6. Rahasia

229 35 8
                                    

Kegiatan panas antara guru dan murid itu masih saja jadi tontonan jisung selama beberapa menit.

Sang pria tiba-tiba mengalihkan pandangan padanya, menatap mata jisung dengan tatapan dingin itu.

Tak lama tautan bibir keduanya terlepas, pakaian si pria nampak berantakan ulah tangan si wanita. Seragam sekolah itu sudah tak terkancing lagi, bibir keduanya nampak sembab dengan noda pewarna bibir yang tertinggal. Tangan ramping si guru masih bertaut disana dan lino segera melepaskannya, sedikit mendorong untuk memberi jarak.

"Ibuk udah puas sekarang?"

"Hmmm kamu tau sendiri aku gimana, masa cium doang si, aku mau little minho" berucap dengan nada yang sengaja di imut-imutkan.

"Saya nggak bisa muasin ibuk, saya tertariknya sama laki-laki buk"

"Nggak mungkin lah, saya tau kamu lino"

Tampa memberi respon apapun lino berjalan melewati sang guru, dengan langkah lebar menuju bangku si wanita mungil yang sedari tadi memperhatikan aktivitas mereka. Menarik pergelangan tangan si wanita untuk berdiri dan melepaskan earphone yang terpasang.
Sedang si wanita hanya cengo dengan tatapan terkejut.

"Dia kekasih saya, jadi kurang bukti apa lagi"

"Aku tau ini cuma akal-akalan kamu biar aku ngejauh kan!"

Sepersekian detik setelahnya, si pria lee mencium bibir teman sekamarnya itu, hanya ciuman biasa dan sebentar.

Sedang siwanita han berdiri mematung dengan jantung berdebar-debar.

"Saya tetap gak akan percaya, saya tau selera kamu minho, pembuktian kamu gak berguna".

Setelahnya belahan bibir pria lee itu kembali meraup milik jisung, bukan ciuman biasa, tapi dengan lumatan dan gigitan di bibir.

Mendorong tubuh mungil itu hingga terpojok, tak peduli jika siwanita han mulai memberontak.

Mengunci dua tangan di belakang tubuh dengan satu tangan yang kini menampakkan urat kasar dipermukaan kulit.

Bibir itu di gigit, membuat jisung terpaksa harus membuka bilah ranumnya, memberi akses lino untuk membelit lidahnya.

Sedang sang guru masih berdiri disana, menyaksikan kegiatan panas siswanya dengan tatapan kesal.

Satu tangan minho yang sebelumnya menahan tengkuk jisung bergerak menuju bokong si wanita, meremasnya kuat, mendorong agar bagian selatan si pria menempel erat pada bagian sensitif milik jisung. Wanita itu reflek mendesah, tenaganya habis, otaknya kekurangan oksigen, bahkan kakinya terasa begitu lemas.

Merasa diacuhkan, sangguru lekas pergi dari sana tak lupa dengan bantingan pintu dan hentakan heels memenuhi lorong.

Si pria lee lantas melepaskan tautannya pada tubuh jisung, sontak membuat tubuh wanita han itu lemas terduduk pada bangkunya dengan air mata tergenang yang siap tumpah ruah.

"Maaf, gue terpaksa ngelakuin itu gue tau perb...." ucapan lino terpotong akibat sebuah tamparan yang mendarat pada pipinya. Mata jisung menatapnya sayu, buliran air mata itu sudah membanjiri pipinya yang gembil.

"LO PIKIR KATA MAAF CUKUP?, HAH.. JAWAB" jisung tak peduli jika suaranya akan terdengar hingga kelas lain, suaranya bergetar. Jisung takut pada sosok dihadapannya, sosok yang kemarin menyelamatkannya dari pelecehan tapi ternyata dia lah pelaku utamanya, jisung tak habis pikir.

Lino tak merespon, menggerakkan jarinya menuju wajah si wanita, menyapu saliva disudut bibir dan air mata yang mengalir.

Tangan itu ditepis.

Han Jisung [Minsung gs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang