Extra chapter
bit 04 — final
—
This bit is literally filled with ⚠️EXPLICIT Birthing Scene, and more of JH being in pain. Please please think twice before reading, and skip ahead if it's not for you. I am sorry.
—
"A-apa?"
"Yang Mulia permaisuri... tengah mengandung bayi kembar. Hamba – hamba bisa merasakannya mulai turun ke bawah."
Tabib Hu menjawab ketakutan sembari menahan kedua tungkai Jeonghan agar tetap terbuka. Kedua mata pasangan muda kerajaan itupun membelalak lebar mendengar kabar tersebut.
"T-tidak. Tidak, Hyungnim! Jangan buat aku melakukannya lagi. Kumohon! Ti-tidak sekarang! Aku- Aku. Ah!"
Nafas Jeonghan menggebu terputus -putus. Gusar kalahkan nyeri yang membangunkan tubuhnya dari titik pemulihan secepat itu. Ia kencangkan otot rongga sembari meremas buncitnya erat. Berusaha keras tahan calon bayi keduanya tetap berada di dalam tubuhnya.
"Kumohon! Tidak! Berhenti!!"
Seisi bilik hening dengarkan jerit tunggal sang permaisuri. Wajah-wajah yang semula dipenuhi harapan berubah menjadi ketakutan. Merupakan kepercayaan kerajaan selama bertahun-tahun bahwa persalinan kembar dianggap sebagai pertanda buruk. Bagai gerhana yang halangi bulan untuk bersinar, kelahiran bayi lain di hari yang sama dipercaya dapat merusak harmoni negara.
Lewat banyak dekade mandat pembunuhan salah satu bayi selalu dilaksanakan semalam setelah kelahiran. Sering kali bayi kedua menjadi korban utama, karena si sulung dipercaya telah tertulis untuk menjadi penerus kerajaan. Namun jika kedua bayi terlahir dengan jenis kelamin berbeda, maka bayi perempuanlah yang terpaksa harus menyambut ajal setelah bernafas sehari lamanya.
Membayangkan salah satu bayinya dipenggal paksa setelah berjuang dilahirkan sepanjang malam membuat Jeonghan nyaris kehilangan akal. Kupingnya berdenging, dadanya tercekik, dan ia mulai meracau tanpa hiraukan sang kekasih yang berusaha menenangkannya.
"Tidak Hyungnim! Aku tidak bisa! Aku tidak mau! Angh- M-mereka akan- ahh! Kumohon berhenti! Hentikan ini, Hyungnim! Mereka akan menyakiti salah satu dari bayi-bayiku. Mereka- Aku-"
"Jeonghan! Jeonghan!"
Panggilan itu dibalas gelengan liar. Ia sibuk berusaha lepaskan diri dari pegangan para dayang yang memaksanya tetap berbaring.
"Lihat mataku. Lihat mataku, sayang!"
Seungcheol menidurkan pemaisurinya di dipan lalu mengungkung tubuhnya. Telusupkan satu tangan ke belakang lehernya yang meregang, dan menangkup wajahnya yang pias dengan telapaknya yang lain. Ia tak biarkan keping mata Jeonghan yang berpendar ketakutan menangkap apapun selain dirinya.
"Apa kau percaya padaku?"
Tanyanya dijawab isak, tapi Seungcheol bisa rasakan suaminya berhenti melawan.
"Apa kau percaya padaku, Jeonghan?"
Pelipisnya terus diusap dan tengkuknya dipijat kuat. Jeonghan perlahan diingatkan lagi cara bernapas.
"Aku... aku akan secara kejam memintamu berjuang sekali lagi. Kau akan menghantar bayi kedua kita lahir ke dunia dengan selamat. Kau akan menyusuinya, dan aku akan menimangnya hingga tertidur. Lalu akan ku kumandangkan pada dunia bahwa negeri ini dianugerahi dua bayi yang begitu hidup dan sempurna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Solar and Nameless Wildflower
FanfictionKatanya, yang pertama adalah yang tak akan terlupa. Seungcheol adalah pria pertama yang ia sayangi, kagumi, lalu cintai dengan arus dahsyat bagai badai yang mengamuk. Begitu heboh, kuat, memporandakan segala yang disentuhnya. - This fic includes his...