3.Lee Know

265 42 4
                                    

"jisung, aku tau kamu lelaki yang kemayu, tapi tolong jangan bawa pakaian dalam wanita kedalam kamar asrama ku"

Lino bicara dengan nada penuh penekanan tapi tetap saja wajahnya datar dan berjalan cuek menuju lemari pakaiannya.

Jisung yang mendengar hanya diam mematung sembari menyembunyikan dalaman warna Barbie miliknya dibelakang tubuh

"Aku tak berniat membawanya, ini ulah kakak ku, lagian aku ingin membuangnya lino, tapi kau malah memergoki ku saat membuangnya, aku juga tak berniat memakai barang perempuan, aku inikan lelaki, kenapa kau selalu bilang aku kemayu, walaupun aku membawa pakaian dalam perempuan bukan berarti aku kemayu, tolong jaga ucapan mu"

Entah mengapa jisung menjelaskan bertele-tele begitu, yang jelas wanita itu sangat takut jika identitas nya ketahuan oleh teman sekamarnya.

Syukurnya lino tak mencurigainya sebagai wanita, tapi malah menganggap jisung sebagai lelaki kemayu dan penyuka sesama, lucu memang tapi setidaknya itu lebih baik dari pada identitasnya terungkap.

"Terserah, aku tak peduli, kuharap kedepannya tak ada lagi kejadian aneh jisung"

Lino menatap wanita han itu tepat dimatanya.

"B..baik lino"

Tanpa sadar nada bicaranya kembali gugup saat lino melewatinya dan menutup pintu kamar mandi cukup kencang, sehingga menimbulkan bunyi keras yang membuat perempuan han itu berjengit kaget.

~~~~~

"Baiklah anak-anak, hari ini jadwal kita untuk materi lari estafet, silahkan membentuk kelompok beranggotakan empat orang"

"Pak jumlah siswa 25 orang ditambah murid baru, ada satu yang tidak kebagian kelompok" ujar ketua kelas jisung.

"Yang tidak kebagian bisa gantikan saya sebagai juri perlombaan antar kelompok"

Mendengar hal tersebut, bak dapat angin segar jisung langsung mengajukan diri sebagai juri, bukan karena takut tidak dapat kelompok, hanya saja jisung malas harus berlomba dengan lelaki yang jelas secara genetik jauh lebih kuat.

Walapun tidak ikut berlomba, tetap saja jisung kelelahan, menggantikan tugas gurunya cukup menguras tenaga, mengatur barisan, mengatur kelompok agar kekuatan tiap kelompok imbang, meniup pluit dan menentukan pemenang lomba estafet kelasnya. Sedangkan guru olahraga nya malah sibuk melenggang menuju kantin sekolah yang kebetulan masih dapat dilihat dari lapangan olahraga.

"Ternyata jiwa guru olahraga memang mendarah daging dimana mana ya, hobinya malas malasan" keluh jisung pelan sambil menyeka keringatnya.

Cuaca hari ini begitu terik, ditambah lagi jisung menggunakan berlapis pakaian, mulai dari breast binder, manset lengan panjang lalu baju olahraga lengan pendek, tentu saja jisung merasa kepanasan berkali lipat dibandingkan teman sekelasnya yang hanya memakai selapis seragam olahraga lengan pendek.

Walau keringat mengucur deras, jisung tetap melakukan sepenuh hati tugas yang di amanatkan oleh gurunya.

Perlombaan final hampir berakhir, kini giliran anggota terakhir yang akan melewati garis finish sekaligus penentu juara lari estafet kelasnya, jisung meniup peluit menandakan pemain akhir telah melewati garis finish, pertandingannya cukup sengit karena waktu finish yang berdekatan.

Jisung mengumumkan pemenangnya, tetapi keputusannya malah menimbulkan kericuhan antar kelompok, jisung yang sebagai juri lah yang menjadi sasaran mereka, tubuh mereka yang kelelahan, cuaca panas dan emosi yang memuncak, membuat perkelahian antar kelompok tak terhelakkan, mereka berkelahi bukan karena mengharapkan juara tetapi harga dirilah taruhannya.

Han Jisung [Minsung gs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang