Part 23

68 14 11
                                    

Selamat membaca....

Abil turun dari motor Bian, pandangan gadis itu menyapu halaman dimana Bian menghentikan motornya. Gadis itu mengerutkan keningnya bingung, kenapa Bian membawanya ke sini dan bukan langsung mengantarnya pulang.

"Ayo masuk," ajak Bian setelah melepas helmnya.

Pandangan keduanya kembali bertemu, hanya saja kali ini raut bingung terlihat jelas di wajah cantik gadis itu. Bian tersenyum tipis, seolah mengerti alasan gadis itu berekspresi seperti itu.

"Ini rumah gue," ucap Bian mencoba menjawab arti dari ekspresi gadis itu.

"Rumah lo?" bingung Abil.

Bian terdiam, ia berpikir sebentar. "Bukan sih, rumah orang tua gue. Gue masih numpang."

Kerutan di kening Abil justru semakin terlihat, candaan Bian saat ini masih tak bisa diterima oleh gadis itu. Kenyataannya setelah menjemput Abil di taman, Bian tak mengantarnya ke rumahnya. Laki-laki itu justru membawanya ke rumah laki-laki itu yang jelas asing untuk Abil. Seumur hidup gadis itu, ini adalah pertama kalinya ia berkunjung ke rumah teman laki-lakinya. Tidak, setelah dipikir-pikir ia kan memang tak pernah punya teman laki-laki sedekat Bian atau Bobby.

Bian lagi-lagi tersenyum, bahkan raut bingung gadis itu terlihat lucu di matanya. Anggap saja ia sudah tergila-gila dengan Abil, bahkan jika gadis itu diam saja pasti sudah terlihat menggemaskan di matanya. Mungkin benar, cinta itu buta.

"Motor Kevan belum selesai, dia suruh gue bawa lo ke sini dulu. Nanti kalo udah beres dia dateng jemput kok," jelas Bian, bohong.

Tentu saja bohong, Kevan tak pernah memerintah Bian untuk membawa Abil ke rumahnya. Justru mungkin Kevan akan sangat marah jika tau Bian membawa Abil ke rumahnya. Ini hanya salah satu ide Bian agar bisa lebih lama dengan gadis itu, setidaknya ia ingin egois untuk hari ini.

Sementara Abil, meskipun terlihat polos kenyataanya Abil tak sebodoh itu. Entah kenapa ia merasa Kevan tak mungkin mengizinkan Bian membawanya, meskipun Bian tak akan melakukan hal buruk sekalipun tapi Abil yakin sepupunya itu akan tetap marah. Sayangnya, hati dan pikiran gadis itu tak sejalan. Hatinya berkata ingin tetap bersama Bian, tapi pikiran gadis itu membayangkan Kevan dan Kevin yang akan mengomel padanya.

"Mau masuk nggak?" tawar Bian lagi, Abil akhirnya memilih mengangguk.

Bian berjalan masuk, sementara Abil mengekor di belakang laki-laki itu. Pandangannya tak lepas menatap sekeliling bangunan berlantai dua itu. Dari mulai teras teduh, ruang tamu yang terlihat nyaman, sampai akhirnya laki-laki itu membawanya ke ruang tengah. Lebih tepatnya ruangan utama di rumah Bian, tempat dimana Sela biasa duduk dan menghabiskan waktu dengan menonton Drama Korea favoritnya.

"Mah," panggil Bian pelan.

"Hmm, udah pulang?" sahut Sela tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. "Gimana motor Kevan?"

Bian menghela nafas pelan kemudian menghampiri wanita paruh baya itu.

"Belum selesai," sahut Bian, Sela terlihat mengangguk pelan. "Aku bawa tamu."

"Siapa? Andre? Dewa? Kan udah biasanya."

Bian kembali menghela nafas. "Makanya lihat dulu."

Kali ini Sela yang menghela nafas, tak biasanya putra tunggalnya itu bersikap seperti ini. Wanita paruh baya itu menoleh dan pandangannya justru langsung tertuju pada gadis cantik yang berdiri tak jauh di belakang putranya.

"Siap—" ucapan Sela terhenti. "Cantik sekali!"

Wanita paruh baya itu berdiri kemudian langsung menghampiri Abil.

Uwu Couple ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang