Part 27

54 13 6
                                    

Selamat membaca....

Abil sudah siap dengan seragam sekolahnya, gadis itu saat ini sibuk menyiapkan alat tulisnya. Hari ini adalah hari pertama ujian Nasional dimulai dan penentuan mood-nya untuk hari-hari berikutnya. Karena itu Abil tak ingin merusak apapun hari ini, jika bisa ia berharap hari ini hanya dipenuhi dengan hal baik saja.

"Abil! Kevin! Kevan! Sarapan cepat!" suara Gita mengalihkan perhatian Abil.

"Iya Bunda," sahut gadis itu sembari mempercepat persiapannya kemudian keluar dari kamarnya.

Gadis itu baru saja keluar dari kamarnya, fokusnya langsung beralih ke arah Kevan yang juga baru keluar dari kamarnya. Benar-benar pemandangan baru bagi Abil melihat Kevan bangun pagi dengan seragam yang rapi berbeda dengan biasanya.

"Lo sakit?" tanya Abil heran.

"Nggak usah ngeledek, Bian!" balas Kevan kemudian mendorong pelan kepala Abil agar menjauh darinya.

"Aww!"

Abil berdecak sebal ke arah Kevan, kemudian mengekor di belakang laki-laki itu menuju meja makan.

"Masih pagi, jangan berantem," peringat Kevin, laki-laki itu sudah duduk di meja makan dengan catatan materi ditangannya.

Sepupu Abil yang satu itu tak ingin melewatkan sedikit pun waktunya untuk bersantai. Menurutnya ujian Nasional adalah penentuan terakhirnya setelah tiga tahun masa sekolahnya. Dan Kevin jelas tak ingin menyia-nyiakan semua waktu yang ia habiskan selama tiga tahun itu.

"Kevan duluan tuh!" adu Abil.

Kevan melirik Abil tak suka. "Barusan yang ngatain duluan kan lo."

"Udah, kok malah makin diributin," lerai Gita. "Cepet sarapan, ini hari pertama jangan sampai telat."

Abil dan Kevan saling pandang kemudian kompak membuang muka, seolah tak ingin melihat satu sama lain. Sementara Kevin dan Gita hanya menggelengkan kepala pelan. Setelah beberapa hari rumah menjadi tenang karena tak ada pertengkaran antara Abil dan Kevan, hari ini keduanya sudah kembali seperti semula.

Awalnya Gita heran kenapa anaknya dan kedua keponakannya bertingkah sedikit aneh beberapa hari terakhir. Tapi melihat interaksi ketiganya hari ini, sepertinya ketiganya sudah baik-baik saja. Wanita paruh baya itu jelas tak tau masalah apa yang sudah ketiganya hadapi, tapi dengan berhasil menyelesaikannya berarti mereka sudah cukup dewasa saat ini.

"Gue nganter doang yah? Pulangnya sama Bian," ucap Kevan pada Abil.

"Ih! Kenapa?"

"Males aja, lagian udah ada Bian harus dimanfaatkan dong."

Abil berdecak pelan. "Bian bukan tukang ojek!"

"Terus gue apa?!" balas Kevan tak suka. "Eh! Selama ini gue yang antar-jemput, sekarang kan ada Bian sama Bian aja lah!"

"Kok lo sekarang perhitungan?!"

"Bukan perhitungan, emang lo nggak mau pulang sama Bian?"

"Mau, tapi kan Bian pasti cape!"

"Wah!!" kesal Kevan tak terima. "Lo kasian sama Bian tapi sama gue nggak?!"

"Nggak!"

"Lo denger nggak adek lo bilang apa barusan?!" tanya Kevan pada Kevin.

Abil bergegas menoleh ke arah Kevin seolah meminta pembelaan, sementara Kevin yang baru saja selesai menenggak minumannya langsung menatap kedua adiknya bergantian.

"Bil," panggilnya tenang. "Hari ini pulang sama Bian dulu. Gue sama Kevan mau ketemu Mamah sama Papah sebentar mumpung mereka ada proyek disini."

"Oh," sahut Abil kemudian kembali menatap Kevan sengit. "Kan bisa bilang gitu! Nggak usah bilang males!"

Uwu Couple ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang