terpusat pada perayaan hari bahagia Yang Mulia."

Dahi Seungcheol berkerut, dan ia merasakan tangannya yang mengepal keras di ambil oleh ibunya.

"Tinggalkan kami berdua." perintah Selir Oh lembut, dan dalam sekejap ruangan itupun dikosongkan.

— • — ☼ — • —

Seungcheol kecil berlari ke arah sumber suara. Teriakan kesakitan Permaisuri bisa ia dengar jelas dari tempatnya berdiri. Ia lalu mengendap-endap mendekat, dan bersembunyi di balik bebatuan yang cukup besar.

"Astaga, Yang Mulia! Hamba mencari anda ke-"

"Ssttt!" ia meletakkan jari telunjuk gemuknya pada bibirnya yang belepotan. Sisa mantau kacang hitam untuk makan siangnya belum sempat dibersihkan ketika salah satu dayang berbisik bahwa bayi yang dikandung permaisuri akan segera lahir. Jadi lah Seungcheol menyelinap dan berlari ke arah paviliun utama hingga seluruh dayang dan prajurit yang menjaganya kalang kabut mencarinya.

Fokus mata bundar itu kembali pada tempat permaisuri beristirahat. Teriakannya sudah terganti dengan suara nyaring tangisan seorang bayi. Dilihatnya seorang wanita tua, bidan? Budan? Entah apa namanya keluar dan membisikkan sesuatu pada pejabat kerajaan yang menunggu didepan pintu.

Pejabat itu kemudian lekas berlari menjauh dengan wajah gembira, entah apa yang membuatnya begitu bahagia. Yang jelas Seungcheol tahu, kelahiran bayi kecil itu akan mengubah seluruh hidupnya.

Malam itu diadakan perjamuan megah dan meriah. Kerajaan merayakan kelahiran pangeran kecil dari Permaisuri Yoon Yuna yang telah mereka damba bertahun-tahun lamanya. Raja tampak begitu bahagia, banyak minum, makan, juga tertawa terbahak – bahak bersama para petinggi yang duduk disana.

Midnight Solar and Nameless WildflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang